Suara Kasih: Cinta Kasih dan Kebajikan

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Menghimpun 
Cinta Kasih dan Kebajikan
     

Bencana kembali melanda Haiti
Para korban bencana mengharapkan bantuan agar mereka dapat terus hidup    
Menghimpun kekuatan cinta kasih dan kebajikan
Semoga semua orang dapat senantiasa hidup aman dan tenteram

Melihat badai Topan Conson yang melanda Filipina, kita sungguh merasa khawatir. Hal ini sungguh mengkhawatirkan. Entah orang-orang selamat atau tidak. Sungguh sulit untuk tidak khawatir. Kita harus berdoa dengan tulus semoga Topan Conson ini tidak membawa bencana bagi manusia. Semoga ia seperti sebuah hutan yang mampu mempertahankan kadar air dalam tanah. Maksudnya, meski membawa curah hujan, namun tidak mendatangkan bencana.

Jadi, kita harus berdoa bagi mereka dengan penuh ketulusan. Meski hingga kini kita tidak tahu bagaimana kondisi di Filipina, namun kita tahu pasti bahwa sepuluh provinsi di Tiongkok mengalami kerusakan parah akibat bencana. Kita dapat melihat insan Tzu Chi di Guangdong memberi tunjangan pendidikan sekaligus memerhatikan korban bencana. Dari gambar yang mereka kirim kita dapat melihat kerusakan yang parah. Meski beberapa lokasi telah disurvei, masih banyak daera yang belum terjangkau mengingat bencana ini melanda 10 provinsi. Ada sepuluh provinsi yang terkena bencana ini.

Wilayah Tiongkok sangatlah luas. Bencana yang melanda wilayah sangat luas sungguh mendatangkan penderitaan bagi banyak orang. Coba bayangkan jika kita berada dalam kondisi tersebut. Insan Tzu Chi sangat bersungguh hati. Beberapa hari lalu mereka mengadakan rapat untuk membahas posisi para pengusaha Taiwan dan insan Tzu Chi Tiongkok, jarak mereka dari lokasi bencana, dan berapa lama perjalanan yang harus ditempuh. Meski telah menemukan jalan pintas di peta, namun jaraknya masih sangat jauh. Mereka masih memikirkan cara paling aman untuk menjangkau dan menyurvei lokasi bencana. Tentu saja, kita harus mempertimbangkan keselamatan para relawan.

Ketidakselarasan empat unsur alam sungguh membuat kita khawatir setiap hari. Kita juga melihat Haiti yang diguncang gempa tanggal 12 Januari lalu. Bencana telah berlalu 6 bulan, namun kondisi di Haiti tak mengalami banyak perubahan. Sungguh, di bawah bangunan yang runtuh dan di antara puing-puing, masih terdapat banyak mayat yang belum dikeluarkan karena diperkirakan ada lebih dari 200.000 orang tewas.

 

Enam bulan telah berlalu. Pada tanggal 12 Juli lalu angin dan hujan merusak tenda-tenda tempat para korban bencana berteduh. Kita dapat melihat dan mendengar suara tangisan anak-anak yang ketakutan. Para ibu menggendong dan menggandeng anak-anaknya untuk mengungsi. Namun, ke mana mereka dapat mengungsi dan berteduh? Mereka tak memiliki tempat tujuan. Ke manakah mereka harus mengungsi agar dapat selamat? Setiap kali mengingat hal ini, hati saya sungguh sedih. 

Untuk menolong mereka, kita membutuhkan kekuatan dari banyak orang. Dapatkah kita menghimpun kekuatan dari orang-orang yang penuh cinta kasih di dunia ini? Namun, berkata jauh lebih mudah daripada melakukan. Meski kini ada beberapa organisasi kemanusiaan yang tengah memerhatikan para korban bencana, namun mereka tak tahu harus memulai dari mana. Hingga kini masih banyak warga setempat yang hidup dari program bantuan Tzu Chi. Namun, kelak bagaimana caranya sungguh-sungguh membuat batin dan fisik mereka pulih? batin dan fisik mereka tenang dan damai? Sungguh, segalanya masih belum jelas dan kita tak tahu apa yang harus diperbuat.

Pada bulan Maret lalu insan Tzu Chi Amerika Serikat menerima permohonan dari Palang Merah Internasional untuk memberikan perawatan medis bagi 3 warga Haiti yang mengalami luka bakar yang parah akibat gempa di Haiti 6 bulan yang lalu. Warga yang terluka dikirim ke tempat terdekat, yakni Dominika, sedangkan warga yang kritis dikirim ke Amerika Serikat. Jadi, Palang Merah meminta bantuan Tzu Chi untuk memerhatikan ketiga pasien tersebut.

Ketika relawan Tzu Chi datang, pasien-pasien tersebut terlihat sangat panik dan cemas. Saat hendak diwawancarai dan didokumentasikan, mereka terlihat sangat ketakutan. Kemudian kita baru mengetahui bahwa banyak media massa maupun organisasi kemanusiaan terus berdatangan melihat mereka, namun tak pernah muncul lagi untuk memberikan bantuan.

Pada bulan Maret lalu insan Tzu Chi menerima permohonan dan segera mengunjungi mereka. Mereka terlihat sangat panik, takut, dan menolak untuk difoto. Namun, insan Tzu Chi menenangkan mereka dengan penuh cinta kasih dan berjanji akan kembali berkunjung seminggu kemudian. Pada waktu yang telah dijanjikan, insan Tzu Chi pun berkunjung kembali. Mereka tak berkunjung dengan tangan kosong, melainkan dengan membawa barang-barang kebutuhan mereka. Melihat insan Tzu Chi datang kembali dengan barang bantuan serta perhatian yang penuh hormat dan cinta kasih, hati mereka pun merasa tenang.

 

Sejak saat itu insan Tzu Chi terus mendampingi hingga saat ini. Terima kasih atas semua bantuan kalian bagi para korban bencana di Haiti. Terima kasih, saya sungguh menghargainya. Ketiga pasien ini adalah warga Haiti. Kini kita telah memiliki relawan di Haiti. Jadi, setelah badai melanda, kita mulai memikirkan bagaimana caranya agar warga Haiti dapat memiliki tempat tinggal yang aman dan kehidupan mereka dapat kembali normal. Sungguh terlalu parah kerusakan yang timbul akibat gempa bumi beberapa waktu lalu. Entah kapan Haiti baru dapat pulih kembali.

 

Karenanya, kita memerlukan bantuan dari banyak organisasi kemanusiaan untuk bekerja sama membantu warga Haiti. Kita harus harus bertindak dengan cepat. Bila tidak, kondisi Haiti tak akan berubah. Hal ini sungguh memprihatinkan. Jika dibandingkan, Taiwan sungguh penuh berkah. Kini yang terpenting bagi kita adalah senantiasa memiliki hati yang tulus.

Semoga kekuatan cinta kasih dan kebajikan dari Taiwan dapat menyebar hingga ke seluruh dunia. Bila tidak, kita akan senantiasa hidup dalam kekhawatiran. Entah bagaimana kondisi Filipina saat ini. Kita juga belum tahu kondisi Tiongkok yang mengalami banjir di banyak tempat, terlebih lagi warga Haiti yang hidup di tengah reruntuhan akibat gempa dan tenda mereka rusak akibat tiupan badai.

Entah bagaimana mereka dapat hidup. Banyak sekali hal yang mengkhawatirkan. Karena itu, kita harus menyadari berkah setelah melihat penderitaan, mawas diri, dan memiliki hati yang tulus. Semoga dunia bebas dari bencana, masyarakat hidup harmonis, dan setiap orang hidup tenteram. Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi / Foto: Da Ai TV Taiwan

 
 

Artikel Terkait

Semangat Anak-Anak Milenial

Semangat Anak-Anak Milenial

29 Agustus 2019

Setelah 5 tahun, akhirnya Tzu Ching Medan kembali mengadakan Tzu Ching Camp yang ke-3 pada 17 dan 18 Agustus 2019, bertepatan di Hari Kemerdekaan Indonesia. Tema dari Tzu Ching Camp ini yaitu Millenilas Spirit We Can Do It - Yea... Tema ini sekaligus merupakan yel-yel untuk Tzu Ching Camp.

Pembagian Kupon dan Paket Cinta Kasih di Kamal Muara

Pembagian Kupon dan Paket Cinta Kasih di Kamal Muara

27 Maret 2024

Menjelang Hari Raya Idul Fitri, Tzu Chi Indonesia membagikan kupon sembako bagi warga prasejahtera di wilayah Kamal Muara. Kupon ini nantinya dapat ditukarkan dengan paket sembako berisi 10 Kg beras dan 20 bungkus mi instan.

Jalinan Kasih Relawan Tzu Chi

Jalinan Kasih Relawan Tzu Chi

21 Februari 2012
Minggu pagi tanggal 12 Februari 2012 pukul 09.30 WIB, Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Penghubung Tanjung Balai Karimun mengadakan kegiatan peduli kasih. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan jalinan kasih antara relawan Tzu Chi dengan penerima bantuan Tzu Chi (Gan En Hu).
Kekuatan akan menjadi besar bila kebajikan dilakukan bersama-sama; berkah yang diperoleh akan menjadi besar pula.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -