Suara Kasih: Jalinan Jodoh yang Baik

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

 

Meneruskan Jalinan Jodoh yang Baik di Tengah Masyarakat

 

Dua tahun berlalunya gempa bumi di Haiti
Mewabahnya penyakit menular pascabencana
Betekad untuk bersumbangsih tanpa pamrih
Mengimbau warga untuk mengembalikan celengan bambu

Pada tanggal 13 Januari tahun 2010, saya berada di Guandu. Pada pukul 6 pagi hari itu, saat sedang bersiap-siap untuk keluar, kemudian salah seorang staf Da Ai TV menghampiri saya dan berkata, “Master Cheng Yen, ada berita yang kami terima dari luar negeri. Haiti diguncang gempa dahsyat.”

Sejak saat itu, kita sangat bersungguh hati untuk memerhatikan berita Haiti. Kita juga segera menghubungi insan Tzu Chi Amerika Serikat. Insan Tzu Chi Amerika Serikat pun segera bergerak untuk menyalurkan bantuan. Berhubung bantuan yang paling dibutuhkan adalah pengobatan medis, maka para anggota TIMA, Ketua dan Wakil Ketua Pengurus Tzu Chi beserta insan Tzu Chi dari Amerika Serikat, segera membentuk tim bantuan kecil guna menyalurkan bantuan ke Haiti.

Setelah tiba di Haiti, setiap hari kita melihat mereka menyalurkan bantuan dengan penuh kesulitan dan kondisi yang sangat mengenaskan. Pada saat itu, kita dapat melihat sepanjang jalan penuh dengan jenazah dan reruntuhan bangunan. Sejak saat itu, insan Tzu Chi dan tim medis PBB bekerja sama untuk menyelamatkan para korban bencana. Akan tetapi, insan Tzu Chi memiliki satu keunikan, yaitu mereka selalu berkunjung ke rumah korban bencana satu per satu.

Saat itu, kita menemukan tempat tinggal sekelompok biarawati dan mengetahui bahwa para biarawati di Haiti memikul tanggung jawab yang besar. Mereka membangun sekolah, panti jompo, dan klinik. Sungguh, para biarawati mencurahkan cinta kasih bagai seorang ibu. Pascagempa kali itu, gereja dan tempat tinggal para biarawati juga ikut hancur dan rusak parah. Kita menemukan banyak sekali biarawati, yakni hampir 400 orang. Kabarnya, mereka yang berada di Haiti sangat memerlukan pertolongan. Akan tetapi, mereka belum menerima bantuan dan perhatian dari organisasi kemanusiaan.

Melihat itu, insan Tzu Chi pun menyediakan bahan pangan dan bantuan yang mereka butuhkan. Kita juga merencanakan proyek pembangunan gereja untuk mereka. Akan tetapi, setelah dinilai oleh arsitek, dia menyarankan kita untuk merenovasinya saja. Karena itu, kita pun membantu mereka untuk merenovasi gereja tersebut. Setelah direnovasi, mereka menjadikannya sebagai ruang kelas sementara. Akan tetapi, itu bukanlah rencana jangka panjang. Kita tetap harus mendirikan gedung sekolah untuk mereka.

Gedung sekolah mereka kini sangat sederhana. Terlebih lagi, di Haiti sering terjadi bencana alam seperti angin ribut dan hujan lebat. Gedung sekolah mereka sekarang sungguh tidak ideal. Karena itu, pada tanggal 21 Januari, kita akan mengadakan upacara peletakan batu pertama untuk pembangunan gedung sekolah. Inilah yang kita lakukan di Haiti.

Selain diguncang gempa, wabah kolera juga mulai merebak di Haiti sejak bulan Oktober tahun 2010. Kondisinya sangat parah. Penyakit menular ini telah menjangkit hampir 250.000 orang. Korban jiwa mencapai lebih dari 7.000 orang. Dari data bulan Desember 2011 hingga kini, setiap hari ada sekitar 200 orang yang terjangkit wabah kolera dan jumlah itu masih terus bertambah. Inilah penderitaan warga Haiti. Selain menghadapi bencana alam, wabah penyakit juga merebak di sana. Sungguh penuh penderitaan.

Siapa yang ingin terlahir di sana. Akan tetapi, kenyataannya mereka terlahir di tempat yang penuh penderitaan. Mereka tak hanya hidup di tengah kondisi minim, namun juga sering dilanda bencana alam, dll. Kini dua tahun telah berlalu. Selama 2 tahun ini, proses pemulihan berjalan dengan sangat lambat. Hingga kini masih ada sekitar 500.000 orang yang tinggal di tenda. Mereka telah menderita dalam jangka panjang karena pemulihan bencana telah tertunda sangat lama. Hal ini sungguh sulit dibayangkan.

Insan Tzu Chi memikirkan berbagai cara untuk membimbing warga Haiti untuk menanam sejenis tanaman bernama kelor. Setelah tanaman ini tumbuh besar, daunnya bisa segera dimakan. Daun tersebut penuh dengan gizi. Kita tak perlu menunggu hingga beberapa tahun untuk memanen hasilnya. Setelah mendengar hal ini, mereka berkata, “Asalkan kalian memberikan bibitnya, saya akan menanamnya di sekitar rumah.” Melalui pengenalan tanaman kelor ini, kita juga melakukan penghijauan di Haiti. Selain murah dan mudah ditanam, kelor juga bergizi dan bisa mencegah penyakit. Tanaman kelor sungguh merupakan permata bagi Bumi Pertiwi.

Insan Tzu Chi selalu memikirkan berbagai cara untuk membantu orang yang membutuhkan. Singkat kata, setiap hari insan Tzu Chi selalu bersumbangsih di seluruh dunia. Kita juga bisa melihat insan Tzu Chi mengantar kehangatan ke Provinsi Guizhou. Warga Provinsi Guizhou pada saat seperti ini setiap tahunnya tahu bahwa tak lama lagi mereka bisa melihat relawan dari Taiwan yang memerhatikan mereka bagai keluarga. Saat insan Tzu Chi tiba di sana, setiap orang menyambut dengan penuh sukacita. Bupati setempat juga sangat berterima kasih karena insan Tzu Chi telah mengantarkan kehangatan ke sana, membantu warga di sana, dan mengubah kehidupan setempat.

Dahulu warga Luodian hidup dalam kondisi minim. Anak-anak di sana tak pernah membayangkan mereka bisa berkesempatan untuk bersekolah. Akan tetapi, belasan tahun lalu, insan Tzu Chi mengubah kehidupan mereka. Pemerintah setempat juga sangat giat bekerja sama dengan insan Tzu Chi. Ini yang disebut kerja sama yang harmonis. Baik membangun gedung sekolah maupun memberi bantuan dana pendidikan, Tzu Chi melakukannya dengan sangat baik. Bupati Luodian sangat berterima kasih dan gembira. Beliau pun mengimbau warganya untuk mengembalikan celengan bambu yang diberikan oleh Tzu Chi satu tahun yang lalu. Warga setempat membalas budi dengan menggunakan celengan bambu.

Kita menggunakan celengan bambu untuk menginspirasi warga setempat agar mereka bisa memperkaya spiritual. Mereka menghimpun tetes demi tetes dana dan mendonasikannya kepada Tzu Chi saat insan Tzu Chi kembali ke sana. Melihat bimbingan bupati setempat dan rasa syukur setiap orang terhadap insan Tzu Chi, saya sungguh merasa tersentuh. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

 

 
 

Artikel Terkait

Program Bedah Kampung Tzu Chi: Agar Tepat Sasaran

Program Bedah Kampung Tzu Chi: Agar Tepat Sasaran

08 Maret 2016

Bantuan Program Bedah Kampung Tzu Chi mulai memasuki babak baru saat 35 relawan Tzu Chi Tangerang dan Perwakilan Sinar Mas melakukan survei lanjutan pada Sabtu, 5 Maret 2016 ke 41 rumah di Kampung Jagabita, Bogor, Jawa Barat. Bantun bedah rumah ini diharapkan dapat membangkitkan kemandirian ekonomi di wilayah ini.

Bantuan untuk Warga Terdampak Tanah Longsor di Bandung

Bantuan untuk Warga Terdampak Tanah Longsor di Bandung

05 April 2024

Relawan Tzu Chi Bandung memberikan bantuan bencana longsor di Kampung Cigintung, Desa Cibenda, Cipongkor Kab. Bandung. Kejadian yang terjadi pada Senin 25 Maret 2024 lalu mengisahkan duka mendalam.

Mempererat Jalinan Kasih Ibu dan Anak

Mempererat Jalinan Kasih Ibu dan Anak

22 Desember 2023

Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Singkawang menyelenggarakan Hari Bakti yang merupakan medium bagi anak-anak untuk mengungkapkan cinta kasih, terima kasih, dan rasa syukur mereka terhadap orang tuanya.

Dengan keyakinan yang benar, perjalanan hidup seseorang tidak akan menyimpang.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -