Suara Kasih: Keharmonisan dan Kedamaian

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

 

  Menjaga Keharmonisan dan Kedamaian

 

Perang menyebabkan organisasi kemanusiaan sulit menyalurkan bantuan
Warga yang kelaparan hidup penuh penderitaan
Jalinan jodoh menentukan keberuntungan seseorang
Semoga semua orang hidup harmonis dan tenteram

"Tidak turun hujan. Tanaman dan ternak mati karena kekurangan air. Demi bertahan hidup, kami harus mengungsi ke berbagai tempat. Seumur hidup ini, saya tak pernah melihat bencana separah ini.Tahun ini saya berusia 56 tahun, namun saya terlihat seperti berusia 80 tahun karena saya tidak memiliki makanan yang cukup selama beberapa tahun ini. Hidup kami penuh dengan penderitaan. Kami merasa sangat lapar. Di mana-mana terjadi krisis pangan," Ucap seorang ibu. "Saat mengungsi bersama dengan istri dan putra saya yang berusia 9 bulan, kami bertemu dengan pasukan bersenjata. Mereka merampas semua barang milik kami. Kita harus menempatkan diri di posisi mereka," cerita seorang pengungsi.

Tegakah kita melihatnya? Saya sungguh tidak tega. Para pengungsi menderita akibat kelaparan dan bencana. Di Ethiopia saja terdapat 4,5 juta orang, di Somalia ada 3,7 juta orang, di Kenya ada 3,5 juta orang, dan di Djibouti ada 120.000 orang. Mereka semua adalah pengungsi. Mereka tak hanya menderita akibat bencana dan kelaparan, namun juga menderita akibat perang. Banyak dari mereka yang hidup bagaikan di neraka. Lihatlah kondisi kehidupan mereka. Beberapa hari ini, saya terus mengulas tentang mereka karena pikiran saya terus terbayang-bayang tentang kondisi mereka. Saya sungguh merasa tidak tega. Kita dapat melihat di Somalia, warga setempat mengalami bencana kekeringan yang paling parah selama 60 tahun ini. Kondisi iklim yang tidak stabil mendatangkan penderitaan bagi makhluk hidup. Ditambah lagi, bencana akibat ulah manusia mendatangkan penderitaan bagi orang dewasa maupun anak-anak. Sangatlah sulit bagi anak-anak untuk tumbuh besar.

”Saya sangat sedih karena anak saya sakit. Saya sendiri juga merasa tidak enak badan,” ucap seorang ibu. “Berat normal pada usia ini adalah sekitar 8 hingga 9 kilogram, sedangkan beratnya hanya 3,2 kilogram. Hal ini berarti bahwa ia sangat kekurangan gizi. Di rumah sakit kami terdapat puluhan ribu anak kekurangan gizi. Kami tidak mampu menanganinya. Setiap hari, jumlah anak yang meninggal mencapai 50 orang,” kata perawat medis. Ada pula seorang anak yang dalam kondisi kritis dan membutuhkan pengobatan secepatnya, namun dokter berada di tempat yang jauh. Untuk mencari tumpangan, sang ibu membutuhkan paling sedikit 1 dollar AS. Namun, ia tak memiliki uang. Ia merasa tak berdaya dan hanya bisa melihat anaknya meninggal. Penderitaan ini sungguh tak terkira.

Lembaga kemanusiaan PBB terus mencari cara untuk menyalurkan bantuan ke Somalia. Bila masyarakat masih terus bertikai, bagaimana barang bantuan dapat tiba di sana? Selain itu, ada pula ranjau darat yang membuat perjalanan semakin sulit. Sangatlah sulit untuk menyalurkan bantuan melalui udara karena meriam juga terus dilepaskan ke langit. Sungguh berbahaya. Melihat hal itu, saya sungguh mengkhawatirkan mereka. Kita juga ingin mengulurkan tangan dan berangkat ke sana untuk memberi bantuan, namun sangatlah sulit. Saya sangat khawatir, namun tidak berdaya. Kita tidak tahu bagaimana cara membantu mereka.

Kita juga dapat melihat warga Somalia yang mengungsi dari sana. Ada beberapa orang yang beruntung karena dapat mengungsi ke Malaysia. Namun, karena tidak memiliki status legal, mereka kesulitan untuk mendapat pekerjaan. "Yang pertama kali tak mendapat pekerjaan. Yang kedua kalinya juga demikian. Sekitar 85 hingga 90 persen wanita adalah orang tua tunggal karena sebagian besar ayah dari anak meninggal atau hilang. Ini adalah nasi. Ini adalah makanan dari pagi hingga malam. Mereka menggunakan piring ini. Sepuluh orang anak makan 1 piring. Kami adalah warga pendatang di sini. Kami adalah komunitas yang dikucilkan. Kami tidak memiliki harapan sama sekali. Saya tidak tahu bagaimana mengatakannya," ucap seorang pengungsi.

Di sana, para pengungsi tak menerima bantuan dari orang lain. Ketika jatuh sakit, mereka juga tak menerima bantuan pengobatan. Anak-anak juga tak berkesempatan untuk bersekolah. Mereka hanya mengandalkan organisasi kemanusiaan untuk melindungi dan memerhatikan mereka serta membangun sekolah bagi anak-anak agar mereka dapat menerima pendidikan dari relawan yang bersedia mengajar mereka. Sejak tahun lalu, insan Tzu Chi menerjemahkan Kata Perenungan Jing Si dan berkunjung ke tempat para pengungsi untuk membantu, membimbing, dan mengadakan baksos kesehatan bagi mereka. Kita sungguh dapat melihat perbedaan antara yang beruntung dan yang tak beruntung.

Mereka sama-sama berasal dari Somalia, namun orang yang beruntung dapat keluar dari Somalia dan meninggalkan penderitaan yang bagaikan di neraka. Namun, masa depan mereka hanya bisa mengandalkan bantuan dari organisasi kemanusiaan yang bersifat sementara.

Entah bagaimana mereka bertahan hidup dan bagaimana cara kita agar dapat membantu begitu banyak orang. Lihatlah negara-negara di Afrika Timur. Jutaan pengungsi menghadapi risiko meninggal akibat kelaparan. Lihatlah, setiap ibu menggendong anaknya yang kekurangan gizi. Setiap ibu berharap anak-anaknya dapat bertahan hidup. Penderitaan mereka sungguh tak terkira. Bayangkanlah, masihkah kita tega menikmati penyejuk ruangan? Apakah kita masih tega mengejar kenikmatan? Apakah kita masih tega makan di restoran? Satu kali makan bagi orang berada dapat menjadi bahan pangan selama beberapa tahun bagi para pengungsi. Bila setiap orang bisa lebih jarang ke restoran dan makan lebih sederhana, maka dapat menolong banyak orang yang menderita.

Saya sering berkata bahwa kita cukup kenyang 80 persen saja. Sisa 20 persennya dapat digunakan untuk membantu orang yang membutuhkan. Bila hati setiap orang dapat selaras dan tidak saling bertikai, maka orang-orang yang menderita akan mudah menerima bantuan dari organisasi kemanusiaan. Meski telah melihat penderitaan mereka, namun kita tak dapat berangkat dan menjangkau mereka. Intinya, hati manusia sangat menakutkan. Kita juga harus mawas diri dengan segala bencana yang terjadi. Setiap hari, hati saya merasa sangat sedih. Saya sungguh tidak tega melihatnya. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

 
 

Artikel Terkait

Bukti Jalinan Jodoh Tzu Chi

Bukti Jalinan Jodoh Tzu Chi

07 September 2010 Tanggal 2 September 2010 adalah hari yang istimewa bagi relawan Tzu Chi Bandung. Pada sore itu, relawan Tzu Chi dari Taiwan dan Jakarta berkunjung ke kantor Tzu Chi Bandung untuk mengisi acara sharing relawan.
Cinta Kasih Bagi Warga Kota Binjai

Cinta Kasih Bagi Warga Kota Binjai

13 Oktober 2012 Perkembangan pesat Tzu Chi Medan tentu saja diraih dengan kerja keras dari seluruh relawan yang berpegang pada prinsip cinta kasih universal yang tidak membedakan.
Cinta kasih tidak akan berkurang karena dibagikan, malah sebaliknya akan semakin tumbuh berkembang karena diteruskan kepada orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -