Suara Kasih : Jalan Bodhisatwa

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Jalan Bodhisatwa yang Lapang dan Lurus
 

Anggota Tzu Ching dapat memikul tanggung jawab besar
Penyaluran bantuan kepada korban bencana membutuhkan kebijaksanaan yang tinggi
Berbuat kebajikan demi mengikis karma buruk
Berjalan bersama di Jalan Bodhisatwa yang lapang dan lurus

 

Lihatlah bencana tanah longsor yang terjadi di pegunungan di Brasil. Kita juga dapat melihat insan Tzu Chi di Brasil mulai bergerak untuk melakukan survei. Di Australia, banjir besar melanda dan membawa kerusakan lebih parah daripada bencana di Brasil. Kedua negara ini cukup besar, namun populasinya sedikit. Penyaluran bantuan agak sulit dilakukan karena korban bencana tinggal berjauhan. Begitu pula dengan Brasil. Karena itu, selama beberapa hari kemarin, proses penyaluran bantuan di kedua negara itu menemui banyak rintangan.

Namun, di Australia lebih mudah sedikit karena anggota Tzu Ching setempat cukup banyak. Anggota Tzu Ching setempat telah beranjak dewasa dan kini mereka telah dapat memikul tanggung jawab  atas misi Tzu Chi di sana. Pagi tadi, kami mengadakan konferensi video. Penanggung jawab Tzu Chi di Brisbane adalah alumni Tzu Ching. Staf dari kantor Tzu Chi di Taiwan juga adalah alumni Tzu Ching. Dan orang yang selalu  melaporkan kondisi terbaru kepada saya juga adalah alumni Tzu Ching. Jadi, anggota Tzu Ching kini telah dapat memikul tanggung jawab yang besar atas segala hal yang terjadi di dunia ini.

Waktu berlalu dengan sangat cepat. Dalam sekejap mata, Tzu Ching telah memasuki tahun ke-19 sekarang. Selama 19 tahun ini, mereka telah tumbuh dewasa dan dapat memikul tanggung jawab yang besar. Saya sungguh bersyukur atas hal ini. Sungguh, tubuh manusia terus berproses tanpa disadari. Terkadang saya merasa sangat kagum akan pembabaran Buddha mengenai Samsara yang berarti fenomena yang berkondisi. Kebijaksanaan Buddha sungguh membuat orang merasa kagum.

Beliau menggambarkan bahwa dunia ini selalu berubah tanpa henti. Proses ini berjalan secara berkesinambungan, namun perubahan yang terjadi  sangatlah halus. Kita tak merasakan perubahan tersebut. Sama halnya dengan bumi ini yang terus berotasi dan berevolusi. Karena bumi berotasi, kita memiliki 24 jam dalam sehari dan karena ia berevolusi, kita memiliki 365 hari dalam setahun. Bumi terus berputar tanpa kita sadari. Ini adalah gerakan yang sangat perlahan. Perubahan dari segala kondisi ini sangatlah halus dan tak terasa.

Konferensi video yang kita adakan beberapa hari ini membuat saya merasa bahwa Buddha sungguh adalah seorang ilmuwan. Lebih dari 2.000 tahun yang lalu Buddha telah berkata kepada kita tentang Enam Kekuatan Batin, di antaranya adalah “mata dewa”, “telinga dewa”, “keleluasaan fisik”, dan lain-lain. Kini, kita telah memiliki 6 kekuatan batin ini.

Konferensi video pagi tadi diikuti oleh  para relawan dari Brisbane, Gold Coast, Perth, Sydney, dan beberapa wilayah lainnya. Melalui video, mereka dapat melihat saya masuk ke dalam ruangan ini lalu duduk. Mereka dapat melihat saya. Tak hanya relawan di satu wilayah saja, namun mereka yang ada di beberapa wilayah lain juga dapat melihat saya dalam waktu bersamaan. Melalui layar komputer yang kecil ini, saya dapat melihat mereka semua  dalam waktu bersamaan. Bukankah ini “mata dewa” dan “telinga dewa”?

Saya dapat mendengar semua laporan yang mereka sampaikan, seakan-akan mereka datang menghampiri saya atau sebaliknya. Inilah yang telah diprediksi oleh Buddha lebih dari 2.000 tahun silam. Kita juga memiliki “kemampuan membaca pikiran”. Saat mendengar relawan dari negara lain berbicara, saya tahu apa yang tengah ia pikirkan. Bukankah ini yang disebut  “kemampuan membaca pikiran”?

Ada juga kemampuan untuk “melihat masa lalu”. Contohnya adalah saya dapat memberi tahu  apa penyebab bencana di suatu daerah. Saya dapat menjelaskan sebab dan akibatnya. Namun, yang terpenting adalah  kondisi tanpa “celah”. Contohnya seperti sebuah ember bocor yang berisi air jernih. Beberapa waktu kemudian, ember ini akan diselimuti debu. Sebagian debu dan kotoran  akan jatuh ke dalam ember, namun air perlahan keluar dari ember itu. Debu dan kotoran akan mengendap di dasar ember sementara air jernih keluar. Demikian pula dengan hati dan pikiran kita. Buddha berkata bahwa manusia memiliki hakikat yang sama seperti Buddha.

Kita semua memiliki kebijaksanaan dan welas asih yang sama seperti Buddha. Hanya saja,  kebijaksanaan kita telah tertutupi. Maksudnya adalah aliran jernih dalam hati kita tersumbat sehingga tak dapat mengalir dan kegelapan batin terakumulasi di dalamnya. Inilah yang disebut “celah”. Aliran jernih tak dapat mengalir sehingga kebijaksanaan pun tertutupi. Inilah analoginya. Bagaimana caranya melenyapkan kegelapan batin? Hanya aliran jernih  yang dapat melenyapkan kegelapan batin, dan aliran jernih ini adalah kebijaksanaan.

Hanya kebijaksanaan yang dapat melenyapkan kegelapan batin dan menenangkan hati dan pikiran kita. Lihatlah Buddha, Yang Maha Sadar di Alam Semesta, yang memandang semua makhluk  dengan penuh welas asih. Dengan penuh welas asih, Buddha memandang manusia yang menderita akibat karma sendiri. Kita semua menanggung karma kolektif. Sekarang ini, populasi manusia terus bertambah dan kegelapan batin manusia semakin dalam. Akibatnya, nafsu keinginan pun semakin besar. Lebih dari 2.000 tahun yang lalu, Buddha telah memperingatkan kita bahwa masa kita hidup sekarang ini adalah masa kemunduran Dharma.

Dharma adalah prinsip kebenaran dan prinsip ini mulai luntur dan akan segera lenyap. Buddha telah memperingatkan kita bahwa kini kita berada di era kemunduran Dharma. Kita harus membawa prinsip kebenaran  kembali ke dunia ini. Untuk itu, kita butuh orang-orang yang bertekad untuk bersumbangsih bagi semua makhluk di dunia ini. Buddha berharap Dharma senantiasa ada di dunia. Buddha datang ke dunia dengan satu tujuan, yakni membuka pikiran manusia  dan membimbing manusia menuju pencerahan.

Dalam membabarkan kebenaran kepada kita, Buddha menggunakan berbagai metode agar kita dapat memahami ajaran-Nya. Sesungguhnya, kita semua adalah Bodhisatwa. Asalkan kalian bertekad untuk senantiasa bersumbangsih, maka kalian akan selalu berjalan di Jalan Bodhisatwa. Jalan Bodhisatwa adalah jalan yang lurus. Jadi, kita tak perlu “membelok”. Dengan penuh kebijaksanaan, Buddha membimbing kita berjalan di jalan yang sederhana dan lurus serta memiliki cinta kasih universal tanpa pamrih.

Tetaplah berjalan di jalan ini. Ajaran Buddha sangatlah sederhana dan dapat kita temukan dalam keseharian. Siapa pun dapat menemukan, merasakan, dan mengagumi kebijaksanaan Buddha. Dharma ada di dunia ini dan dalam kehidupan kita sehari-hari. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 

Artikel Terkait

Gempa Aceh: Perhatian untuk Para Pengungsi

Gempa Aceh: Perhatian untuk Para Pengungsi

10 Desember 2016

Relawan Tzu Chi Medan memberikan bantuan sandang dan pangan di 5 posko yang berbeda, yaitu: Desa Kemesjidan Rhieng, Mesjid Attaqwa, Gampong Mesjid Tuha, Desa Meue, dan Gampong Mee Pang Wa pada Jumat, 9 Desember 2016.

Bedah Buku Belajar Memaafkan

Bedah Buku Belajar Memaafkan

26 Agustus 2024

Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat (Xie Li Bogor) mengadakan kegiatan bedah buku dengan tema “Belajar Memaafkan”. Tema ini diangkat dari kisah-kisah tentang perjalanan dan pengalaman hidup seseorang dalam menghadapi dan keluar dari masalah dengan belajar memaafkan. 

Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -