Suara Kasih : Hidup yang Bermakna

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Mengisi  Hidup dengan Hal Bermakna
 

Tetap menjalankan tekad Guru meski tubuh didera penyakit
Menginspirasi anggota keluarga agar turut bergabung dengan Tzu Chi
Membuat hidup bermakna dan kebijaksanaan bertumbuh
Mengisi kehidupan dengan hal bermakna

 

Saya telah melakukan perjalanan selama 12 hari. Selama 12 hari ini perasaan saya bercampur aduk. Saya ingat sehari sebelum memulai perjalanan, di Aula Jing Si, saya melantik para relawan yang kembali dari 23 negara untuk menjadi anggota komite Tzu Chi.

Mereka berjumlah lebih dari 1.000 orang. Awalnya pelantikan akan berlangsung  pada tanggal 8 Desember lalu, namun karena saya harus menghadiri rapat penting dengan tim dari misi budaya humanis Tzu Chi, maka pelantikan diadakan sehari sebelumnya sehingga saya bisa memulai perjalanan pada tanggal 8 Desember lalu.

Saat akan memulai perjalanan, dr. Lin memberi kabar kepada saya yang saat itu berada di stasiun kereta bahwa pada tanggal 8 Desember pagi itu, relawan Lee Choy Lan dari Malaysia yang kembali ke Taiwan untuk dilantik tiba-tiba saja mengalami pendarahan otak. Ia pun segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan darurat.

Ternyata ia menderita tumor otak. Mendengar kondisinya tersebut, selama belasan hari saya selalu mengkhawatirkan keadaannya. Saya meminta biksu yang mendampingi saya untuk menelepon dan mencari tahu kabarnya. Setiap hari saya mencemaskan keadaan relawan ini. Sebelum Choy Lan dilantik, ia telah menjadi wakil kepala tim. Ia sungguh seorang yang luar biasa dan berdedikasi tinggi.

Ia adalah murid saya yang baik. Ia kembali ke Taiwan untuk dilantik. Sungguh tak diduga pelantikan kali ini dilakukan sehari lebih awal dari waktu yang telah dijadwalkan. Kini Choy Lan telah dilantik. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali ia mengalami pendarahan otak. Mengapa hal ini bisa terjadi? Ia kembali ke Taiwan untuk dilantik dan keinginannya ini telah terwujud. Namun, tiba-tiba saja ia mengalami hal tragis. Saya berharap ia dapat tenang, merasa bersyukur, dan bebas dari kemelekatan. Semoga ada keajaiban sehingga ia dapat pulih.

Saat berkunjung ke RS Tzu Chi di Taichung, saya melihat seorang relawan yang dua bulan lalu mengalami kecelakaan dan terluka sangat parah. Saat memasuki lobi rumah sakit, saya melihatnya duduk di kursi roda dan dapat bereaksi melihat saya. Saat saya berbicara kepadanya, ia mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia baru dapat bereaksi beberapa hari sebelum saya berkunjung. Saat saya tiba di rumah sakit, ia telah duduk di kursi roda dan siap menyambut saya. Ia sungguh murid yang penuh cinta kasih. Ia tahu sulit bagi saya  untuk berkunjung ke kamar pasien, karena itu, ia yang keluar menyambut saya agar saya tak mengkhawatirkan keadaannya. Terkadang kehidupan manusia sungguh di luar dugaan.

Selama belasan hari ini saya selalu mencemaskan Choy Lan. Setiap kali teringat padanya, saya selalu mendoakannya. Sebelum para relawan dari luar negeri kembali ke negara masing-masing, mereka datang ke Guandu untuk pamit kepada saya dan menyatakan tekad mereka. Di antara mereka, ada seorang bocah laki-laki yang berasal dari Malaysia. Bocah ini sangat menggemaskan. Saat berada di hadapan saya, saya merasa ia sangat tak asing.

Saya pun bertanya, “Adik kecil, sepertinya saya pernah melihatmu.” Ia terus tersenyum. Senyumnya sungguh menggemaskan. Ia menjawab, “Saya pernah berkata, ‘Anda kehilangan satu murid, namun mendapatkan 3 murid baru’.” Ia melihat kisah relawan Xinfen yang ditayangkan di Da Ai TV. Saat melihat adegan Relawan Xinfen meninggal, ia menangis sangat keras. “Ibu saya juga menangis,” katanya. Ia menonton Drama Da Ai yang mengisahkan tentang relawan Xinfen.

Ia berkata bahwa saya kehilangan Relawan Xinfen dan merasa sangat bersedih, namun saya mendapatkan 3 murid baru. Saya bertanya, “Apakah kamu bertiga sekeluarga telah bergabung dengan Tzu Chi?” Ia menjawab, “Ya. Sudah.”  “Ayah, ibu, dan saya sendiri telah bergabung dengan Tzu Chi.” Dalam Sutra Makna Tanpa Batas bukankah dikatakan bahwa yang tak terhingga berasal dari satu benih?

Dalam hidup ini, kita harus tahu bahwa panjang pendeknya usia kita ditentukan oleh karma kita di kehidupan lampau. Kita tak tahu berapa lama kita akan hidup. Namun, setelah bertemu dengan Ajaran Buddha dan bergabung dengan Tzu Chi, kita dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Kita hidup di dunia ini bukanlah demi kepentingan diri sendiri. Kita harus mengetahui tujuan dan arah hidup serta senantiasa bersumbangsih bagi orang lain.

Dengan demikian, hidup kita akan berarti. Janganlah kita egois atau hanya memikirkan kepentingan keluarga. Kita harus membuka hati bagi semua orang di dunia ini. Saya sering berkata bahwa melindungi bumi adalah tanggung jawab setiap orang.

Kita semua yang terlahir ke dunia hendaknya dapat bersumbangsih bagi bumi ini. Kita sering berkata bahwa setiap orang harus menjadi penyelamat bagi orang lain maupun diri sendiri dengan menjaga hati dan pikiran dengan baik sehingga kita tak berjalan menyimpang. Buddha berkata bahwa saat meninggal, kita tak membawa serta apa pun kecuali karma yang kita ciptakan sendiri. Saat dilahirkan ke dunia, kita juga tak membawa apa pun. Saat seorang bayi dilahirkan, ia menangis karena akan menghadapi penderitaan. Bahkan orang kaya dan tenar pun akan mengalami penderitaan. Hidup sungguh penuh penderitaan.

Namun, hati dan pikiran yang benar akan membuat kita kaya secara spiritual. Bukankah saya sering mengulas tentang orang kaya yang miskin secara spiritual? orang miskin yang memiliki kekayaan spiritual? Hidup yang demikian sungguh menderita. Ada orang yang memiliki uang namun tak bersedia membantu orang lain malah selalu merasa tak cukup. Namun, ada orang yang suka berdana dalam jumlah besar ataupun kecil.

Di RS Tzu Chi Taichung, ada sepasang suami-istri yang berprofesi sebagai dokter. Setiap hari sebelum menerima pasien mereka memasukkan koin ke celengan dan berdoa bagi para pasien. Inilah budaya humanis dalam dunia medis. Semua dokter memerhatikan pasien dengan penuh cinta kasih. Hal ini sangat membuat saya tersentuh. Singkat kata, setiap orang datang ke dunia tanpa membawa apapun. Bagaimana cara kita membuat hidup agar bermakna dan kebijaksanaan kita bertumbuh, itulah hal yang terpenting. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 

Artikel Terkait

Menenteramkan Hati Warga Korban Angin Puting Beliung

Menenteramkan Hati Warga Korban Angin Puting Beliung

02 Desember 2020

Mulai dari tanggal 11 November hingga 01 Desember 2020, relawan tidak jemu-jemu memberikan perhatian kepada para korban angin puting beliung, terutama korban yang rumahnya mengalami kerusakan parah. Selasa, 1 Desember, 2020, sebanyak 5 orang relawan akan memberikan bantuan berupa santunan dan material bangunan kepada 3 warga korban bencana alam.

Perayaan Hari Waisak dan Hari Bakti Kelas Budi Pekerti

Perayaan Hari Waisak dan Hari Bakti Kelas Budi Pekerti

05 Juni 2018
Anak-anak kelas budi pekerti merayakan Hari Waisak dan hari bakti secara bersamaan, di gedung C Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng pada 27 Mei 2018. Salah satu hal yang penting dalam acara ini adalah membasuh kaki orang tua.
Syukuran 10 tahun Depo Pelestarian Lingkungan Titikuning

Syukuran 10 tahun Depo Pelestarian Lingkungan Titikuning

04 November 2022

Relawan Tzu Chi Medan komunitas Hu Ai Titikuning Medan mengadakan syukuran 10 tahun Depo pelestarian lingkungan Titikuning.

Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -