Suara Kasih: Kebahagiaan Terbesar

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

Judul Asli:

 

 Membantu Orang Merupakan Kebahagiaan dan Ketenangan Terbesar

      

Memperkaya batin di tengah kondisi sulit dan memahami tata krama
Membantu orang merupakan kebahagiaan dan ketenangan terbesar
Mensosialisasikan pola makan vegetarian dan cukup makan 80 persen kenyang
Menjalani hidup dengan hemat dan sederhana demi menumbuhkan berkah

”Terima kasih kepada Tzu Chi karena telah membimbing dan memberi kekuatan kepada saya untuk mengasihi sesama,” ucap seorang relawan. Lihatlah Bodhisatwa di Afrika Selatan yang kaya secara spiritual meski hidup kekurangan. Meski hidup di tengah kondisi sulit, mereka tetap bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia. Mereka bagaikan memiliki cinta kasih yang tidak berkesudahan. Kekuatan dan cinta kasih mereka selalu ada selamanya. Cinta kasih mereka selamanya tidak berkesudahan. Karena itu, setiap kali melihat mereka mengadakan kegiatan dan bersumbangsih dengan penuh cinta kasih,saya merasa sangat tersentuh.

Kita juga dapat melihat dua Bodhisatwa lansia di kantor cabang Tzu Chi Kanada. Salah seorang di antaranya sudah berusia 85 tahun. Setiap hari, dia berjalan ke kantor cabang Tzu Chi untuk menjadi relawan penggarap ladang berkah. Bodhisatwa lansia yang satunya lagi berusia 90 tahun. Dia selalu berinteraksi dengan lansia lainnya serta membimbing dan memerhatikan mereka. Lihatlah, lansia mengasihi lansia. Bodhisatwa lansia ini  selalu berbagi dengan para lansia mengenai cara untuk hidup sehat dan penuh dengan sukacita. Mereka berdua selalu berbagi cara menjalani hidup dengan sehat dan bahagia kepada banyak orang. menjadi relawan penggarap ladang berkah dan memiliki daya ingat yang tinggi.Mereka selalu berbagi kisah dengan banyak orang.

Insan Tzu Chi di Kanada juga giat mensosialisasikan vegetarianisme dan pola makan cukup makan 80 persen kenyang dan menggunakan sisa 20 persennya  untuk menolong orang lain agar setiap orang bisa melestarikan fisik dan batin, menjaga kesehatan, dan lain-lain. Insan Tzu Chi sungguh bijaksana. Sesungguhnya, inilah yang harus kita sosialisasikan secara bersamaan ke seluruh dunia.

Kini populasi manusia di dunia sangat banyak, yakni mencapai lebih dari 7 miliar orang. Jika lebih dari 7 miliar orang ini, semuanya sama seperti orang-orang yang hidup di negara makmur yang mengonsumsi segala jenis makanan demi memenuhi nafsu makan, maka yang kita makan kelak? Hal ini sungguh mengkhawatirkan. Mengapa populasi manusia terus bertambah? Lihatlah tempat-tempat yang kekurangan. banyak anak yang menderita kelaparan Anak-anak di sana sangat kurus hingga matanya menjadi besar. Kondisi tubuh mereka juga sangat lemah. Sejauh mata memandang, anak-anak yang berada di sana, semuanya menderita penyakit, kelaparan, dan lainnya.

Mengapa ada begitu banyak anak-anak? Ini semua karena nafsu keinginan manusia yang tidak terkendali sehingga populasi manusia pun terus bertambah. Demi memenuhi nafsu makan manusia, semakin banyak pula hewan yang harus diternak. Karenanya, manusia terus membuka lahan sehingga mendatangkan kerusakan bagi bumi. Untuk mengonsumsi sepotong daging sapi, kita harus memboroskan begitu banyak air dan pakan. Banyak orang yang tidak menyadari hal ini. Saya sering berkata bahwa orang tua melahirkan kita dan bumi pertiwi menopang kehidupan kita. Bahan pangan yang tumbuh di bumi ini adalah makanan yang paling sehat bagi manusia. Akan tetapi, manusia terus terbuai oleh nafsu keinginan. Karenanya, mereka terus melanggar hukum alam.

Kini, negara-negara yang maju selalu meneliti segala jenis makanan untuk mengetahui apakah makanan tersebut aman untuk dikonsumsi atau tidak. Jika makanan itu ditemukan terkontaminasi zat berbahaya, maka ia akan segera ditarik dari pasaran dan dimusnahkan.

Lihatlah begitu banyak bayi yang bahkan tak bertenaga untuk bernapas karena kelaparan. Wajah mereka juga penuh dengan lalat. Mereka juga tidak bertenaga untuk mengedipkan mata. Mereka memiliki mata yang besar, mulut yang besar, serta tulang dan kulit yang tidak berisi. Lihatlah begitu banyak orang yang hidup menderita di sana. Sebaliknya, di negara yang makmur, jika padi ditemukan terkontaminasi logam berat jenis kadmium dan lain-lain, maka tak peduli berapa hektare tanaman padi, semuanya akan segera dimusnahkan. Saya sungguh tak sampai hati melihatnya. Mengapa demikian? Kegagalan tersebut terjadi bukan karena padi ataupun petani, melainkan akibat perindustrian yang telah mencemari tanah karena membuang limbah sembarangan. Inilah pencemaran yang terjadi di dunia. Karena itu, kini krisis bahan pangan menjadi hal yang mengkhawatirkan.

Orang yang tinggal di negara makmur telah menikmati hidup secara berlebihan. Jika mereka dapat hidup lebih sederhana, maka orang yang menderita akan bisa terselamatkan. Selain itu, kita juga hendaknya mengendalikan populasi manusia di dunia. Ini semua harus bermula dari pikiran manusia. Untuk sehat secara fisik dan batin, terlebih dahulu kita harus membimbing batin manusia. Jika pikiran manusia bisa selaras, bumi juga akan selaras. Hal ini sangatlah penting. Saya sungguh berterima kasih kepada insan Tzu Chi. Demi melestarikan lingkungan, mereka tak henti-hentinya mengulurkan sepasang tangan dan membungkukkan badan untuk melakukan daur ulang. Hingga kini, mereka masih terus memperkuat pemahaman tentang daur ulang.

Selain melakukan daur ulang, mereka juga menjaga fisik dan batin agar tetap sehat. Untuk menjaga kesehatan tubuh,kita harus memulai dengan menjaga pola makan. Kita juga dapat melihat insan Tzu Chi pergi ke Pulau Matsu untuk mensosialisasikan cara menyelaraskan hati. Sungguh, menyelaraskan hati sangatlah penting.Jika batin kita sehat, maka tubuh juga akan sehat. Insan Tzu Chi juga mensosialisasikan pola hidup vegetarian ke sekolah. Kini kita sungguh harus giat mensosialisasikan pola makan cukup makan 80 persen kenyang dan menggunakan sisa 20 persennya untuk menolong orang lain.

Selain makanan, kita juga harus menghemat penggunaan air, listrik, transportasi, dan lain-lain. Dengan menghemat sumber daya alam, maka kita bisa mengurangi emisi karbon dan pencemaran. Inilah yang bisa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus berusaha untuk hidup hemat. Kita hendaknya makan lebih sederhana agar bisa hidup bahagia. Dapat membantu orang lain merupakan kebahagiaan terbesar.

Lihatlah, sekelompok Bodhisatwa di Afrika Selatan. Meskipun hidup serba kekurangan, mereka tetap bisa membantu orang lain dengan penuh sukacita. Jadi, inilah cara kita menjaga kesehatan fisik dan batin. Kita harus bersungguh hati dalam menjaga kesehatan fisik dan batin. Jika fisik dan batin kita sehat, masyarakat juga akan harmonis. Jika masyarakat dapat harmonis, bumi juga akan tenteram dan empat unsur alam akan berjalan selaras. Kesehatan adalah berkah terbesar. Singkat kata, kita harus memanfaatkan waktu untuk membimbing setiap orang agar sehat secara fisik dan batin. Kita cukup makan 80 persen kenyang dan menggunakan 20 persennya untuk membantu sesama. Dengan melakukan pelestarian fisik dan batin,kita pun akan lebih sehat. Inilah yang harus dipraktikkan oleh setiap orang. Diterjemahkan oleh: Lie San.


Artikel Terkait

Bersama-sama Melenyapkan Penderitaan

Bersama-sama Melenyapkan Penderitaan

26 September 2017

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Kantor Perwakilan Bandung mengadakan acara pengumpulan koin cinta kasih di PT. San San Saudara Tex pada tanggal 20 September 2017. Sebanyak 45 celengan tertuang pada kegiatan tersebut.

Di Tengah Kepasrahan

Di Tengah Kepasrahan

09 September 2013 Melihat perjuangan Turima yang begitu gigih dan teguh dalam menghadapi keterbatasan-keterbatasan, dan memperjuangkan nafkah bagi dirinya dan Sani.
Suara Kasih: Memperoleh Manfaat dari Dharma

Suara Kasih: Memperoleh Manfaat dari Dharma

17 Oktober 2011
Dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana cara kita menghadapi segala sesuatu di sekitar kita? Karena itu, saya berharap kalian mendalami Dharma. Untuk mendalami Dharma, kita harus membangkitkan ketulusan hati dengan bervegetarian. welas asih dan kebijaksanaan kita akan bertumbuh.
Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -