Suara Kasih: Keharmonisan dan Hidup Hemat

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Menciptakan Keharmonisan 
dan Senantiasa Hidup Hemat
     

Bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia terjadi tanpa henti
Alam tengah berbalik menyerang manusia
Menenangkan batin dan memiliki niat yang bajik
Hidup hemat demi menolong orang lain dan diri sendiri

Orang selalu berkata bahwa kekuatan manusia melebihi kekuatan alam. Benarkah demikian? Kekuatan alam sungguh di luar dugaan kita. Karena itu, kita harus senantiasa mawas diri, berhati tulus, dan menjalankan kewajiban dengan baik. Peristiwa Topan Morakot tahun lalu masih melekat erat dalam pikiran kita. Pada tanggal 7 Agustus 2009, divisi keagamaan Tzu Chi di Hualien telah mendirikan pusat koordinasi bantuan guna menangani segala hal yang berhubungan dengan bencana dan korban bencana. Demi terus berhubungan dengan seluruh relawan di Taiwan, beberapa staf tak tidur semalaman. Mereka memantau kondisi bencana secara bergiliran melalui televisi demi mendapatkan informasi terakhir.

Setelah topan berlalu, pagi-pagi sekali tanggal 8 Agustus 2009, saya berkunjung ke kompleks Tzu Chi di Hualien untuk melihat kondisi bangunan di sana setelah badai topan melanda semalaman. Sekolah dasar dan sekolah menengah Tzu Chi tak mengalami kerusakan parah. Ketika tiba di Institut Teknologi Tzu Chi, saya menerima sebuah telepon yang mengabarkan bahwa beberapa wilayah di Pingtung selatan mulai tergenang air. Arus air sangat deras dan berlumpur. Laporan tentang bencana pun mulai kita terima. Karena itu, kita pun mendirikan posko bantuan bencana di Pingtung. Kita mulai membeli barang bantuan dan memasak makanan hangat untuk para korban bencana. Sejak itu, kita terus menerima banyak laporan tentang bencana dari wilayah lain.

Peristiwa 8 Agustus tahun lalu sungguh merupakan hal yang sulit dan sedih bagi saya. Selanjutnya kita mulai mempersiapkan penyaluran bantuan materi bagi para korban bencana. Kita mengerahkan insan Tzu Chi seluruh Taiwan untuk mempersiapkan penyaluran bantuan. Pada tanggal 8 Agustus, hari itu juga, mereka mulai bergerak. Pada sore harinya, kita mendapat kabar bahwa daerah pegunungan mengalami kerusakan.

 

 

Pada tanggal 9 Agustus 2009 terdengar berita yang lebih mengejutkan. Sehari sebelumnya, komunikasi terputus. Tanah longsor telah membuat sebuah pedesaan terkubur. Kabar ini baru diketahui pada tanggal 9 Agustus 2009. Sejak saat itu, setiap hari kita diliputi kesedihan. Hendaknya semua orang selalu mengingat bencana ini. Janganlah setelah waktu berlalu dan kehidupan kembali normal, kita pun melupakan bencana tersebut.  

 

Saya sering berkata kepada kalian agar tetap waspada saat berada dalam keadaan tenteram. Kita berharap setiap orang dapat hidup dengan damai dan tenteram. Namun, dunia ini sangatlah luas dengan populasi penduduk yang sangat banyak.

Perkembangan ekonomi masyarakat masa kini telah memicu meningkatnya pemanasan global dan mengakibatkan ketidakselarasan unsur alam. Saya ingat puluhan tahun yang lalu saat sedang berceramah, saya selalu menyampaikan,  “Buddha berkata bahwa bumi ini akan mengalami fase pembentukan, keberlangsungan, kerusakan, dan kehancuran serta ketidakselarasan 4 unsur alam.” Puluhan tahun lalu saya hanya menyampaikan ajaran Buddha. Namun kini, saya selalu mengatakan kepada kalian semua bahwa kita telah menyaksikan, mendengar, dan merasakan segala bencana yang terjadi.

Saudara sekalian,  kita semua harus bertanggung jawab atas pemanasan global dan ketidakselarasan 4 unsur alam ini. Janganlah berpikir bahwa kebakaran hutan yang terjadi di daerah yang sangat jauh tak berkaitan dengan kita. Kebakaran hutan di Rusia masih terus berlangsung bahkan telah mendekati pusat penelitian nuklir. Semua orang sangat ketakutan. Inilah hal yang paling dikhawatirkan oleh semua orang saat ini. Apakah polusi udara benar-benar tak ada hubungannya dengan kita? Kita semua hidup di kolong langit dan di atas bumi yang sama. Mungkinkah pemanasan global, emisi karbon, dan lain-lain tak berkaitan dengan kita? Lihatlah bencana banjir di Pakistan. Apakah kita tak iba melihatnya? Kita harus membantu mereka. Saya melihat satu tayangan tentang seorang ibu yang menggendong anaknya di tengah genangan air dan anak tersebut sedang diinfus. Apakah kita tak iba melihatnya? Saya sungguh iba melihatnya. Bagaimana cara kita membantu mereka? Bencana banjir di Pakistan telah berlangsung lebih dari 10 hari. Prakiraan cuaca meramalkan bahwa hujan deras akan terus turun. Sepertiga wilayah Pakistan telah tergenang air.

Para Bodhisatwa sekalian, apakah kita tega melihat penderitaan mereka yang berkepanjangan? Awalnya saya berpikir untuk  menunggu hingga hujan reda, barulah kita memikirkan cara untuk menyalurkan bantuan. Bila tak memberikan bantuan darurat, maka kita akan menyalurkan bantuan jangka panjang. Lihatlah penderitaan mereka. Saya sungguh tak sampai hati. Saudara sekalian, bukankah kita harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan? Selain itu, kita juga harus bertekad untuk hidup hemat. Kita sungguh harus hidup hemat. Jika setiap orang dapat hidup hemat, maka kita dapat memperoleh lebih banyak barang bantuan untuk diberikan kepada orang yang membutuhkan. Kita harus hidup demi membantu orang lain, bukan demi kepuasan diri semata. Jika setiap orang hanya memikirkan kepuasan diri sendiri, maka saat bencana melanda, mereka akan sangat sulit menerimanya.

 

 

Kondisi setempat sungguh memprihatinkan. Siapa yang dapat membantu mereka? Sungguh sulit. Untuk menyalurkan bantuan, harus ada sarana yang memadai. Bila tidak, kita tak akan dapat menyalurkan bantuan. Kita pernah melihat kerusuhan yang terjadi di lokasi penyaluran bantuan. Inilah kesulitan yang kita hadapi.

 

Kekuatan manusia tak akan sanggup mengalahkan alam. Hanya dengan menyucikan batin dan melakukan kebajikan, barulah bencana di dunia akan berkurang. Karena itu, saya berharap semua orang dapat merenungkan hal ini. Di mana pun bencana terjadi, kita harus berusaha sekuat tenaga untuk membantu dan tak mengharapkan pamrih. Semoga orang yang menerima bantuan dapat merasa bersyukur. Jika batin manusia tak disucikan, maka kelak kita akan menghadapi bencana alam ditambah dengan bencana akibat ulah manusia. Akibatnya sungguh tak berani saya bayangkan.

Saya sering berkata bahwa saya merasa tak ada waktu lagi. Kini, semua orang hendaknya  memiliki perasaan yang sama dengan saya. Untuk itu, kita harus memiliki hati yang tenang agar tercipta masyarakat yang harmonis dan dunia bebas dari bencana. Satu-satunya cara adalah dengan mengembangkan niat baik dalam diri setiap orang. Singkat kata, bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia bersumber dari hati manusia. Saya bukan hendak terus menyalahkan manusia, namun begitulah kenyataannya. Akhir kata, kita harus segera menyelaraskan hati dan pikiran. Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi / Foto: Da Ai TV Taiwan

 
 

Artikel Terkait

13 Tahun Menabur Benih Cinta Kasih

13 Tahun Menabur Benih Cinta Kasih

12 Januari 2021
Tepat tanggal 10 Januari 2021, RSCK Tzu Chi genap berusia 13 tahun. Perayaan ulang tahun di masa pandemi Covid-19 ini dilaksanakan secara daring dengan diikuti 225 undangan dan peserta melalui aplikasi Zoom pada tanggal 11 Januari 2021.
Latihan Drama Musikal Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi: Persiapan Menjelang Pentas

Latihan Drama Musikal Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi: Persiapan Menjelang Pentas

29 Januari 2016
Pementasan drama musikal berdurasi lebih kurang dua jam ini melibatkan lebih dari 300 orang, baik pemeran drama maupun pengisi tarian dari semua unit sekolah. Sejak enam bulan lalu, pementasan drama dipersiapkan dengan baik. Pathet Paksi Manyura (29) yang menjadi sutradara drama ini terus melatih anak-anak setiap jam mata pelajarannya.
Generasi Muda Sahabat Bumi

Generasi Muda Sahabat Bumi

12 Desember 2012 Bumi, yang selama ini merupakan tempat tinggal kita di dunia, sama dengan lingkungan sosial yang selalu menemani kita dari semenjak kita lahir sampai sekarang, sudah sepantasnya kita jadikan sebagai sahabat.
Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -