Suara Kasih: Kebajikan dan Cinta Kasih adalah Permata yang Paling Berharga
Jurnalis : DAAI News, Fotografer : DAAI News
Judul Asli:
Mempelajari Dharma dan menjadi penunjuk jalan bagi orang lain | |||
Saya melihat Aula Jing Si di Qingshui ini dipenuhi dengan semangat budaya humanis. Di sini juga terdapat Jing Si Books and café. Kita sangat bisa merasakan semangat budaya humanis dari ajaran Jing Si di sini. Saya merasa sangat berterima kasih. Lahan pelatihan diri ini sangatlah agung dan luas. Jika kita tidak memanfaatkannya dengan baik,maka saya akan merasa bersalah kepada alam semesta dan orang-orang yang memberi dukungan cinta kasih kepada kita. Ketahuilah bahwa pembangunan Aula Jing Si juga membawa kerusakan bagi bumi karena lahan alami ini telah diubah menjadi bangunan semen. Jika tidak dibuat bangunan di atasnya, lahan ini masih bisa digunakan untuk bercocok tanam. Akan tetapi, berhubung kita telah mendirikan bangunan, maka kita harus memanfaatkannya dengan semaksimal mungkin. Kita harus mengembangkan tempat ini menjadi lahan pelatihan diri bagi setiap orang. Untuk mengembangkan lahan pelatihan diri, pertama-tama kita harus memiliki Dharma di dalam hati. Setiap orang yang datang ke sini harus bisa menggunakan Dharma untuk membimbing diri sendiri. Kita harus membuka pintu hati sendiri agar dapat memahami Dharma dan bisa menyerapnya ke dalam hati. Kita harus mempelajari dan mendengar Dharma dengan sepenuh hati. Setelah mendengar Dharma,kita akan bisa memahami kebenaran dan jalan hidup yang benar. Berapa lama usia kehidupan manusia? Tidaklah lama. Karena itu, kita harus menggenggam Dharma dan segera menerapkannya dalam kehidupan. Jangan biarkan noda batin sering timbul di dalam hati. Kita harus mengembangkan satu benih niat baik menjadi benih Bodhisatwa yang tak terhingga. Aula Jing Si ini dapat menjadi tempat menjadi lahan pelatihan diri bagi setiap orang. | |||
| |||
Seperti saat Tzu Chi mulai menjalankan misi amal dengan melakukan kunjungan kasih, saya turun langsung ke lapangan dan berkunjung ke daerah pegunungan serta pedesaan. Di bulan pertama, dengan hanya mengandalkan celengan bambu dari 30 orang donatur, kita pun mulai membantu orang yang membutuhkan. Dimulai dari satu keluarga, lalu menjadi dua keluarga, tiga keluarga, lima keluarga, enam keluarga, jumlah penerima bantuan kita terus meningkat. Saya melakukan survei dan kunjungan kasih sendiri hingga perlahan- lahan mulai ada relawan yang melakukan kunjungan bersama saya. Setelah itu, saya mulai memimpin barisan relawan yang panjang untuk menjalankan misi amal di Hualien hingga ke seluruh wilayah timur Taiwan. Kemudian, dari wilayah timur, misi kita menyebar ke wilayah utara, wilayah barat, hingga wilayah selatan. Setiap tahun, saya selalu memimpin semua relawan untuk berkeliling ke seluruh Taiwan. Saya melihat banyak orang yang menjadi miskin akibat penyakit dan sebaliknya. Selanjutnya, saya mendapati masalah pendidikan anak. Saya juga melihat ketidakkekalan hidup. Saya menyaksikan bencana alam, kecelakaan, serta bencana akibat ulah manusia yang mengakibatkan ketidakkekalan hidup. Jadi, semua itu meninggalkan kesan dalam hati saya. Pada saat itu, barisan insan Tzu Chi juga semakin panjang. Saya juga merasa bahwa insan Tzu Chi harus tersebar di setiap komunitas agar dapat membimbing para donatur untuk turut menjadi anggota komite. Dengan demikian, kita akan lebih memahami kebutuhan warga. Jadi, kita mulai menggiatkan misi di komunitas. Sejak saat itu, misi amal Tzu Chi di seluruh Taiwan dapat berjalan dengan stabil. Selanjutnya, melalui misi amal, saya mendapati bahwa wilayah timur Taiwan sangat kekurangan fasilitas medis. Jadi, saya pun memulai misi pengobatan dan berencana membangun rumah sakit. Semua itu penuh dengan tantangan. Meski tidak mudah, tetapi kita telah berhasil mewujudkannya. Jalan berbatu-batu dan sulit dilalui telah berubah menjadi datar. Itu bukanlah hal yang mudah. | |||
| |||
Saya menyadari bahwa mayoritas warga di wilayah timur Taiwan hidup sulit dan sudah lanjut usia. Intinya, sarana pendidikan juga sangat minim. Akibat sarana pendidikan yang minim, sumber daya manusia yang berkualitas juga minim. Oleh karena itu, kita kembali berusaha keras untuk mengembangkan pendidikan di sana agar dapat membina tenaga medis. Itu merupakan tantangan yang berat. Setelah membangun misi amal, pengobatan, dan pendidikan, selanjutnya kita merasa bahwa masyarakat perlu untuk memahami dan melihat bahwa di dalam misi-misi ini terkandung nilai-nilai budaya humanis. Kita harus membangun keteladanan agar bisa menciptakan masa depan yang penuh harapan bagi masyarakat. Untuk itu, diperlukan misi budaya humanis. Jadi, kita pun mendirikan Da Ai TV, siaran radio, dll. Melalui masa 40 tahun, Empat Misi Tzu Chi telah memiliki dasar yang sangat kokoh. Selain itu, kita juga mengembangkan misi bantuan internasional. Belum genap 10 tahun Tzu Chi berdiri, misi amal Tzu Chi telah berkembang hingga ke negara lain. Inilah jalan yang telah kita lalui. Inilah yang telah dilakukan oleh Tzu Chi selama lebih dari 40 tahun ini. Sekitar dua bulan lagi, kita akan memasuki tahun Tzu Chi yang ke-49. Setelah tahun ke-49, kita akan segera memasuki tahun ke-50, yang artinya Tzu Chi telah berdiri selama setengah abad. Jadi, segala pencapaian terwujud seiring waktu. Tidak sampai 50 tahun, kita telah mewujudkan Empat Misi Tzu Chi serta mengembangkan misi Tzu Chi hingga ke dunia internasional. Orang-orang yang tidak tahu tentang Taiwan menjadi tahu karena Tzu Chi. Di beberapa peta, sangatlah sulit untuk menemukan Taiwan karena wilayah Taiwan sangatlah kecil. Meski Taiwan sangat kecil, tetapi Taiwan adalah pulau berharga dengan kebajikan dan cinta kasih sebagai permatanya. Banyak warga Taiwan yang memiliki kebajikan dan cinta kasih. Kita semua sangat memiliki berkah karena dapat dilahirkan di Taiwan. Kita harus sangat bersyukur. (Diterjemahkan Oleh: DAAI TV) | |||