Suara Kasih: Jalinan Jodoh di Kamboja
Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News Judul Asli:
Meneruskan Jalinan Jodoh di Kamboja Mengenang penyaluran bantuan di Kamboja | |||
"Ia berkata bahwa ia sangat berterima kasih karena kalian telah membangun rumah untuknya. Yang paling menggetarkan hati adalah melihat ia tidak dapat melihat, tidak mampu mencari nafkah, dan kesulitan untuk mendapatkan makanan. Ia hanya makan saat ada orang memberikan makanan untuknya, bila tidak, ia harus mencari makanan sendiri," kata salah seorang warga kepada relawan Tzu Chi. Lihatlah Kamboja. Dahulu, selama kurun waktu 3 tahun, Tzu Chi pernah rutin berkunjung ke Kamboja. Kita mengadakan penyaluran bantuan pascabencana dari tahun 1994 hingga 1997. Pada saat itu, pemerintah Kamboja menyediakan sebidang tanah seluas 1.000 hektar kepada Tzu Chi untuk membangun desa baru bagi warga kurang mampu. Sesungguhnya, kita telah merencanakan pembangunan desa tersebut. Selain itu, kita juga rutin membagikan barang bantuan seperti beras, benih padi, dan pupuk. Namun, warga setempat berkata bahwa mereka sulit mendapatkan air untuk bercocok tanam. Saya pun menyarankan mereka untuk menggunakan pompa air. Namun, mereka berkata bahwa mereka tidak memiliki minyak dan mesin pompa. Mengetahui betapa sulitnya kehidupan mereka, kita pun memberikan minyak dan 20 mesin pompa untuk mereka. Insan Tzu Chi membagikan mesin pompa kepada petani di berbagai kawasan. Karena minyak sangat terbatas, mereka juga harus membagikannya. Tetapi, bagaimana membagikan minyak yang berada dalam satu tong? | |||
| |||
Ia juga sangat berterima kasih kepada Tzu Chi yang telah berulang kali membantu Kamboja. Suatu kali, saat berkunjung ke Griya Jing Si, ia membawa sekarung beras dari Kamboja. Ia berkata bahwa ia datang untuk membalas budi. Selama 3 tahun penyaluran bantuan itu, tim bantuan Tzu Chi yang berangkat ke Kamboja merasa seperti masuk ke medan perang. Saya masih mengingatnya dengan jelas. Suatu kali, saat sedang membagikan bantuan di Battambang, insan Tzu Chi hampir diculik. Mereka juga mendengar suara meriam dari kejauhan. Situasinya sungguh menegangkan. Intinya, pertikaian antara Khmer Merah dengan pasukan pemerintah Kamboja berlangsung selama beberapa tahun. Hal ini mengakibatkan Kamboja yang merupakan negara penghasil beras di dunia menjadi negara tertinggal. Inilah bencana akibat ulah manusia. Kita telah merencanakan pembangunan desa di atas tanah sekitar 1.000 hektare yang disediakan oleh pemerintah, namun mengapa saya bisa membatalkannya? Hal ini karena pada suatu kali penyaluran bantuan, relawan Tzu Chi melihat seluruh ladang padi terbakar. Kita pun bertanya, "Mengapa ladang padi bisa terbakar saat mendekati masa panen?" Warga setempat menjawab bahwa Khmer Merah merampok hasil panen mereka dan membakar semua padi yang belum dipanen. Mendengar hal itu, kita sungguh merasa tak berdaya. Tak lama kemudian, kita mendengar bahwa Jenderal Ho Sok terbunuh dan di sana terjadi kekacauan. Karena itu, kita pun tak lagi berangkat ke Kamboja. Selama masa 3 tahun itu, kita membangun hubungan yang baik dengan warga setempat. Kita menyaksikan penderitaan warga setempat. Kita telah merencanakan pembangunan rumah bagi warga setempat agar mereka dapat hidup tenang, namun tiba-tiba kembali terjadi pertikaian antara pemerintah dengan Khmer Merah, bagaimana kita bisa meneruskan program bantuan? Ini adalah jalinan jodoh. Saat buah karma buruk orang telah matang, meski telah berusaha sekuat tenaga, kita tetap tak dapat menolong mereka. | |||
| |||
Melihat program bantuan internasional Tzu Chi dan mengetahui bahwa Tzu Chi pernah bersumbangsih di Kamboja, ia pun berikrar untuk membawa benih Tzu Chi kembali ke Kamboja dan menginspirasi banyak orang. Kini benih tersebut telah mulai tersebar. Belakangan ini, ia mengundang 19 relawan dari Singapura ke Kamboja. Mereka tiba di Kamboja tanggal 9 Juli dan mulai mengadakan kegiatan pada tanggal 10 Juli. Mereka saling berbagi tentang misi Tzu Chi dan bagaimana menyebarkan benih cinta kasih di tempat yang penuh penderitaan. "Melihat Tzu Chi, saya sungguh tersentuh hingga ingin menangis. Kini saya dapat bersumbangsih bagi orang lain. Karena itu, saya segera berikrar untuk membuat Tzu Chi mengakar di Kamboja. Saya tak dapat berdana dalam jumlah banyak. Hal yang bisa saya lakukan adalah menabung sedikit demi sedikit setiap hari untuk membantu orang yang membutuhkan. Saya berdana setiap hari. Saya merasa kaya secara spiritual. Saya yakin saya juga dapat membantu orang lain. Ini semua berkat jalinan jodoh. "Bodhisatwa datang karena adanya makhluk yang menderita. Karena bersumbangsih bagi orang yang menderita, kita pun menjalin jodoh dengan mereka. Pada kehidupan di dunia ini, kita harus senantiasa memanfaatkan waktu. Saat jalinan jodoh matang, kita harus segera memanfaatkan waktu. Di Taiwan, kita dapat melihat melalui praktik pertobatan, banyak orang yang tersadarkan dari pandangan keliru. Contohnya, Lai Mei Ru yang dahulu sangat percaya takhayul. Ia menghabiskan banyak uang, namun tetap tidak ada hasil. Setelah bergabung dengan Tzu Chi, ia melenyapkan kepercayaannya pada takhayul. Sungguh, kehidupan manusia tak hanya tentang mencari kekayaan materi, melainkan harus berusaha menjadi penyelamat bagi orang lain. Memiliki hati yang penuh cinta kasih dan menjadi penyelamat bagi orang lain adalah hal yang paling bermakna bagi kehidupan. (Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.) | |||
Artikel Terkait
Mengalir Namun Terisi
26 Februari 2012 Pada hari Sabtu (25/02), Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Penghubung Batam kembali mengadakan aksi donor darah dengan dukungan dari PMI Batam. Kegiatan donor darah tersebut telah mengumpulkan sebanyak 153 kantong darah bagi PMI.Relawan Tzu Chi Terus Menyalurkan Beras di Masa PPKM Darurat
21 Juli 2021Relawan Tzu Chi bersama tiga pilar (TNI, Polri, dan Pemda DKI Jakarta) dan pengurus Rw. 11 Kec. Grogol menyalurkan 100 paket sembako dan masker medis bagi warga Jl. Tomang Banjir Kanal Barat, RW 11, Kelurahan Petamburan, Kecamatan Grogol, Jakarta Barat pada 21 Juli 2021.
Mengenalkan Etika Bersosialisasi Sejak Dini
20 Maret 2019Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan manusia lainnya. Oleh karena itu, etika dalam bersosialisasi demi terjalinnya keharmonisan mempunyai peranan penting. Kelas bimbingan budi pekerti He Qi Pusat pun pada Minggu, 10 Maret 2019 mengangkat tema ini, etika bersosialisasi.