Suara Kasih: Cara Terbaik untuk Melindungi Diri

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

 

 

Judul Asli:

Cara Terbaik untuk Melindungi Diri

Karma membunuh yang berat mendatangkan bencana
Menjaga tubuh, ucapan, dan pikiran demi menaklukkan Mara
Melindungi diri dengan cinta kasih dan niat baik
Meneladani dan mempraktikkan kebajikan Mazu

Flu burung H7N9 mengingatkan kita pada wabah SARS 10 tahun yang lalu. Penyakit epidemik seperti ini sungguh menakutkan. Di dalam Sutra diumpamakan bahwa raja setan terus menyebarkan penyakit dan berbagai bencana ke dunia. Lihatlah kini di Tiongkok, wabah flu burung telah mulai merebak. Dari laporan berita, kita melihat bahwa manusia telah mulai memusnahkan unggas. Sungguh, penyakit seperti ini berasal dari unggas. Akan tetapi, jika setiap orang bisa berdisiplin diri dan membiarkan hewan-hewan hidup bebas di habitatnya masing-masing, mana mungkin ada penyakit menular seperti ini? Akan tetapi, demi mengejar keuntungan, manusia beternak hewan, lalu membunuhnya untuk dimakan. Saat penyakit menular merebak, manusia menyalahkan hewan ternak, kemudian memusnahkan semuanya. Sungguh kejam. Nafsu ketamakan memicu manusia menciptakan karma buruk sehingga timbullah bencana. Ini semua akibat Mara di dalam batin manusia.

Sebersit niat buruk di dalam batin bagaikan setan yang mengacaukan pikiran dan mendorong kita untuk terus menciptakan bencana. Sebutir benih keburukan di dalam hati bisa berkembang menjadi ratusan, ribuan, dan seterusnya sehingga pikiran kita dipenuhi oleh niat buruk. Ini mendorong manusia menciptakan karma membunuh yang berat. Karena itu, saya sering berkata bahwa kita harus menaklukkan Mara di dalam batin. Mara selalu menunggu batin kita lengah dan membuka celah yang kecil agar ia bisa masuk ke dalam. Tujuan kita melatih diri adalah untuk menutup rapat-rapat pintu hati kita dari niat buruk dan membuka lebar pintu kebajikan di dalam hati. Semakin banyak niat baik kita, semakin tak ada ruang bagi niat buruk untuk masuk ke dalam batin. Jadi, niat baik adalah pelindung pikiran yang terbaik. Setiap kali niat buruk akan masuk, niat baik kita akan menghalanginya. Niat buruk tidak bisa masuk ke dalam batin karena kita melakukan kebajikan. Jadi, niat baik yang banyak bagaikan sebuah selaput pelindung yang menghalangi niat buruk masuk ke dalam batin. Karena itu, kita harus membuat perlindungan yang kuat.

Kita juga melihat sejak subuh kemarin, kirab tahunan Mazu sudah dimulai. Sesungguhnya, daripada bersembahyang kepada Mazu, lebih baik kita menghormatinya. Jika benar-benar menghormati dan mengasihinya, berarti kita harus meneladaninya dalam hal berbakti dan berbuat baik. Kita dapat melihat Relawan Yi. Sebelum bergabung menjadi relawan Tzu Chi, kesehatannya tidak begitu baik. Karenanya, dia bertekad jika kondisi kesehatannya membaik, dia akan membersihkan jalan usai prosesi kirab tahunan Mazu. Benarkah Mazu yang menyembuhkan penyakitnya? Sesungguhnya, itu berkat ketulusan hatinya. Dia bangun pagi-pagi sekali untuk membersihkan jalan sekaligus membersihkan batinnya.

Tindakannya telah membuat lingkungan di komunitas menjadi bersih. Berkat ketulusan hatinya, kini kondisi kesehatannya telah membaik. Kegiatan pembersihan jalan itu dimulai dari dia seorang. Saat Relawan Ke melihatnya, dia juga merasa tersentuh dan mulai mengajak orang untuk ikut serta. Sekitar seratus hingga dua ratus orang menyambut imbauan itu dan ikut berpartisipasi. Relawan Hong juga ikut berpartisipasi.

Jadi, dalam melakukan hal baik, tak boleh satu orang pun di antara kita. Kita semua harus bekerja sama karena setiap orang bertanggung jawab untuk melindungi bumi. Relawan Tzu Chi juga mensosialisasikan konsep pelestarian lingkungan. Selamatkan bumi dengan mengurangi emisi karbon. Bervegetaris membuat badan lebih sehat. Tidak membuang sampah sembarangan, jadilah murid Mazu yang baik. Sepuluh tahun lalu, jumlah sampah sangatlah banyak. Saat saya keluar untuk membersihkan jalan, sampah hampir menutupi pergelangan kaki saya. Saya bahkan tidak bisa melihat kaki saya. Kertas pembungkus petasan dan sampah pedagang kaki lima berserakan di mana-mana. Akan tetapi, setelah kakak-kakak Tzu Chi keluar untuk mengimbau orang-orang agar tidak membuang sampah sembarangan, saya merasa volume sampah berkurang banyak. Sejak insan Tzu Chi bergerak untuk membersihkan jalan, volume sampah sudah agak berkurang. Akan tetapi, kabarnya hingga kemarin, volume sampah mencapai 18 ton. Meski demikian, insan Tzu Chi merasa kondisi ini sudah jauh membaik. Mereka tetap percaya diri untuk melanjutkannya. Mereka terus melakukannya dengan penuh ketulusan. Demi menginspirasi orang lain, mereka juga terus memperbaharui diri agar orang-orang merasa lebih praktis. Mereka terus mensosialisasikan konsep pelestarian lingkungan.

Dua hari lalu, Dajia diguyur hujan sehingga sangat sulit untukmembersihkan sampah sisa petasan. Akan tetapi, setiap orang masih membersihkannya dengan penuh sukacita. Insan Tzu Chi melakukan dengan sukarela dan menerima dengan sukacita. Lihatlah volume sampah yang begitu banyak. Jika setiap orang tidak bermain petasan, maka tidak akan ada sampah sisa petasan di tanah. Selain itu, jika tidak ada orang yang membakar kertas sembahyang, maka tidak akan ada begitu banyak abu kertas. Setelah memakan sesuatu, jika kita bisa membawa kantong sendiri untuk menaruh sampah, lalu membawanya pulang untuk dipilah di rumah, bukankah jalan akan tetap terjaga bersih? Meski insan Tzu Chi di Dajia berkata bahwa jumlah sampah sudah berkurang banyak, tetapi itu masih belum cukup.

Kita harus terus bekerja keras. Kita juga melihat Kepala Rumah Sakit Chien mengajak para staf medis di rumah sakit untuk berkumpul bersama sebelum matahari terbit guna membersihkan jalan. Melalui kegiatan pembersihan ini, para staf kami bisa mempelajari semangat dan teladan dari kakak-kakak Tzu Chi. Kami juga bisa membawa semangat ini ke dalam rumah sakit.

Jika bisa mengasihi bumi, tentu kami juga bisa mengasihi pasien. Bahkan perawat yang masuk sif malam juga mengikuti kegiatan pembersihan ini dengan hati penuh sukacita. Inilah ketulusan. Banyak sekali hal yang patut saya syukuri. Semua ini tidak bisa terwujud tanpa dia, tanpa Anda, dan tanpa saya. Kita semua harus sangat mendukung kegiatan ini. Saya sungguh berterima kasih. Akan tetapi, kita harus membimbing lebih banyak orang untuk menjaga kebersihan masing-masing. Janganlah kita menciptakan masalah bagi masyarakat. Setiap orang harus bekerja sama untuk melestarikan lingkungan dan menjaga kebersihan di tempat-tempat umum. Kita harus meneladani semangat Mazu, lalu mempraktikkannya lewat tindakan nyata. Dengan demikian, doa kita akan lebih cepat terkabul. Intinya, kita harus menjaga pikiran dengan baik. Janganlah membiarkan raja setan pembawa bencana dan penyakit masuk ke dalam batin kita. Kita harus membangkitkan cinta kasih dan niat baik sebagai jala pelindung. Kita harus melindungi diri dengan baik. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 

Artikel Terkait

Perhatian untuk Para Pengungsi Rohingya

Perhatian untuk Para Pengungsi Rohingya

26 Mei 2015 Lebih dari seribu orang pengungsi Rohingya (Myanmar) dan Bangladesh yang terkatung-katung selama berbulan-bulan di tengah laut  akhirnya diselamatkan oleh para nelayan Aceh pertama kali pada Minggu (10/05/2015). Kondisi kesehatan para pengungsi ini sangat memprihatikan.
Pengalaman yang Luar Biasa Menjadi Anggota Paskibraka 2023

Pengalaman yang Luar Biasa Menjadi Anggota Paskibraka 2023

23 Agustus 2023

Paskibraka atau Pasukan Pengibar Bendera Pusaka memiliki peran penting dalam upacara 17 Agustus. Karena itu, terpilih menjadi Paskibraka benar-benar menjadi pengalaman tak terlupakan bagi Audrey Wang dan Michelle Angana, siswi Tzu Chi School Indonesia.

Peringatan Waisak: Bersatu Hati Berdoa

Peringatan Waisak: Bersatu Hati Berdoa

10 Mei 2015
Di antara barisan Waisak juga ada Juni (34), putri dari salah satu relawan komite Tzu Chi. Bersama mama, abang, kakak ipar, dan keponakan, berlima mereka menjadi peserta barisan Waisak. Juni adalah anak bungsu Nanni Shijie yang biasa dipanggil Xiuhua Shijie. Juni sudah tinggal di Nepal selama 2 tahun. Gempa Nepal tanggal 25 April 2015 lalu, membuat dirinya cukup terpukul. Seminggu setelah gempa, ia pun pulang ke Jakarta berhubung kondisi di Nepal belum stabil.
Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -