Suara Kasih: Hidup Rajin dan Hemat
Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai NewsJudul Asli:
Membangun Tanggul Batin dengan Pola Hidup Rajin dan Hemat Para insan Tzu Chi di Australia menggelar pementasan Sutra Makna Tanpa Batas. Para anggota Tzu Ching-lah yang membuat koreografi pementasan Sutra Makna Tanpa Batas itu. Untuk berlatih, mereka membutuhkan panggung. Mereka ingat banyak pabrik menggunakan palet. Jadi, mereka pun meminjamnya untuk dijadikan panggung. | |||
Mereka juga mendengar kabar bahwa ada orang yang hendak merenovasi rumah dan berniat membuang karpet lamanya. Mereka pun segera berbicara pada pemilik rumah untuk meminta karpet yang tidak terpakai itu. karena saat latihan, di atas panggung mereka harus berlatih gerakan jatuh, berlutut, dan sebagainya. Dengan adanya karpet, permukaan panggung akan lebih empuk. Mereka sungguh luar biasa. Selain hemat, mereka juga dapat berlatih dengan sangat baik. Murid-murid saya sungguh mengagumkan. Mereka amat bersungguh hati. Tahun ini, Australia dan Selandia Baru terus dilanda bencana. Meski disebut sebagai surga dunia, kedua negara tersebut akhir-akhir ini mengalami bencana kekeringan, banjir, dan gempa bumi. Karena itu, insan Tzu Chi pun berkali-kali terjun memberi bantuan dan menghibur para korban bencana dengan cinta kasih yang tulus. Selama selang waktu tersebut, insan Tzu Chi di Taiwan bervegetarian dan mempraktikkan pertobatan. Ini berlangsung dalam waktu yang panjang. Insan Tzu Chi di luar negeri pun turut melakukan hal yang sama. Mereka mendengar saya mengatakan bahwa semakin banyak bencana terjadi di dunia dan alam tengah memberi sinyal peringatan, maka seluruh insan Tzu Chi di negara mana pun hendaknya bertobat dan mengajak semua orang untuk bervegetarian. | |||
| |||
Menolong dunia harus dimulai dengan menolong batin manusia. Kita harus memberi pertolongan dengan pikiran terfokus, yakni menolong fisik sekaligus batin. Insan Tzu Chi selalu mendengar saya berkata, selain memberi bantuan materi, kita harus membabarkan Dharma. Bukankah ini yang dikatakan dalam Sutra? Setelah membebaskan makhluk dari derita, kemudian membabarkan Dharma bagi mereka. Setelah meringankan penderitaan orang, kita harus terus mendampingi mereka, merawat batin mereka, serta membabarkan Dharma agar hati mereka dipenuhi kedamaian. Jadi, pementasan adaptasi Sutra ini diadakan oleh Insan Tzu Chi bagi para korban bencana agar mereka dapat memahami keindahan dari ajaran Buddha dan merasakan kedamaian dalam hati. Pejabat pemerintah setempat seperti walikota, anggota dewan dan para warga juga turut menghadiri pementasan ini. Mereka merasa amat tersentuh dan bersyukur setelah menyaksikan pementasan. Selain itu, mereka juga berhubungan baik dengan insan Tzu Chi. Ini sungguh menyentuh. Kita diberi kesempatan untuk bersumbangsih, maka kita harus bersyukur atas kepercayaan mereka kepada kita sehingga mengizinkan kita memasuki daerah bencana untuk memberikan bantuan secara langsung. Kita menghormati agama mereka sekaligus membawa kedamaian batin. Mereka sangat memercayai insan Tzu Chi. Mulanya mereka khawatir apakah organisasi Buddhis seperti kita akan berusaha memengaruhi keyakinan mereka. Ternyata tidak. Berkat insan Tzu Chi, keyakinan mereka malah semakin kuat karena mereka terinspirasi untuk membangkitkan ketulusan, cinta kasih, dan semangat bersumbangsih. | |||
| |||
Saya berharap semua orang dapat senantiasa mawas diri dan berdoa dengan tulus bagi Thailand. Tentu, saya juga meminta insan Tzu Chi setempat untuk sungguh-sungguh berdoa. Bencana alam bukanlah sesuatu yang dapat dilawan manusia. Namun, saat berada dalam kondisi tenteram, kita harus membangun tanggul batin dengan menjaga pikiran kita. Tanggul yang paling kuat terletak dalam batin setiap orang. Setiap orang harus senantiasa menjaga pikiran, serta hidup rajin dan hemat. Kita harus membuka pintu hati dan menjaga pikiran masing-masing. Inilah tanggul yang paling kokoh. Lihatlah insan Tzu Chi di Malaysia. Pendidikan Taman Kanak-kanak di sana mereka jalankan dengan baik. Anak-anak diajarkan untuk mulai bervegetarian. Mereka masih duduk di bangku TK. Setelah mencuci tangan, mereka belajar untuk membuat makanan vegetarian dan mensosialisasikan pola hidup vegetarian. Salah seorang murid mengatakan pada ayahnya, “Kita harus makan lebih banyak sayuran dan mengurangi makan daging.” Ketika ditanya mengapa, ia menjawab, “Kami tidak mau mendengar tangisan hewan-hewan yang dibunuh.” Betapa bijaksananya anak ini. Ada juga anak-anak lain yang mengatakan, “Kami ingin lebih banyak orang bervegetarian.” Perbanyak makan sayuran, kurangi makan daging. Bervegetarian dapat menyelamatkan bumi. Lihatlah, betapa menggemaskannya mereka. Di Taiwan pun demikian. Sejak awal tahun hingga sekarang, saya berterima kasih kepada insan Tzu Chi yang telah menggerakkan “perahu cinta kasih” dan “perahu Dharma” di komunitas masing-masing dengan mensosialisasikan pola hidup vegetarian. Kita semua tahu bahwa kini bervegetarian bukanlah semata-mata berkaitan dengan agama, melainkan demi melestarikan lingkungan, menghemat energi, mengurangi emisi karbon, dan menyelamatkan bumi. Semua orang hendaknya ikut serta. Ini adalah imbauan yang diserukan oleh para ilmuwan di seluruh dunia. Mengurangi konsumsi daging baik bagi kesehatan, juga baik bagi bumi kita. Singkat kata, kita harus memahami bahwa semua orang memiliki tanggung jawab atas segala yang terjadi di dunia. Jangan menganggap Thailand jauh dari kita. Jangan berpikir begitu. Yang terjadi di Australia dan Selandia Baru juga dapat terjadi pada kita. Kita jangan lagi hidup dalam ketersesatan. Janganlah terus mencari kesenangan pribadi. Beberapa waktu lalu saya pernah berkata bahwa makanlah hanya sampai 80 persen kenyang, dan sisihkan 20 persennya untuk membantu orang. Ini akan menjadi sebuah kekuatan. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia. | |||
Artikel Terkait
Suara Kasih: Mengikis Nafsu Keinginan
22 Maret 2012 Lihatlah para pengusaha dari berbagai negara yang datang ke Taiwan untuk mengikuti kamp Jing Si. Selain mempelajari cara memperoleh keuntungan, yang terpenting adalah mereka bisa memahami cara menumbuhkan kebijaksanaan.Menumbuhkan Tunas saat Bencana Melanda
10 Agustus 2015Kamp Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi yang merupakan kali ketiganya digelar ini mengusung tema “Menebar Cinta Kasih, Memupuk Kebijaksanaan” pada 8 dan 9 Agustus 2015 di Ciawi, Bogor. Acara ini dihadiri oleh 97 relawan Tzu Chi dari Jakarta, Medan, Bandung, Makassar, Lampung, Tangerang, dan Manado.
Waisak 2022: Perayaan Waisak dan Hari Ibu yang Istimewa
09 Mei 2022Minggu, 8 Mei 2022, 235 orang yang merupakan relawan Tzu Chi juga masyarakat umum turut mengikuti perayaan waisak yang diadakan oleh relawan komunitas He Qi Tangerang di Ehipassiko School, BSD – Tangerang.