Suara Kasih: Jalinan Jodoh dengan Dharma
Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai NewsJudul Asli:
Meneruskan Jalinan Jodoh dengan Dharma Bodhisatwa dunia mempersiapkan panggung pementasan | |||
"Lautan penderitaan tak bertepi. Bertekadlah kembali pada hakikat sejati Tiga Rintangan harus dilenyapkan. Inilah seruan para Buddha." Sutra Bunga Teratai juga mengulas tentang Bodhisatwa yang bermunculan dari dalam bumi. Hal ini sama seperti para Bodhisatwa di berbagai komunitas yang terus bermunculan untuk mengikuti pementasan. Saya yakin kali ini banyak orang telah menjalin jodoh baik dengan insan Tzu Chi. Jalinan jodoh yang penuh cinta kasih berkesadaran ini hendaknya diteruskan selamanya. Pada kunjungan kali ini, banyak orang bertanya pada saya, "Master Cheng Yen, apa yang harus kami lakukan selanjutnya?" Saya berkata bahwa meski persamuhan Dharma ini sudah berakhir, namun pembabaran Dharma di Puncak Burung Nasar tak akan pernah berakhir. Saya sungguh berharap persamuhan Dharma kita ini hanyalah sebuah permulaan. Segala sesuatu pada hakikatnya kosong, namun terdapat keberadaan di baliknya. Kubah tempat pementasan itu baru diisi udara seminggu sebelum pementasan. Sebelum diisi udara, para relawan harus mengubah lahan yang miring itu menjadi datar. Saya mendengar bahwa pada saat meratakan tanah, hujan terus turun setiap hari sehingga pekerjaan menjadi sangat sulit. Lahan tersebut menjadi datar setelah insan Tzu Chi meratakannya dengan pasir, lalu menyusun conblock di atasnya. Tanah yang tidak datar tersebut sama seperti hati manusia awam yang tidak damai. Saat tanah tidak datar, kita dapat meminta orang untuk meratakannya. Namun, apa yang harus kita lakukan bila pikiran tidak damai dan tidak stabil? Kita harus melatih diri agar memiliki hati yang damai. Setelah hati damai, kita harus berusaha untuk mempertahankannya. Setelah tanah menjadi datar, barulah kita bisa menyusun conblock. Bila tanah tidak datar, maka conblock yang kita susun akan ikut tidak rata. Jadi, penyusunan conblock juga memerlukan keterampilan. | |||
| |||
Pada pukul 11 malam tanggal 14 Agustus, setelah pementasan di Taipei berakhir, tim teknis segera bergerak untuk membongkar panggung. Panggung besar yang terdiri dari 4 sisi itu harus dibongkar semuanya. Sistem pencahayaan dan sistem suara pun harus dibongkar. Mereka membongkarnya hingga pagi hari. Setelah itu, mereka segera berangkat ke Taichung untuk membuat panggung di sana. Bukankah hal itu seperti kehidupan manusia? Segala sesuatu di dunia timbul dan lenyap, terbentuk dan hancur,inilah hukum alam. Segala sesuatu tak pernah berhenti berproses. Semuanya mengalami perubahan tanpa henti. Meski hakikatnya kosong, mereka tetap ada. Meski disebut ada, namun hakikatnya kosong. Inilah kebenaran dari segala sesuatu. Kebenaran ini meliputi segala sesuatu hingga yang terkecil sekalipun, bahkan yang lebih halus dari rambut. Dalam setiap detik yang ada, dalam setiap waktu yang berlalu sekejap, dalam setiap hal kecil, dan dalam segala sesuatu yang halus pun di dalamnya terkandung hakikat kebenaran. Jadi, kebenaran ini terkandung dalam segala hal. Tiada sesuatu pun yang tak mengandung Dharma. Inilah yang diajarkan Buddha kepada kita. Singkat kata, Buddha adalah Yang Maha Sadar di alam semesta. Beliau telah menyadari segala kebenaran dari yang paling kasar hingga yang paling halus. Inilah Yang Maha Sadar di Alam Semesta. Apakah makhluk awam mampu memahami kesadaran yang dicapai Buddha? Sangatlah sulit. Hakikat Kebuddhaan sangatlah terang dan murni. Setiap orang pada dasarnya memiliki hakikat dan kebijaksanaan yang sama dengan Buddha. Bila kita dapat menjaga kebijaksanaan dan hati kita agar selalu murni tanpa noda, maka ia akan bagaikan sebuah cermin yang sangat bersih dan dapat merefleksikan segala sesuatu dengan jelas. Inilah hakikat sejati yang sempurna. Hakikat kesadaran dalam diri setiap orang sangatlah murni dan sempurna. | |||
| |||
Dengan perkembangan teknologi masa kini, hanya membutuhkan waktu selama 4 detik untuk menyiarkan ceramah saya ke seluruh dunia. Bayangkanlah, bukankah ini adalah hal yang luar biasa? Itu adalah sesuatu yang tidak terlihat oleh kita. Sesuatu ini hakikatnya adalah kosong, namun karena bisa disiarkan ke berbagai tempat, berarti ia tetap ada. Intinya, ini semua ada berkat kebijaksanaan dan pengetahuan manusia.Semua ini terealisasi berkat akumulasi pengetahuan manusia, namun sesungguhnya, prinsip di dalamnya adalah sesuai dengan yang Buddha katakan tentang adanya eksistensi di balik kekosongan dan hakikat kosong di balik segala eksistensi. Semoga persamuhan Dharma ini tak pernah berakhir. Setelah kembali ke negara masing-masing, kalian dapat mengadakan pementasan serupa dengan formasi perahu kecil yang terdiri atas 108 orang atau 216 orang. atau 268 orang. Kalian juga dapat membentuk formasi perahu berukuran besar maupun sedang yang berjumlah 540 orang. yang berjumlah 540 orang. Karena lautan penderitaan tak bertepi, kita membutuhkan uluran tangan para Bodhisatwa untuk menolong semua makhluk yang menderita. Alangkah baiknya jika kita dapat menakhodai puluhan ribu perahu cinta kasih untuk menolong semua makhluk di seluruh dunia. Singkat kata, setiap orang yang berpartisipasi dalam persamuhan Dharma ini bagaikan sekuntum bunga teratai. Saat teratai ini mekar pada waktunya nanti, masyarakat akan penuh dengan keharmonisan. Diterjemahkan oleh Karlena Amelia. |
Artikel Terkait
Serbuan Vaksinasi Massal TNI – Polri dan Tzu Chi Medan
10 November 2021Untuk menekan angka penularan virus Covid 19, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melaksanakan vaksinasi dosis pertama serentak di 14 titik. Tzu Chi ikut membantu lancarnya program vaksinasi di Lapangan Banteng.