Suara Kasih: Kebijaksanaan dan Kedamaian Batin

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

 

 

Judul Asli:

Membangkitkan Kebijaksanaan dan Memperoleh Kedamaian Batin

Anggota Tzu Ching dari luar negeri kembali ke Taiwan
Memilih jalan hidup yang benar dan giat melatih diri
Membangkitkan kebijaksanaan untuk bersumbangsih dan memperoleh kedamaian batin
Menyalurkan bantuan ke lokasi bencana dan menghimpun jalinan jodoh baik

 

“Acara ramah tamah ini bertujuan untuk menyampaikan berbagai informasi yang penting, seperti kita harus melakukan daur ulang, melindungi bumi, dan menghargai berkah. Di sekitar kita masih terdapat banyak orang yang kurang beruntung dibanding kita, karenanya kita harus tahu berpuas diri. Dahulu, saya sering mengeluh karena merasa kondisi keluarga saya tidak begitu baik. Dahulu, saya berpikir mengapa keluarga saya bukan orang berada. Akan tetapi, setelah melihat tayangan tadi, saya menyadari bahwa di dunia ini masih ada banyak orang yang hidupnya lebih sulit dari saya. Saya ingin menjadi anggota Tzu Ching untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Saya merasa ini akan menjadi lembaran baru yang berbeda dalam hidup saya. Bagi saya, menjadi anggota Tzu Ching merupakan pilihan yang terbaik. Saya bisa mengerahkan kekuatan sendiri lewat kegiatan daur ulang,” ungkap seorang Tzu Ching.

Lihatlah para anak muda di berbagai negara yang berbeda-beda begitu tekun dan bersemangat. Mereka sangat ingin mendalami ajaran Buddha. Saya sungguh bisa melihat harapan masa depan. Anak muda masa kini termasuk sangat beruntung. Perkembangan teknologi masa kini memudahkan mereka untuk memperoleh pengetahuan yang luas. Kehidupan mereka sangat dipenuhi berkah. Perkembangan teknologi masa kini membuat mereka tahu segalanya, tetapi mereka tidak memahami prinsip kebenaran. Mereka hanya sangat berpengetahuan. Penyalahgunaan teknologi bisa menyebabkan anak muda berpikiran menyimpang dan hidup tanpa arah.

Inilah ancaman bagi anak muda masa kini. Jika kita selalu hidup tanpa tujuan dan makna, maka sungguh kasihan. Setiap orang hendaknya memiliki kebijaksanaan. Selain berpengetahuan, kita juga harus memiliki kebijaksanaan. Orang yang memiliki kebijaksanaan akan selalu berjalan di jalan yang benar. Terhadap kewajiban kita, kita harus berusaha dan giat belajar agar kelak bisa turut memikul tanggung jawab atas dunia. Inilah orang yang bijaksana.

”Kami berharap bisa mensosialisasikan daur ulang dan menyadarkan setiap orang bahwa kini bencana terjadi silih berganti. Kami juga berharap setiap orang bisa belajar menjalani pola hidup sederhana, melakukan daur ulang dalam keseharian, dan menghargai sumber daya alam. Dengan mendaur ulang 50 kilogram kertas koran, kita bisa menyelamatkan sebatang pohon yang berusia 20 tahun. Baik di program Lentera Kehidupan maupun Sanubari Teduh, saya sering mendengar Kakek Guru berkata bahwa tiada waktu lagi. Jadi, setelah kelas kami selesaidan kembali ke asrama, kami memanfaatkan waktu untuk melakukan hal-hal yang bermakna. Melalui kegiatan ini, kami berharap ada lebih banyak teman yang mengetahui cara melakukan daur ulang,” cerita seorang Tzu Ching.

Lihatlah, para relawan muda-mudi memerhatikan kondisi di dunia. Mereka memahami bahwa kondisi iklim menjadi tidak selaras akibat pikiran manusia yang tidak selaras. Pola hidup manusia yang tidak beraturan telah mengacaukan kondisi iklim di dunia. Para relawan muda-mudi memahami bahwa kegiatan daur ulang sangat penting.

Kita juga dapat melihat penyaluran bantuan musim dingin di Tiongkok. Di tengah cuaca yang begitu dingin, sekelompok besar relawan Tzu Chi bagaikan mentari di musim dingin yang menyinari warga kurang mampu. Para relawan membentangkan tangan untuk merangkul warga setempat. Perhatian para relawan Tzu Chi membuat para warga yang hidup dalam kondisi sulit tersenyum gembira. Pada penyaluran bantuan musim dingin kali ini, lebih dari 200.000 warga menerima kehangatan cinta kasih kita. Para warga tersebut tinggal di wilayah terpencil, yang harus dijangkau dengan mendaki gunung, tetapi para relawan Tzu Chi yang penuh cinta kasih dan sangat bijaksana tetap bersedia pergi ke sana demi mencurahkan perhatian dan memberi kehangatan bagi warga setempat. Inilah orang yang bijaksana. Bagi orang yang hanya memiliki pengetahuan, mereka hanya berpikir untuk bertamasya, mendaki gunung, dan bersenang-senang. Itu semua adalah hal yang bodoh. Orang yang bijaksana akan berusaha menempuh jalan yang penuh kesulitan demi memberikan bantuan bagi orang-orang yang membutuhkan.

Orang yang memberikan bantuan akan merasakan kedamaian dan ketenangan, sedangkan orang yang menerima bantuan bisa melewati musim dingin dengan tenang. Sikap bijaksana ini seolah-olah terlihat bodoh. Mungkin ada orang yang berpikir dirinya sangat bodoh karena harus menempuh perjalanan yang penuh kesulitan demi membantu orang lain. Daripada bersenang-senang dan mengejar kenikmatan, insan Tzu Chi memilih untuk pergi berkontribusi. Ini semua bergantung pada pola pikir dan arah tujuan kita. Dengan berjalan di jalan yang benar, hati kita akan selalu merasa damai dan tenang. Saat berada dalam kondisi aman dan selamat, kita harus memanfaatkan tubuh ini sebaik mungkin untuk bersumbangsih bagi dunia.

Kita juga dapat melihat insan Tzu Chi Filipina melakukan survei di lokasi bencana. Lebih kurang setengah bulan yang lalu, Topan Bopha menerjang Filipina dan mendatangkan kerusakan yang besar. Lokasi bencana yang terlihat ini awalnya adalah desa yang sangat ramai. Embusan angin kencang mengakibatkan seluruh daerah ini rusak bagaikan dasar sungai yang penuh dengan batu. Kerusakan yang tercipta sangat besar. Hingga kini, daerah tersebut masih belum pulih. Inilah bencana yang terjadi sekitar setengah bulan yang lalu. Kemarin malam, sebuah topan lain bernama Topan Wukong kembali menerjang sebuah pulau di Filipina dan kembali mendatangkan kerusakan.Dunia ini sungguh penuh dengan bencana.

Kita masih ingat pada tanggal 13 Oktober lalu, Badai Sandy menerjang Pesisir Timur Amerika Serikat. Badai tersebut juga sangat besar. Di New York, Long Island, dan New Jersey, kelompok demi kelompok insan Tzu Chi bergerak untuk melakukan survei, mengadakan pembagian bantuan, dan lain-lain. Mereka semua sangat bekerja keras. Mengapa mereka bersedia berkontribusi? Karena dengan berkontribusi, kita bisa memperoleh kedamaian dan ketenangan. Kita juga dapat melihat Kantor Pusat Tzu Chi AS memperingati ulang tahun yang ke-23. Mereka akan mulai memasuki tahun ke-24. Mereka semua sangat tekun dan bersemangat. Mereka yang berada di kantor pusat Tzu Chi AS mengadakan ritual namaskara dengan hati yang tulus. Ini membuktikan bahwa ladang pelatihan terdapat di mana-mana. Di tengah cuaca yang dingin, mereka melangkah perlahan-lahan dengan penuh kesatuan hati. Meski cuaca di luar sangat dingin, ereka tetap giat melatih diri. Kita dapat merasakan atmosfer yang sangat harmonis dan penuh ketulusan.

Kita semua adalah manusia. Ada orang yang memilih untuk bersenang-senang dan bertamasya sehingga menciptakan banyak sampah. Ada pula sekelompok orang yang sangat giat melatih diri, berusaha keras menyucikan hati, dan bersumbangsih dengan penuh cinta kasih. Mereka juga membimbing anak muda agar berjalan ke arah yang benar. Ini semua sungguh tidak mudah. Intinya, setiap insan Tzu Chi adalah Bodhisatwa yang menciptakan harapan bagi dunia. Saya sungguh tersentuh sekaligus bersyukur. Waktu terus berlalu tanpa henti. Kita semua harus memanfaatkan waktu untuk mengerahkan potensi diri.(Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 

Artikel Terkait

Menanamkan Rasa Syukur Melalui Kunjungan Kasih

Menanamkan Rasa Syukur Melalui Kunjungan Kasih

04 April 2023

Kelas budi pekerti yang sudah dimulai sejak Bulan Februari 2023 melakukan kunjungan kasih ke panti jompo Yasobas Tebing Tinggi pada Minggu, 19 Maret 2023.

Kunjungan Mahasiswa Darma Persada

Kunjungan Mahasiswa Darma Persada

10 Maret 2010
“Saya sering menyarankan kepada mahasiswa saya untuk menonton DAAI TV. Karena itu sangat penting buat mereka yang mengambil jurusan Sastra Cina,” katanya Hudiyekti P, salah satu dosen bahasa Mandarin Universitas Darma Persada.
Suara Kasih: Saling Membantu

Suara Kasih: Saling Membantu

17 November 2011
Saat itu, tim medis Tzu Chi di Taiwan juga berangkat untuk memberi pelayanan medis, bantuan materi, dan lain-lain. Pada saat itu, Relawan Hu yang merupakan umat Islam dari Turki dan Relawan Chen dari Yordania yang merupakan umat Buddha berkumpul untuk menyurvei lokasi bencana.
Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -