Suara Kasih : Demi Melindungi Kesehatan

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Melindungi Kesehatan  
dengan Cinta Kasih
 

Mengenang kembali awal berdirinya Tzu Chi
Bekerja keras mengatasi berbagai rintangan    
Mengadakan baksos ke desa-desa demi meringankan penderitaan warga
Menjadi sandaran yang melindungi kesehatan

Pada awal berdirinya Tzu Chi, kita memulai kegiatan amal dengan memberikan bantuan kepada warga kurang mampu di Hualien. Kita semua mengetahui bahwa kemiskinan dan penyakit sering datang bersamaan. Pada saat itu warga yang kita bantu adalah orang-orang tua yang hidup sebatang kara, orang yang menderita penyakit, dan orang yang memiliki cacat fisik. Hingga kini saya sungguh sulit melukiskan perasaan saya terhadap orang-orang tersebut. Jadi, misi kesehatan Tzu Chi dimulai dari baksos kesehatan yang kita adakan lima tahun sejak berdirinya Tzu Chi.

Saya masih ingat suatu hari pada saat kita sedang mengadakan rapat komite, salah seorang anggota komite membawa serta putrinya. Pada saat rapat sedang berlangsung, anak kecil tadi tiba-tiba berkata, “Ibu, kalian membantu orang yang menderita. Saya punya seorang teman sekolah yang hidup dalam kekurangan bahkan tak punya uang untuk makan. Ayahnya sakit dan tak mampu berobat ke dokter.” Bocah kecil itu baru duduk di kelas 3 SD. Mendengar kata-katanya, saya pun sadar akan suatu hal. Jadi, melalui anak perempuan tersebut, kita mulai mencari tahu tentang kasus ini dan tempat tinggal temannya. Kita pun bertanya kepada gurunya. Guru tersebut bercerita bahwa ayah dari siswa itu adalah seorang pekerja. Pada saat membongkar muatan dari truk, karena tidak hati-hati, tulang belakang ayahnya ini terluka sehingga membuatnya lumpuh.

Saat berkunjung ke rumahnya, saya masih ingat dengan jelas, suasana rumah itu sangat gelap dan sang ayah tidur di atas lantai yang beralaskan jerami. Kami terkejut ketika melihatnya karena di samping kakinya terdapat seekor tikus yang sangat besar dan gemuk tengah menggerogoti kakinya yang telah membusuk. Ketika kami berjalan mendekatinya, tikus tersebut tak takut sama sekali. Hal ini tak dapat saya lupakan. Hingga kini pemandangan tersebut masih melekat kuat dalam pikiran saya. Setelah melihat penderitaan sesama, kita pun mulai mengadakan baksos kesehatan. Lokasi untuk mengadakan baksos kesehatan disediakan oleh De Ci, salah satu murid saya. Mereka tinggal di lantai dua, dan lantai dasar dijadikan klinik gratis. Saya sungguh berterima kasih kepada dua perawat yang juga merupakan anggota komite Tzu Chi. Selain mereka, kita juga berterima kasih kepada para dokter dari rumah sakit di Hualien, yakni dr. Huang ahli bedah, dan dr. Zhang spesialis anak, juga ayahnya yang seorang spesialis penyakit dalam, dan pada dr. Zhu dokter kandungan, dan dr. Zhou juga spesialis penyakit dalam. Singkat kata, para dokter tersebut bergiliran bertugas di klinik gratis tersebut dua kali dalam seminggu.

Kemudian kami berpikir bahwa mengadakan klinik gratis saja tidaklah cukup. Jadi, kami mulai mengadakan baksos kesehatan di desa-desa. Pada saat itu baksos kesehatan kami adakan pada hari-hari libur dan di daerah terpencil. Transportasi saat itu masih sangat sulit. Untuk mengadakan baksos di Yuli maupun Taidong, kami harus melewati sebuah jembatan rel. Rel kereta api ini juga dapat dilalui oleh bus, mobil, maupun pejalan kaki. Ketika mobil melintas di atas rel, kami sungguh merasa takut karena posisi ban mobil harus tepat di atas rel. Jika keterampilan mengemudi tak cukup baik, maka mobil dapat tersangkut bantalan rel. Terlebih lagi, kami tak tahu kapan kereta api akan melintas. Setiap kali pergi ke Yuli dan Taidong, kami harus melewati jembatan rel tersebut dan pasien yang datang selalu tak sedikit. Jika kita tak mengadakan baksos kesehatan, transportasi yang masih sulit saat itu akan membuat sakit ringan menjadi sakit parah. Jadi, baksos kesehatan di daerah terpencil adalah agenda yang sangat penting.

Dari situlah kita baru menyadari kurangnya fasilitas medis di wilayah timur Taiwan. Faktor inilah yang menimbulkan niat kami untuk membangun sebuah rumah sakit. Selain RS Tzu Chi Hualien, kita juga membangun RS Tzu Chi di Guanshan dan Yuli. Kedua kota ini sama-sama berada di wilayah timur Taiwan. Untuk mencari staf medis yang bersedia bekerja di sana sangatlah sulit. Orang yang bersedia pergi ke sana hanyalah orang-orang yang bertekad luhur dan memiliki hati penuh cinta kasih. Meski rumah sakit tak besar, namun pelayanan medisnya sangat bagus. Yang lebih membuat saya bersyukur adalah kegiatan baksos di daerah-daerah terpencil yang dikoordinir oleh kedua rumah sakit ini. Selain melayani pasien yang datang ke rumah sakit, para staf dari kedua rumah sakit ini pun rutin berangkat ke daerah pedalaman untuk mengadakan baksos, berkunjung ke rumah pasien, sekaligus melakukan berbagai kegiatan amal. Inilah pelayanan medis yang kita berikan kepada warga di daerah-daerah terpencil. Kita harus memiliki hati yang penuh cinta kasih untuk memikul tanggung jawab ini.

Tanggal 15 Juli RS Tzu Chi Yuli dievaluasi. Beberapa hari sebelumnya insan Tzu Chi membantu membersihkan rumah sakit tersebut. Selain RS Tzu Chi Yuli, RS Tzu Chi Taichung pun akan dievaluasi. Sebanyak lebih dari 500 relawan dari Taichung, Zhanghua, dan sekitarnya berkumpul di RS Tzu Chi Taichung untuk membantu membersihkan rumah sakit. Mereka membersihkan setiap sudut rumah sakit dengan sangat teliti. Ingatlah, Rumah Sakit Tzu Chi adalah milik kita bersama, dan tim medis telah sangat bekerja keras mewakili kita melindungi kehidupan dengan penuh cinta kasih. “Evaluasi akreditasi ini tentu juga merupakan hal besar bagi kita semua. Kerja sama semua orang saat ini sungguh penuh kehangatan. Meski kami rutin membersihkannya, namun sudut-sudut mungkin tak selalu diperhatikan. Jadi, kali ini kami meminta bantuan para relawan. Mereka telah banyak membantu. Mereka memanfaatkan akhir pekan terakhir sebelum penilaian untuk membantu kami. Bantuan mereka sungguh besar artinya bagi kami. Terima kasih, Kakak-Kakak sekalian. Kalian telah bekerja keras. Terima kasih. Terima kasih telah memberi kami kesempatan untuk bersumbangsih,” kata seorang staf medis di rumah sakit itu pada para relawan yang membantu.

Kita harus mendoakan mereka dengan tulus. Sesungguhnya, setiap hari para staf medis bekerja keras bagaikan sedang menghadapi evaluasi akreditasi, dan mereka bersumbangsih tanpa pamrih. Mereka melindungi kehidupan dengan penuh cinta kasih. Semoga RS Yuli dan Taichung dapat melewati evaluasi dengan nilai terbaik. Saya sangat berterima kasih. Sungguh, mereka telah bekerja keras dengan penuh kesungguhan setiap hari. Banyak hal yang ingin saya sampaikan. Tzu Chi berdiri pada tahun 1966 dan pada tahun 1972 mulai mengadakan baksos kesehatan. Hingga kini sebanyak lebih dari 30 negara di seluruh dunia memiliki tim TIMA yang bersumbangsih dalam misi kesehatan Tzu Chi. Sungguh, dulu kita mulai menjalankan organisasi ini dengan penuh kesulitan dan kekuatan yang sangat kecil. Kini berapa jumlah relawan Tzu Chi? Sungguh sulit dihitung. Akhir kata, asalkan ada niat, kita tidak khawatir akan besar kecilnya kekuatan. Asalkan ada sebersit niat, kita dapat memulainya dari mana saja. Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi / Foto: Da Ai TV Taiwan

 
 

Artikel Terkait

Kekuatan Doa Bersama di Bulan Mei

Kekuatan Doa Bersama di Bulan Mei

17 Mei 2021

Sehubungan dengan pandemi Covid-19, Tzu Chi Indonesia mengadakan Peringatan Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, Hari Tzu Chi Sedunia secara online bersama dengan Aula Jing Si Hualian Taiwan, Wihara Chan Linji Huguo Taipei, dan Wihara Longshan Taipei.

Pelatihan Film Dokumenter

Pelatihan Film Dokumenter

28 Juli 2010
Televisi yang “sehat” dan mendidik merupakan media komunikasi yang dibutuhkan oleh masyarakat saat ini. Da Ai TV Indonesia hadir dalam masyarakat dengan semangat cinta kasih, memberikan tayangan positif untuk menjernihkan hati manusia.
Doa Bersama Waisak di Sekolah Yos Sudarso Medan

Doa Bersama Waisak di Sekolah Yos Sudarso Medan

31 Mei 2023

Relawan Tzu Chi Medan mengadakan perayaan Waisak di Sekolah Yos Sudarso Medan pada 26 Mei 2023. Sebanyak 139 siswa dari jenjang SD, SMP, dan SMA mengikuti perayaan Waisak ini.

Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -