Suara kasih : Giat Menciptakan Berkah
Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai NewsJudul Asli:
Giat Menciptakan Berkah di Tengah Kondisi Ekonomi yang Minim Giat menciptakan berkah di tengah kondisi minim | |||
“Membantu orang adalah hal yang sangat berharga karena dapat memperkaya spiritual kita. Karena itu, saya merasa bisa membantu orang lain saya sungguh bersukacita.”Lihatlah Relawan Meiqin di Taichung. Suaminya 21 tahun lebih tua dibanding dirinya. Setelah sang suami pensiun, Meiqin harus memikul tanggung jawab yang berat atas kehidupan keluarganya. Demi membesarkan anak-anaknya, dia pun bekerja sebagai petugas kebersihan. Dengan gaji tiap bulan 19.000 NT dolar atau sekitar Rp5.700.000, dia harus membesarkan anak-anaknya dan menopang ekonomi keluarga. Meski kehidupannya tak begitu berada, namun hatinya penuh dengan cinta kasih. Dia selalu berbagi tentang Tzu Chi dan menginspirasi setiap orang yang ditemuinya. Dia tak pernah absen mengikuti setiap kegiatan Tzu Chi. ”Awalnya anggota keluarga saya, yakni ayah dan adik tak setuju saya melakukan pekerjaan Tzu Chi. Mereka akan memarahi saya dan berkata, Mengapa mendonasikan uang kepada orang lain? Kehidupanmu sendiri sudah penuh kesulitan. Saya pun berpikir, apa pun yang terjadi, saya harus tetap melakukannya. Meski kondisi ekonomi saya tak begitu baik, namun dengan lebih berhemat lagi, saya dapat berdana,”ucap Meiqin. Demi membantu keluarganya memahami Tzu Chi dan lebih membahagiakan ibunya, dia pun mengajak sang ibu mengunjungi Tzu Chi agar ibunya memahami bagaimana dia melakukan pekerjaan Tzu Chi dan menginspirasi orang lain. Dia menunjukkan kepada ibunya sukacita para donatur yang mendonasikan uang. Selain itu, dia juga mengajak sang ibu mengunjungi warga kurang mampu agar ibunya dapat melihat masih ada banyak orang yang hidup menderita. Ternyata banyak orang yang terbantu oleh sedikit demi sedikit donasi yang dihimpun oleh putrinya. Dia juga menunjukkan kepada sang ibu bahwa setetes demi setetes sumbangsih yang terhimpun dapat digunakan untuk membantu banyak orang yang menderita. | |||
| |||
Saat Tiongkok dilanda bencana, Meiqin pun mendonasikan 100.000 NT(Rp30juta) untuk mendirikan sebuah rumah. Saat itu, anak-anaknya masih kecil dan dia harus bekerja sebagai petugas kebersihan. Uang 100.000 NT dolar(Rp30 juta) ini merupakan jumlah yang sangat besar. Dengan gaji tiap bulan hanya 19.000 NT dolar atau sekitar Rp5.700.000, dia harus menopang ekonomi keluarga dan menyisihkan uang hingga 100.000 NT dolar(Rp30juta). Ini sungguh tak mudah. “Banyak orang yang bertanya kepada saya, Kondisi ekonomi Anda sendiri tak begitu baik, mengapa masih mau berdonasi? Ada pula banyak orang yang mendoakan saya dan berkata bahwa saya adalah orang yang penuh berkah karena memiliki beberapa rumah di seluruh dunia. Doa dari begitu banyak orang sungguh membuat saya merasa bahwa saya adalah orang yang penuh dengan berkah,”ucap Meiqin. Pada tahun 2000, dia berangkat ke Tiongkok untuk menyalurkan bantuan musim dingin. Setelah kembali, dia menjadi lebih giat dalam melakukan pekerjaan Tzu Chi. Setelah melihat penderitaan yang tak terkira, dia pun berasosiasi bahwa orang yang menderita di dunia ini akan semakin meningkat. Karena itu, dia pun mulai membangun tekad luhur, yaitu mendonasikan 1 juta NT atau sekitar 300 juta rupiah. Bayangkan, dia harus menabung berapa tahun? ”Semua kursi saya ini adalah barang bekas yang saya pungut untuk dimanfaatkan lagi. Lemari ini juga. Menyisihkan uang untuk membantu sesama. Setelah membantu anak mendonasikan 1 juta NT dolar(Rp30juta), saya juga akan berdonasi atas nama saya sendiri, dan berdonasi atas nama keluarga saya. Selain itu, dia juga rutin menjadi relawan di RS Tzu Chi Hualien, Dalin dan Taichung,” tuturnya dengan penuh semangat. Bagaimana dia memanfaatkan waktunya? Dia selalu hidup sederhana dan mendidik anak-anaknya dengan baik. Putrinya telah dilantik menjadi anggota komite Tzu Chi. Dia juga memberikan teladan nyata dalam berbakti kepada orang tua. Dia adalah anak teladan sekaligus ibu yang baik bagi anak-anaknya. Selain itu, di tengah masyarakat, dia juga adalah teladan bagi setiap orang. Setiap orang dapat melakukan hal ini. Dia sungguh memperoleh kebahagiaan dan sukacita setelah bersumbangsih. | |||
| |||
Hal ini menyebabkan manusia terikat dengan kekhawatiran dan rasa kehilangan. Orang berada mungkin terlihat tanpa beban serta menikmati hidup dengan santai dan senang. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan hati kita yang lapang dan murni dalam bersumbangsih, kesenangan kita jauh lebih bermakna. Inilah yang disebut tahu berpuas diri dan senantiasa bersukacita. Meskipun sangat sibuk melakukan berbagai hal, namun batin kita hendaknya tanpa beban dan tak terikat oleh kegelapan batin. Inilah yang disebut dengan kesenangan. Meskipun sibuk dan terus bersumbangsih, namun hati kita tak memiliki beban. Inilah yang disebut kondisi batin yang tanpa beban. Singkat kata, kita harus membimbing setiap orang di dunia untuk mengembangkan cinta kasih universal serta memperkaya batin. Dengan demikian, barulah dunia dapat harmonis dan bebas dari bencana. Untuk memperoleh kehidupan yang baik, kita harus memulainya dari keluarga sendiri dengan berbakti dan berbuat kebajikan. Seseorang yang berbakti kepada orang tua dan memperlakukan orang lain dengan cinta kasih, kekayaan batinnya tak akan habis digunakan. Kehidupan seperti ini sungguh bermakna. Lihatlah Meiqin. Asalkan badannya masih sehat, dia akan terus berbakti, berbuat kebajikan mengembangkan cinta kasih dan kebajikan agung. Kehidupan Meiqin sungguh bermakna. Di tengah kondisi ekonomi yang minim, dia tetap memberi manfaat kepada masyarakat dan menggalang Bodhisattva dunia. Melihat itu, orang tua dan anak-anaknya juga merasa sangat bangga kepadanya. Lihatlah, kehidupan seperti ini sungguh mulia. Saya sungguh senang melihatnya. Kita juga melihat kondisi seorang tunawisma di Malaysia yang tinggal di kolong jembatan. Insan Tzu Chi segera mengantarnya ke RS guna mendapatkan perawatan medis. Selain itu, insan Tzu Chi juga membantunya untuk tinggal di panti jompo. Setelah kondisinya kembali normal dan dapat hidup mandiri, dia pun mengajukan berhenti menerima bantuan karena dia telah menemukan pekerjaan baru yaitu sebagai pelayan di sebuah kedai kopi. Dia dapat kembali menjalani kehidupan dan mulai berjalan di arah yang benar. Dia juga bersedia menjadi donatur Tzu Chi. Kini, tenaga saya telah melemah,namun saya masih dapat melakukan sesuatu.Inilah kehidupan manusia yang dapat berubah. Mengapa harus menjadi tunawisma? Mengapa harus berkata bahwa dia menderita tak mampu membantu orang lain dan malah harus selalu dibantu? Tidak pasti. Singkat kata, kekuatan ini berasal dari hati. Jika setiap orang memiliki hati yang bajik untuk membantu orang lain, kehidupannya akan bermakna dan penuh sukacita. Singkat kata, bukankah kehidupan demikian sangat indah?Baiklah. Kehidupan yang indah sungguh membuat batin merasa tenang dan damai serta sungguh harmonis. Bukankah demikian? Karena itu, janganlah kita membandingkan diri dengan orang yang paling berada. Kita harus membandingkannya dengan orang yang berbakti dan bercinta kasih universal. Dengan demikian, barulah kita akan memperoleh kehidupan yang tenang dan damai. |
Artikel Terkait
Mendalami Semangat Tzu Chi
20 Januari 2016Pada tanggal 8-9 Januari 2016, Tzu Chi Sinar Mas kembali mengadakan kegiatan training pembentukan dan kepengurusan Xie Li Indragiri. Sebanyak 31 relawan mengikuti kegiatan ini yang diadakan di Mess Indrasakti, Indragiri, Riau. Selain training, acara ini juga menjadi sarana untuk saling menjaga tali silaturahmmi antar relawan.
Donor Darah di Bulan Penuh Berkah
28 April 2023Kelangkaan pasokan darah sering terjadi saat bulan Ramadan, Tzu Chi Batam mengadakan Aksi Sehat Donor Darah dan berhasil menghimpun 100 kantong darah.
Terus Bergerak Menyalurkan Paket Sembako
01 Oktober 2020Tzu Chi Sinar Mas terus bergerak menyalurkan paket sembako bagi sesama yang terdampak wabah covid-19. Kali ini, sebanyak 300 paket sembako cinta kasih disalurkan kepada mereka yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.