Suara Kasih: Jejak Cinta Kasih Bodhisatwa

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

Judul Asli:

 

Bodhisatwa Meninggalkan Jejak Cinta Kasih

 

Memberikan bantuan untuk menolong kaum papa
Perusahaan bus memberikan pelayanan antar jemput secara gratis
Memerhatikan warga yang tinggal di pedalaman
Meninggalkan jejak cinta kasih di setiap langkah

Semoga para staf medis bisa bekerja di sini dengan tenang dan menganggap RS Fuding bagai satu keluarga. Berhubung tak bisa pulang ke rumah untuk merayakan Imlek maka rumah sakit merupakan rumah yang lain bagi mereka. Rumah Sakit Fuding sungguh penuh kehangatan bagai RS Tzu Chi di Taiwan. Lihatlah Kepala Rumah Sakit dr. Li yang ikut turun ke dapur untuk membantu dan menyajikan makanan untuk berterima kasih kepada para staf dan relawan karena telah bersumbangsih dalam jangka waktu yang panjang. Sesungguhnya, para insan Tzu Chi juga sangat berterima kasih karena telah diberi kesempatan untuk bersumbangsih di RS Fuding. Insan Tzu Chi di Tiongkok juga mengemban misi Tzu Chi di tengah masyarakat seperti di Taiwan.

Kita juga bisa melihat penyaluran bantuan musim dingin tahun ini di Kunming, Provinsi Yunnan. Yunnan terletak sangat jauh dari Taiwan. Akan tetapi, relawan Liu Mei berangkat dari Taiwan ke Tiongkok untuk menyebarkan benih cinta kasih dengan bersungguh hati serta giat menggarapnya. Kita bisa melihat banyak warga setempat yang mulai bermunculan untuk menjadi relawan serta giat menggarap ladang berkah. Pejabat pemerintah setempat juga sangat mendukung Tzu Chi. Penyaluran bantuan tahun ini terlaksana berkat dukungan dari pemerintah setempat dan para pengusaha lokal yang telah berinteraksi dengan penuh cinta kasih. Contohnya, sebuah perusahaan bus yang menyediakan bus selama 3 hari berturut-turut untuk mengantar jemput relawan secara gratis.

Setiap orang telah dikerahkan untuk membawakan cinta kasih di Kunming. Mereka bagai mentari di musim dingin, sungguh penuh kehangatan melihatnya. Meski keluarga yang berpenghasilan rendah mendapat bantuan dari pemerintah, namun satu orang hanya menerima sekitar 310 RMB atau setara Rp 434.000 setiap bulannya. Dengan tunjangan demikian, sungguh sulit bagi mereka untuk melewati musim dingin.

 

”Kalian membagikan begitu banyak barang bantuan, saya tak bisa membawanya pulang sendiri. Saya sungguh tersentuh. Saat mengenakan pakaian dan mengonsumsi makanan ini, saya akan teringat dengan kalian,” kata salah seorang penerima bantuan. Meski kita bersumbangsih tanpa pamrih, namun orang yang menerimanya selalu dipenuhi rasa syukur. Dalam penyaluran bantuan kali ini, banyak Lansia yang kesulitan membawa barangnya. Karena itu, diperlukan banyak bantuan dari relawan setempat.

 

Seorang pemilik restoran yang tersentuh juga membimbing para stafnya untuk turut membantu. Berbuat amal tak berarti harus mendonasikan banyak uang. Dengan mengerahkan tenaga untuk membantu berarti kita tengah berbuat amal. Saat orang lain membutuhkan bantuan dan kita menolongnya, itulah yang disebut berbuat amal. Kita juga bisa melihat sekelompok anak muda yang membantu para lansia membawa barang mereka. Saya merasa tak sampai hati melihat para lansia memanggul beras sendiri ke rumah. Saat kami berpamitan, nenek merasa sangat sedih. Meski harus menempuh perjalanan yang jauh, namun Master Cheng Yen berkata bahwa kita telah meninggalkan jejak cinta kasih di setiap langkah. Anak muda setempat telah bersumbangsih dengan sukacita. Meski cuaca sangat dingin, namun cinta kasih setiap orang sangat hangat.

Lihatlah relawan Li Huiying yang beragama Islam. Dia telah mengikuti pelatihan untuk menjadi anggota Komite Tzu Chi. Tahun lalu saat kembali ke Taiwan untuk dilantik, saya merasa sungguh tersentuh saat mendengar dia berbagi di atas panggung. Dia bertekad untuk menapaki Jalan Tzu Chi dari kehidupan ke kehidupan. Setelah kembali, dia sangat aktif dalam kegiatan Tzu Chi. Lihatlah dia mengangkat beras dan membantu menuntun nenek ini. Setelah putrinya meninggal, menantunya pun menelantarkannya. Dia sendiri harus merawat tiga orang cucunya. Seorang nenek berusia 80-an tahun harus merawat tiga cucunya yang masih kecil. Saat mendengar itu, tanpa disadari, relawan Li meneteskan air mata. Nenek itu malah berbalik sambil tersenyum untuk menghiburnya. Hati nenek itu sungguh lebih lapang dibanding lautan.

"Nenek itu malah berbalik menghibur saya agar saya tidak bersedih lagi. Hati saya bagaikan tercekik keras. Saya merasa sungguh sedih. Di sekitar kita masih ada banyak orang memerlukan bantuan dan perhatian dari kita," kata relawan Li. Cinta kasih di dunia ini berasal dari lubuk hati yang terdalam. Melihat nenek itu begitu tegar menjalani kehidupannya, Relawan Li sungguh tersentuh. Inilah yang disebut welas asih yang setara. Tanpa membedakan keyakinan, kita harus bersumbangsih dengan hakikat Kebuddhaan yang murni dan tulus.

Lihatlah, orang yang datang menerima bantuan semuanya sangat bahagia. Berkat bantuan kita, mereka sangat bahagia. Berhubung mereka bahagia, kita pun bahagia. Kebahagian mereka merupakan kebahagian terbesar bagi saya. Kita juga bisa melihat kisah menyentuh di Provinsi Guangxi. Saya merasa tak sampai hati saat memikirkan relawan pertama kita di Nanning adalah Zhou Liujin. Tahun 2009, dia pernah ke Griya Jing Si dan mengikuti pameran Buku Jing Si. Saat melihat pameran Buku Jing Si, dia merasa sangat tersentuh. Karena itu, dia beserta suaminya memutuskan untuk menjadikan toko mereka untuk dijadikan tempat berkumpul insan Tzu Chi. Sejak tahun 2009, mereka mulai mengunjungi panti asuhan dan panti jompo. Dia mulai membawa Tzu Chi dan menyebarkan cinta kasih di Nanning.

Kehidupan manusia sungguh tak kekal. Pada pertengahan bulan April 2011 lalu, dia tiba-tiba meninggal dunia. Dia baru berusia 38 tahun. sungguh tak sampai hati melihatnya. Sungguh, ketidakkekalan tak bisa dihentikan. Sungguh terharu melihatnya. Berkat sumbangsih yang penuh kesungguhan hati, suaminya pun terus giat meneruskan apa yang tengah dilakukan istrinya. meneruskan apa yang tengah dilakukan istrinya. Yang lebih membuat orang tersentuh adalah Relawan Zhou Liujin telah menginspirasi teman sekolah menengahnya, Ou Zhengjun yang merupakan seorang pengusaha sukses. Melihat temannya begitu mendedikasikan diri, dan ketidakkekalan hidup, dia pun bertekad untuk menjadi relawan Tzu Chi. Baik itu kegiatan daur ulang, memerhatikan Lansia di panti jompo, memerhatikan anak yatim piatu, ataupun kegiatan komunitas, temannyalah yang mengemban tanggung jawab ini.

Insan Tzu Chi di Kota Nanning mensosialisasikan misi Tzu Chi dengan bersungguh hati. Semoga akan ada lebih banyak Bodhisatwa yang bersumbangsih dengan penuh sukacita di Tiongkok. Mereka melakukan dengan sukarela dan menerima dengan sukacita. Mereka bersumbangsih dengan cinta kasih universal dan tanpa mengharapkan pamrih. Saya yakin kelak Tiongkok akan menjadi Tanah Suci yang penuh dengan cinta kasih. Tiongkok akan menjadi tempat yang penuh dengan cinta kasih. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.


Artikel Terkait

Ladang Berkah di Celengan Bambu

Ladang Berkah di Celengan Bambu

24 Desember 2010 Kebiasaan menyisihkan uang jajan untuk ditabung di sebuah celengan sering terdengar sewaktu kita kecil. Orang tua kita membelikan celengan untuk tempat menyimpan uang dengan pesan, “Uang jajan jangan dihabiskan ya! Sisihkan beberapa rupiah untuk dimasukkan ke celengan.”
Semangat Baru dengan Sepatu Baru

Semangat Baru dengan Sepatu Baru

12 Oktober 2018
Kekurangan pada fisiknya sejak lahir pada bagian kakinya (Congenital Talipes Equinus Varus) telah membuat Beby Ananda Rosaldi bertahun-tahun merasakan tidak bisa berjalan normal. Namun sekarang tidak lagi.
Pelestarian Lingkungan: Konsistensi yang Menginspirasi

Pelestarian Lingkungan: Konsistensi yang Menginspirasi

26 Juni 2015
Keharmonisan juga terjalin antara relawan satu dengan yang lainnya. Para relawan juga senantiasa menyemangati satu sama lain agar tetap memegang teguh tekad untuk bersumbangsih.
Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -