Suara Kasih: Cinta Kasih di Afrika Selatan
Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News Judul Asli: Menyaksikan Cinta Kasih Tulus "Total berat barang bantuan yang diberikan diperkirakan lebih dari 30 kilogram. Jadi, anak-anak akan merasa kesulitan menempuh perjalanan jauh dengan membawa barang seberat itu. Karena itu, kami memutuskan untuk membagikan barang bantuan di sekolah agar anak-anak mudah membawanya pulang ke rumah,” kata seorang relawan. | |||
”Terima kasih, Tzu Chi. Terima kasih, Taiwan. Kami sungguh berterima kasih kepada kalian. Kami sangat menghargai segala hal yang telah kalian lakukan untuk kami. Teruslah menolong sesama. Kami sangat membutuhkan bantuan kalian. Terima kasih,” kata salah seorang warga. Mendengar itu sungguh samgat menyentuh. Namun, pada saat bersamaan, hati saya juga merasa tak tega. Bodhisatwa datang karena adanya makhluk yang menderita. Apakah yang dimaksud dengan Bodhisatwa? Yakni orang-orang yang memiliki keyakinan dan bertekad untuk berjalan di jalan Bodhisatwa. Bodhisatwa datang ke dunia demi membebaskan semua makhluk dari penderitaan. Inilah misi Bodhisatwa dunia. Dalam mengemban misi ini, kekuatan satu orang saja tidaklah cukup. Bahkan kekuatan sekelompok orang pun masih tak sanggup memikul tanggung jawab ini. Karenanya, kita harus menginspirasi semua orang di negara mana pun agar mereka dapat memahami prinsip kebenaran serta hidup sesuai ajaran Buddha. Jika prinsip kebenaran ini dapat menyebar hingga ke seluruh penjuru dunia, maka akan ada makin banyak orang yang dapat mendengar, menerima, serta mempraktikkannya dalam keseharian. Karena dunia penuh penderitaan, maka kesempatan untuk menolong sangatlah besar dan jumlah orang yang tertolong juga tak sedikit. Orang yang menerima bantuan pun dapat kembali membantu orang lain. Inilah cara terbaik meringankan penderitaan. Tadi kita menyaksikan tayangan mengenai relawan Zulu di Afrika selatan. Meski memiliki warna kulit yang gelap, namun hati mereka sama dengan hati kita. Hanya saja, kehidupan mereka berbeda dengan kehidupan kita. Mereka hidup dalam kondisi serba minim. Mayoritas penduduk setempat hidup dalam kondisi demikian. Meski sekelompok relawan Zulu ini hidup serba kekurangan, namun mereka kaya secara spiritual. | |||
| |||
Saat semua orang tengah demam piala dunia, insan Tzu Chi setempat berkumpul untuk merencanakan penyaluran bantuan bagi orang-orang yang membutuhkan. Diperkirakan dari Mei hingga September, mereka akan menyalurkan 60 kali bantuan materi, dengan harapan dapat membantu lebih dari 12.000 keluarga di Afrika Selatan. Kini kita tengah berada di bulan Juli dan sebentar lagi akan memasuki bulan Agustus. Hingga saat, insan Tzu Chi setempat masih terus mengadakan penyaluran bantuan. Di Bloemfontein, mereka telah menyalurkan bantuan kepada hampir 500 keluarga dalam lima kali pendistribusian. Dua pendistribusian diadakan di dua sekolah anak-anak kurang mampu, sedangkan tiga pendistribusian lainnya diadakan di tiga wilayah yang warganya hidup dalam kondisi minim yang tak dapat dilukiskan. Jadi, selama beberapa hari tersebut, yakni dari tanggal 2 Juni hingga 8 Juni, mereka mengadakan 5 kali penyaluran bantuan. Saya sungguh tersentuh dengan kekayaan spiritual yang mereka miliki. Saat mendistribusikan bantuan materi, dua orang penerima bantuan mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Yang satu dibungkus dengan kertas, sedangkan yang lain dengan kantong plastik usang. Benda tersebut terlihat cukup berat. Apakah isinya? Itu adalah koin yang mereka kumpulkan sedikit demi sedikit. Meski hidup dalam kekurangan, namun mereka tetap ingin berdana. Tahun lalu saat insan Tzu Chi menyalurkan bantuan di sana, mereka menceritakan tentang celengan bambu dan mengajak orang-orang untuk menabung setiap hari. Meski nilainya sangat kecil, namun yang terpenting adalah membangkitkan cinta kasih dalam hati. | |||
| |||
Kita tak dapat memilih ingin dilahirkan dalam keluarga mana. Semuanya diluar kendali kita. Setelah mendengar tentang prinsip kebenaran, warga Afsel pun meyakini ajaran ini dan percaya bahwa tindakan mereka adalah benar. Karenanya, mereka bersumbangsih dengan sukacita dan senantiasa melakukan hal-hal baik. Saya sungguh tersentuh melihatnya. Yang paling membuat saya tersentuh adalah tindakan seorang wanita pemilik panti asuhan yang rutin menerima bantuan dan perhatian dari insan Tzu Chi. Ia mengajak insan Tzu Chi mengunjungi sekelompok warga yang tinggal di sekitar rumah tahanan. Mereka adalah anggota keluarga para tahanan yang tak memiliki tempat tinggal dan kebanyakan dari mereka adalah imigran gelap. Wakil sipir rutan melihat bagaimana insan Tzu Chi memerhatikan anak-anak di panti asuhan dengan penuh cinta kasih tanpa pamrih dalam jangka waktu panjang. Karena itu, welas asihnya pun terbangkitkan. Lalu, ia mengundang insan Tzu Chi untuk mengunjungi warga yang hidup dalam kondisi sangat kekurangan di sekitar rutan. Pada musim dingin, warga setempat yang sangat kekurangan pun memiliki lempengan besi untuk berteduh. Namun, para imigran gelap ini hanya menggunakan plastik sampah yang telah dibuang oleh orang-orang. Ketika melihat kondisi demikian, insan Tzu Chi sungguh merasa tidak tega. Saudara sekalian, lingkungan tempat tinggal mereka sungguh tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Jadi, insan Tzu Chi pun segera menyiapkan barang bantuan untuk mereka. Sungguh tidak tega melihatnya. Di dunia ini sungguh banyak orang yang hidup dalam kondisi yang tak diinginkan. Sungguh sulit membayangkan bagaimana mereka menjalani hidup, bagaimana perasaan mereka, dan bagaimana cara mereka bertahan. Sungguh sulit dibayangkan. Jadi, kita harus tahu bersyukur. Lihatlah orang-orang yang menderita di Afrika Selatan. Kita harus belajar berpuas diri, bersyukur, berpengertian, dan memaafkan serta senantiasa bekerja dengan penuh kesatuan hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong demi memikul tanggung jawab yang besar ini. Inilah yang harus dilakukan oleh semua Bodhisatwa dunia. Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi / Foto: Da Ai TV Taiwan | |||