Suara Kasih: Kemurnian Bulan Penuh Berkah

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Menjaga Kemurnian Perbuatan dalam
Bulan Penuh Berkah
     

”Ini akan digunakan untuk sembahyang. Karena sekarang bulan 7 Imlek. Yang terpenting adalah kami berdoa  agar diberi keselamatan dan kesehatan. Itulah doa kami. Ini semua dipersiapkan untuk menyambut Hari Cioko. Kami membakarnya untuk mereka. Berdoa agar diberi kekayaan dan kesehatan,” jelas seorang warga yang tengah mempersiapkan diri untuk bersembahyang.

“Keyakinan adalah ibu dari segala pahala.” Itulah yang sering saya katakan. Sungguh, kita harus memiliki keyakinan yang benar. Jika memiliki keyakinan yang menyimpang, niat buruk, dan kepercayaan pada takhayul, maka batin kita akan tersiksa dan tak dapat merasa damai. Setan yang tercipta dari pikiran kita sendiri akan senantiasa mengikuti dan mengendalikan diri kita.

Tayangan ini berlokasi di Malaysia. Warga Tionghoa di Malaysia tidaklah sedikit. Keyakinan yang dianut warga Tionghoa kebanyakan adalah kepercayaan rakyat. Kepercayaan rakyat ini bertahan turun-temurun sejak zaman dahulu. Pada bulan 7 Imlek mereka harus bersembahyang. Ini tradisi yang diwariskan turun temurun. Untuk memohon kekayaaan, rezeki, dan keselamatan, mereka harus membakar kertas sembahyang. Kepercayaan membuta seperti ini mengakibatkan hidup kita semakin jauh dari prinsip moralitas.

Ada pula yang sangat percaya takhayul dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, Tuan Chen. Ia sering bersembahyang di berbagai tempat. ”Selama bulan 7 Imlek, saya akan lebih banyak bersembahyang. Saya akan bersembahyang di rumah dan di kelenteng. Pada malam hari, saya akan bersembahyang di pinggir jalan dan membakar kertas sembahyang. Saya sudah terbiasa dengan tradisi ini. Jika tidak melakukan hal-hal tersebut, hati saya akan tidak tenang, karena saya takut arwah-arwah akan datang mencari saya,” katanya.

Kadang saat sendirian di rumah, ia akan menabur beras di lantai untuk mengusir setan agar hatinya merasa tenang. Namun, suatu hari ia mendengar saya mengatakan suatu perkataan yang sederhana, “Jika hanya memohon dan bersembahyang, namun tidak berbuat baik, apakah mungkin doa kita akan terkabul?” Tidak mungkin. Mendengarnya, ia pun sadar. Ia pun membeli sebuah mesin pemutar DVD. Ketika ada orang yang datang ke bengkelnya, ia akan memutarkan ceramah saya. Selain mengubah dirinya sendiri, ia juga berbagi hal ini dengan orang lain agar orang-orang paham, memiliki keyakinan benar, dan tidak percaya takhayul.

Bulan 7 Imlek adalah bulan penuh berkah. Semoga kita semua tidak lagi percaya takhayul. Lihatlah Tuan Chen yang telah tersadarkan dan bebas dari kerisauan. Ia sudah sadar dan meninggalkan takhayul. Tiada hal di dunia ini yang dapat dicapai tanpa berusaha. Tanpa melakukan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana mungkin memperoleh berkah?

 

Di Malaysia, kita juga melihat adanya kebiasaan mengadakan pertunjukan. Meski pertunjukan digelar di atas panggung, namun tiada penonton di bawah panggung. Mereka mementaskannya untuk siapa? Pertunjukan ini untuk ditonton para setan. Menyenangkan setan dan dewa dengan cara itu, apakah benar? Apakah para setan dan dewa akan datang menyaksikan pementasan?

Jadi, kita harus memiliki keyakinan benar yang berlandaskan kenyataan dan kebenaran. Sebelum kaki melangkah, kita harus memastikan adanya tanah dan jalan di depan kita. Jika tidak, maka kita akan terjatuh. Tidak mungkin tidak. Karena itu, kita harus melatih diri dan berjalan sesuai Sutra. Kita harus membuka jalan ini terlebih dahulu. Dengan penuh keyakinan dan tekad, kita dapat membentangkan jalan ini agar orang-orang dapat mengikuti dari belakang. Hanya dengan keyakinan benarlah kita dapat membimbing mereka.

Sesungguhnya, dalam lubuk hati setiap orang terdapat benih keyakinan benar yang murni. Asalkan ada yang membimbing, keyakinan ini akan dapat terbangkitkan dan mengikis kepercayaan yang membuta. Untuk itu, kita harus lebih bekerja keras. Apakah berkah datang begitu saja jika kita bersembahyang? Tidak. Untuk memperoleh berkah, kita harus berbuat baik. Kita mensosialisasikan hal ini melalui tayangan-tayangan dan penampilan drama agar orang-orang dapat langsung melihatnya sebelum diberi penjelasan lebih jauh.

Beberapa orang yang melihat sosialisasai yang dilakukan insan Tzu Chi berkata. “Saya merasa tayangan tadi sungguh kejam. Saat jengger anak ayam dicabut, ia tidak lucu lagi. Saya akan bervegetarian selama sebulan.” ”Kini saya tidak membakar kertas sembahyang lagi dan tidak membunuh hewan untuk dipersembahkan. Melihat cara hewan dibunuh, saya tidak berani makan daging lagi.” “Setelah melihat tayangan tadi, saya rasa saya harus mengubah pola hidup saya.”

Kalau memungkinkan, Setelah melihat tayangan tersebut dan mendengar penjelasan dari insan Tzu Chi, orang-orang menyadari bahwa mereka harus mengubah pola hidup dan cara pandang ke arah yang benar. Kita harus lebih bekerja keras untuk mensosialisasikan hal ini.

Kita dapat melihat insan Tzu Chi di Malaysia selama beberapa hari ini telah mengadakan 7 kali doa bersama di Kuala Lumpur. Kita juga dapat melihat setiap orang berdoa dengan tulus. Ketika semua orang bersatu hati dalam melafalkan nama Buddha, itulah persembahan yang paling tulus. Dengan begitu, sesuai namanya, bulan 7 ini sungguh dipenuhi berkah dan rasa bakti. Betapa baiknya keyakinan seperti ini.

 

 

Di samping itu, mereka juga mementaskan drama musikal Sutra Bakti Seorang Anak. Setelah melihat permentasan tersebut, banyak orang yang terinspirasi dan bertobat. ”Saya teringat ibu saya, saya harus berbakti padanya. Saya ingin berkata pada ibu saya, “Saya sayang ibu,” ucap salah satu penonton. Anak muda ini kini sadar bahwa ia harus membahagiakan dan menyayangi orang tuanya.

 

Lihatlah, para relawan mementaskannya dengan penuh ketulusan sehingga menyentuh hati banyak orang. Inilah cara kita berbagi Dharma untuk menyentuh hati banyak orang dan mengubah cara pandang yang keliru sehingga mereka memahami jalan yang benar dan tahu pentingnya moralitas. Lihatlah, betapa menyentuh.

Sesungguhnya, setiap orang yang berpartisipasi dalam pementasan ini harus bervegetarian. Ini berarti sebelum membaca Sutra, kita harus “membersihkan mulut”. Tindakan, ucapan, dan pikiran haruslah bersih dan jernih. Karena itu, kita harus bervegetarian. Berpartisipasi dalam pementasan ini merupakan latihan bervegetarian yang terbaik.

Sebelum membuat persembahan kepada dewa, orang zaman dahulu harus berpantang terlebih dahulu. Apakah kalian masih ingat hal ini? Sebelum membuat persembahan, mereka harus pantang makan daging selama 3 hari. Namun, bagaimana selanjutnya? Mereka kembali membunuh hewan. Ini sungguh suatu kekeliruan. Yang dilakukan selama 3 hari adalah benar, namun perbuatan mereka yang selanjutnya telah melenyapkan pahala yang diciptakan.

Jadi, sebagai praktisi Buddhis kita harus senantiasa menjaga tindakan, ucapan, dan pikiranserta bersikap tulus. Kita sungguh harus mawas diri, tulus, berkeyakinan benar, dan tidak memiliki kepercayaan membuta. Jadi, kita harus menjaga pikiran dengan baik.

Bulan 7 memiliki makna yang dalam. Neraka batin berasal dari kepercayaan membuta.

Mensosialisasikan keyakinan yang benar, berperilaku benar dan menyucikan tindakan, ucapan, serta pikiran.

Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi
Foto: Da Ai TV Taiwan

 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Silent Mentors

Suara Kasih: Silent Mentors

11 Maret 2010
Daripada hanya melihat gambar, lebih baik mereka belajar langsung dari tubuh manusia agar dapat benar-benar memahaminya. (Di Tzu Chi, terdapat orang-orang yang mendonorkan tubuh mereka setelah meninggal untuk menjadi latihan praktik para mahasiswa kedokteran).
Menjalin Jodoh Baik di Sekolah Putra Bangsa Berbudi

Menjalin Jodoh Baik di Sekolah Putra Bangsa Berbudi

20 Maret 2019

Mengawali bulan Maret 2019, Tzu Chi Medan, tepatnya di Hu Ai Medan Selatan mengadakan Tea Gathering di Sekolah Putra Bangsa Berbudi, Delitua Minggu 10 Maret 2019. Kegiatan ini dihadiri oleh 29 relawan, 20 guru, dan 8 orang tamu.

Pascabanjir Jakarta: Bantuan Untuk Warga Kramat Jati

Pascabanjir Jakarta: Bantuan Untuk Warga Kramat Jati

05 Februari 2013 Melihat kondisi pascabanjir, dimana para warga yang terkena banjir ternyata masih membutuhkan uluran tangan kita untuk memulihkan kondisi kehidupan mereka (para korban banjir).  Relawan Tzu Chi kembali  turun ke lapangan untuk membagikan bantuan pasca banjir kepada para korban banjir.
Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -