Suara Kasih : Dharma Bagaikan Obat Mujarab

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
.
 

Judul Asli:

 

Menjadikan Dharma Sebagai Obat Mujarab dalam Menyembuhkan Penyakit

      

Tim medis memiliki cinta kasih dan hati orang tua
Berpegang teguh pada tekad dan giat bagaikan Bodhisatwa
Menjadikan Dharma sebagai obat mujarab dalam menyembuhkan penyakit
Mempersiapkan upacara Waisak dengan ketulusan hati

Di Peru, terjadi kebakaran besar yang melahap sebuah pusat rehabilitasi. Saat mendengar namanya, kita pasti tahu bahwa di dalamnya ada pecandu miras, pecandu narkoba, ataupun orang yang batinnya tak bisa selaras. Akibat pikiran yang menyimpang, orang akan dikendalikan nafsu keinginan dan batinnya pun menjadi sakit. Dengan begitu, bertambahlah ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguannya, sehingga dia melakukan banyak tindakan buruk. Kesalahan ini terjadi karena manusia tak bisa mengendalikan sebersit niat atau terjerumus dalam ketersesatan.

Karena itu, saat Buddha datang ke dunia, sebutan lain bagi Buddha adalah Tabib Agung. Buddha adalah tabib agung bagi jiwa kebijaksanaan manusia. Beliau mampu menumbuhkan jiwa kebijaksanaan dan menyembuhkan penyakit batin semua makhluk.Buddha mengumpamakan para bhiksu-bhiksuni Sangha bagaikan orang yang merawat pasien. Kini, kita menyebutnya dengan istilah perawat. Benar, dokter akan memberikan obat sesuai dengan penyakit pasien, tetapi dalam masa penyembuhan, pasien membutuhkan orang untuk menjaga, merawat, mendampinginya, menolongnya agar pulih perlahan-lahan, serta membantunya minum obat. Dokter memberikan resep obat, namun perawat juga diperlukan untuk menjaga pasien dan membantunya minum obat selama masa perawatan. Jadi, Buddha memberikan perumpamaan seperti tadi, Dharma bagaikan obat mujarab.

Untuk menyembuhkan pasien, dokter harus memberikan obat sesuai dengan penyakit pasien. Akan tetapi, kita harus berhati-hati. Contohnya, Sariputra pernah hendak membabarkan ajaran Buddha kepada 2 orang,tetapi dalam kondisi yang tidak tepat. Meski memberikan obat yang mujarab, tetapi tidak sesuai dengan penyakitnya, malah terbalik. Sariputra menggunakan obat yang salah atau Dharma yang tidak tepat bagi 2 orang itu. Karenanya, ajaran Sariputra menjadi tak berguna bagi mereka, malah membuat mereka memfitnah ajaran Buddha. Setelah memahami keadaan tersebut, Buddha pun memberi tahu Sariputra bahwa dia telah terbalik menggunakan metode bagi 2 orang tadi. Buddha segera meluruskan situasi ini sehingga kedua orang tadi mulai dapat memahami kebenaran dan menerima ajaran Buddha. Dengan begitu, pikiran mereka yang menyimpang berhasil diluruskan kembali.

Jadi, meski ada Tabib Agung yang memberikan resep sesuai penyakit, namun jika tidak ada orang yang merawat dan membantu pasien minum obat, mungkin penyakitnya tidak akan bisa disembuhkan. Kini masyarakat kita juga demikian. Pikiran manusia telah mulai menyimpang. Karena itu, kita membutuhkan Dharma yang benar untuk menenteramkan batin manusia. Kini, setiap orang di masyarakat kebanyakan memiliki pekerjaan. Jadi, saat anggota keluarga mereka menua dan jatuh sakit, mereka selalu mengandalkan rumah sakit. Akan tetapi, meski rumah sakit berfasilitas lengkap, ia tak dapat beroperasi tanpa adanya perawat.

Selain itu, dokter sangatlah penting. Perawat lebih penting lagi karena merekalah yang terus mendampingi pasien. Saat pasien memerlukan bantuan, para perawat harus sudah siap di ruang perawat agar saat lampu panggilan menyala, mereka dapat segera merespon dan segera mendampingi pasien.Ini sungguh merupakan pekerjaan yang berat.

Berkat semangat misilah mereka dapat menjalankan tugas dengan baik. Ini sungguh tidak mudah. Seperti yang Buddha katakan, dokter bagaikan Buddha hidup dan perawat bagaikan Bodhisatwa Avalokitesvara. Bodhisatwa Avalokitesvara bagaikan seorang ibu penuh cinta kasih yang mengasihi semua makhluk tanpa mempermasalahkan kesalahan masa lalu mereka. Perawat juga memiliki hati yang demikian. Meski mendapat perlakuan buruk dari pasien atau nada bicara yang tinggi, para perawat harus tetap menyayangi dan mengasihi para pasien bagaikan seorang ibu yang tidak menaruh dendam atau mengingat kesalahan anaknya. Jadi, hati perawat bagaikan hati orang tua. Cinta kasih ini sungguh mulia.

Karena itu, kita harus lebih banyak membimbing orang di masyarakat agar setiap orang memahami bahwa dalam kehidupan manusia, kita tidak bisa kekurangan tim medis karena setiap orang tidak terlepas dari lahir, tua, sakit, dan mati. Terutama saat menderita sakit, ini adalah kondisi yang paling menderita. Siapa yang dapat membantu melenyapkan penderitaan tersebut? Hanya dokter dan perawat yang bisa melenyapkan penderitaan pasien. Singkat kata, dalam masyarakat masa kini, banyak orang yang batinnya menderita sakit. Bagaimana kita menyembuhkannya? Bagaimana kita menyucikan hati manusia? Semua ini bergantung pada usaha kita. Ke dalam, kita harus memiliki rasa syukur.

Dalam misi kesehatan dan misi pendidikan Tzu Chi, kita harus lebih bersungguh hati untuk membina sumber daya manusia yang berjalan di arah yang benar dan berkebijaksanaan. Tujuan misi pendidikan Tzu Chi adalah membimbing para siswa untuk mempertahankan tekad selamanya dan senantiasa berjalan di arah yang benar. Kita harus membimbing setiap orang untuk mempertahankan tekad awalnya. Dengan berlatih sesuai tekad awal, maka kebuddhaan pasti dapat tercapai. Karena itu, setelah bertekad untuk membina diri, kita harus berlatih sesuai tekad awal.

Jika demikian, Kebuddhaan tidak akan sulit dicapai. Karena itu, setiap orang harus memiliki tekad. Jika telah meneguhkan tekad, maka janganlah terpengaruh lingkungan luar. Akan tetapi, kita membutuhkan dukungan dari lingkungan sekitar. Setiap orang harus menjaga dan melindungi lingkungan besar yang kita miliki ini dan memikul tanggung jawab dalam mendampingi badan misi kesehatan dan misi pendidikan kita.

 

Setiap orang harus melakukannya. Selain itu, setiap orang juga harus banyak membabarkan Dharma di masyarakat. Terhadap orang-orang yang berbeda latar belakang dan sifat, kita harus menggunakan metode yang sesuai. Jadi, para insan Tzu Chi harus lebih bersungguh hati. Kita dapat melihat demi menggalang Bodhisatwa dunia, para insan Tzu Chi di seluruh dunia akan menggelar peringatan Waisak pada tanggal 13 Mei secara bersamaan. Ini bertujuan untuk menenteramkan batin manusia di masyarakat dan membabarkan ajaran Buddha agar setiap orang dapat mengenal Dharma dan mempraktikkannya dalam tindakan nyata dengan meringankan penderitaan semua makhluk.

Inilah yang telah mulai disosialisasikan. Untuk itu, di seluruh dunia, para insan Tzu Chi telah mulai bergerak untuk mempersiapkan upacara Waisak yang akan diadakan serentak ini. Semoga kita dapat mawas diri dan berhati tulus serta berdoa agar dalam upacara Waisak nanti tidak turun hujan, matahari tidak terlalu terik, dan angin dapat bertiup sepoi-sepoi.

Semoga berkat ketulusan hati insan Tzu Chi, lebih banyak orang dapat menghadiri upacara pemandian rupang Buddha ini dan melihat nilai kebenaran, kebajikan, dan keindahan serta merasakan semangat ketulusan ini. Untuk itu, selain mengundang orang banyak, kita juga harus mawas diri dan berdoa dengan hati yang tulus semoga acara ini dapat berjalan lancer agar kebenaran serta keindahan ajaran Buddha dapat terwujud ke luar dan menyelaraskan batin setiap orang. Diterjemahkan oleh: Laurencia Lou.

 
 

Artikel Terkait

Menyatukan Energi Positif di Aula Jing Si Bandung

Menyatukan Energi Positif di Aula Jing Si Bandung

05 November 2019

Setelah 15 tahun Tzu Chi Bandung bersumbangsih membantu masyarakat kurang mampu, akhirnya insan Tzu Chi Bandung memiliki rumah sendiri. Hadirnya rumah batin insan Tzu Chi di Bumi Pasundan ini mendapat dukungan dari seluruh insan Tzu Chi Indonesia. “Aula Jing Si adalah tempat menggalang Bodhisatwa, tempat untuk menyucikan hati manusia. Semoga adanya Aula Jing Si ini dapat membantu lebih banyak orang, melakukan lebih banyak hal lagi dan memberi perhatian kepada orang yang membutuhkan,” kata Liu Su Mei, Ketua Tzu Chi Indonesia.

Dulu Dibantu, Kini Saatnya Membantu

Dulu Dibantu, Kini Saatnya Membantu

11 Juli 2019

Pelatihan Relawan Tzu Chi di Palembang menghadirkan para relawan Tzu Chi dari Jakarta. Kegiatan ini diikuti oleh 60 orang relawan pada 8 Juli 2019 di Ruang Akasia Royal Asia.

Peduli Merapi : Satu Hati untuk Merapi

Peduli Merapi : Satu Hati untuk Merapi

24 November 2010
Hari Sabtu dan Minggu, 13-14 November 2010, para relawan Tzu Chi Hu Ai Jelambar mengadakan kegiatan penggalangan dana untuk membantu meringankan beban saudara-saudara kita yang berada di tempat pengungsian.
Tiga faktor utama untuk menyehatkan batin adalah: bersikap optimis, penuh pengertian, dan memiliki cinta kasih.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -