Suara Kasih: Kualitas Pelatihan Diri

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Kualitas Pelatihan Diri 
Relawan Daur Ulang
     

Keyakinan adalah ibu dari segala praktik kebajikan
Menjalankan misi pelestarian lingkungan dan mengemban tekad Guru    
Dengan kebijaksanaan menciptakan alat-alat yang bermanfaat
Memperoleh kesehatan fisik dan batin sekaligus melestarikan alam

“Di posko daur ulang para relawan menginjak-injak botol plastik hingga merasa sakit di kaki, kadang sampai tak dapat berjalan. Karena itu, saya terus mengembangkan alat ini mulai dari model awal hingga yang terbaru saat ini. Saya berharap dapat memberikan semua orang alat yang aman dan praktis digunakan,” kata seorang relawan penemu alat dukung daur ulang.

“Gunting biasa tidak memiliki kait. Sulit untuk memotong cincin di leher botol. Kini dengan adanya pisau berkait, hanya tinggal dikaitkan saja, benar-benar praktis. Pertama, alat ini enak dipegang. Kedua, titik tangkapnya pas sehingga bisa menghemat tenaga,” ujar seorang relawan daur ulang lansia tentang gunting kait untuk melepas cincin leher botol plastik.

“Hanya begini saja. Dalam 30 menit kita dapat memipihkan lebih dari 1.000 botol plastik. Cepat sekali. Ini pun menghemat ruang untuk pengangkutan,” seorang relawan lain bercerita tentang ekskavator kecil yang dirancang khusus untuk memipihkan botol plastik daur ulang.

Para relawan daur ulang berkebijaksanaan tinggi. Tak peduli berapa pun usia mereka dan apa pun tingkat pendidikannya, mereka semua memiliki potensi yang sama dengan orang lain. Karena itu, kita semua hendaknya banyak belajar dari mereka. Asalkan mau bersungguh-sungguh, kita akan mampu menggali potensi yang tak terhingga. Dengan kata lain, segala kebajikan harus dimulai dari satu hal, yaitu keyakinan.

 

Ketika melantunkan teks 37 Faktor Menuju Pencerahan, kita dapat menemukan istilah Lima Akar dan Lima Kekuatan. Selama kita memusatkan kemampuan dan kekuatan kita ke arah yang benar, kita akan dapat menciptakan berkah bagi masyarakat sekaligus melindungi bumi. Ajaran Buddha memang seharusnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Yang pertama dari Lima Akar adalah keyakinan. Kita harus memiliki keyakinan.  

Sering dikatakan bahwa keyakinan adalah ibu dari segala pahala. Akar dari segala praktik Dharma bersumber pada keyakinan. Anda harus yakin, yakin terhadap Dharma dan belajar membedakan yang baik dan buruk. Kita hendaknya menghindari segala kejahatan dan yakin bahwa dengan berbuat jahat, kita akan menciptakan karma buruk. Ketika karma buruk tercipta, kita tak akan dapat menghindari akibatnya.

Semakin lama populasi manusia terus bertambah. Sehingga, semakin banyak orang mencari cara praktis. Mereka hanya tahu menggunakan, namun tidak menghargai usia suatu barang. Karenanya, mereka menggunakan barang sekali pakai. Bayangkan, produsen barang-barang ini sungguh telah memproduksi karma buruk. Dengan semakin banyaknya perusahaan industri, bumi ini akan semakin terluka akibat pencemaran yang ditimbulkan. Ditambah lagi dengan perubahan iklim yang membawa banyak bencana, bumi ini sungguh terluka. Janganlah meremehkan perbuatan baik yang kecil. Meski manusia hanya bagian kecil dari semesta, asalkan memiliki tekad, kita dapat menggali kekuatan yang tak terhingga dengan memengaruhi banyak orang. Begitulah para relawan Tzu Chi, sudah 20 tahun lamanya mereka menjalankan misi pelestarian lingkungan. Dalam 20 tahun ini betapa banyak sumbangsih yang telah kita berikan bagi lingkungan di Taiwan. Kita melakukan sosialisasi sekaligus praktik nyata. Kita dapat melihat bahwa relawan daur ulang Tzu Chi kini juga dapat menjadi penemu.

Baik di daerah tengah, selatan, dan utara Taiwan banyak relawan telah menjadi penemu. Sebanyak apa pun botol plastik di posko, mereka tetap bekerja memipihkannya sampai kaki mereka terasa nyeri sehingga kerap membuat mereka tak bisa tidur. Namun, ada seorang relawan yang meski pendidikannya tidak tinggi, tetapi mampu mengembangkan alat. Ia terus mengembangkan alat tersebut hingga model kelima. Kita tinggal meletakkan botol-botol plastic dan menekan pedalnya baik dengan tangan maupun dengan kaki. Alat ini sungguh meringankan pekerjaan. Botol-botol itu bahkan bisa dipipihkan sekaligus sehingga mengurangi ruang yang diperlukan. Alat-alat ini mereka kembangkan sendiri. Mereka sungguh berbakat.

Selain itu, ada pula para relawan lansia. Saya bertemu mereka saat berkunjung ke Tainan. Insan berusia lanjut sungguh bagai permata. Ada yang berusia 90 tahun, 80 tahun lebih, dan 70 tahun. Di Nankunshen, sebuah daerah pelabuhan, para relawan menjalankan daur ulang dengan sangat baik. Terlebih lagi, mereka sangat giat. Setiap pagi mereka mendengarkan ceramah saya dan melakukan kebaktian. Inilah wujud semangat pelatihan diri mereka. Mereka berangkat sebelum matahari terbit. Ada 3 orang relawan berusia lanjut yang bertanggung jawab membuka pintu di pagi hari dan menutupnya sekaligus merapikan barang pada malam hari. “Master, saya Cai Yumei. Semoga saya bersemangat, sehat, dan bijaksana dalam melakukan daur ulang,” begitulah salah satu relawan lanjut usia tersebut selalu menyapa saya sebelum berangkat setiap pagi. Kemudian ia berangkat dengan sepeda. Perjalanannya membutuhkan waktu 40 menit.

 

Beginilah yang ia lakukan setiap hari. Ia sungguh memiliki keyakinan. Ia yakin bahwa saya selalu mengatakan hal-hal yang baik, dan ia akan melakukannya. Ia selalu melakukan yang saya katakan. Fisik dan batinnya selalu sehat setiap hari. Setiap hari ia berpikiran baik, melakukan hal baik, dan bertutur kata baik. Ini semua karena ia memiliki kesungguhan hati dan cinta kasih serta fisik dan batin yang sehat. Masih banyak relawan daur ulang yang datang lebih pagi untuk mendengarkan ceramah saya sebelum mulai bekerja. Semua ini sungguh membuat orang tersentuh. Sebelum mendengarkan ceramah, mereka pun melakukan kebaktian di rumah. Bukankah mereka sangat giat dan bersemangat?

 

Selain keyakinan dan semangat (akar pertama dan kedua), mereka juga memiliki perhatian murni (akar ketiga). Pikiran mereka terpusat pada satu hal. Apa pun yang saya katakan, mereka lakukan dengan pikiran terfokus. Mereka sungguh memiliki pikiran murni. Inilah yang disebut kemampuan perhatian. Berikutnya adalah Samadhi (akar keempat). Artinya, mereka memiliki keteguhan pikiran. Meski orang-orang berkata, “Kamu bodoh sekali, makan dari bakul nasi sendiri, tetapi melakukan pekerjaan orang lain. Hasil daur ulang itu tak dapat kamu nikmati sendiri.” Pikiran para relawan tetap teguh. Mereka menjawab, “Jika digunakan sendiri, tidak akan berarti apa-apa. Jika didanakan untuk Tzu Chi, akan dapat menolong banyak orang, menyelamatkan bumi, mendanai Da Ai TV, serta menolong orang di luar negeri. Kontribusi kecil saya dapat bermanfaat banyak.” Lihatlah, keteguhan hati ini sungguh tak terpengaruh komentar orang.

Semua ini menunjukkan akar kebijaksanaan (akar kelima). Dengan adanya kebijaksanaan, mereka dapat berbagi pengalaman dan ajaran serta memengaruhi orang lain. Inilah bimbingan lewat teladan nyata. Lima Akar ini dapat dikembangkan menjadi Lima Kekuatan. Lima Akar, Lima Kekuatan, Tujuh Faktor Pencerahan, dan Jalan Mulia Beruas Delapan adalah bagian dari “37 Faktor Menuju Pencerahan” yang sering kita lantunkan. Namun, apakah kita benar-benar menyelami maknanya? Sesungguhnya, para relawan ini telah mempraktikkannya. Terima kasih atas kesungguhan hati dan cinta kasih semua orang dalam bersumbangsih. Tadi saya juga baru saja melihat tayangan para relawan di Sanchong, Taiwan membantu membersihkan rumah yang penuh sampah dan sangat kotor. Mereka membersihkannya dengan sungguh-sungguh sehingga rumah itu tampak rapi. Para relawan pun membersihkan perabotannya hingga terlihat seperti baru dan tertata rapi, tidak seperti kondisi sebelumnya yang sangat kotor. Rumah itu kini terlihat seperti rumah-rumah pada umumnya. Lihatlah, kehadiran insan Tzu Chi sungguh bermanfaat. Akhir kata, kita harus lebih bersungguh hati lagi. Saya sungguh berterima kasih.

Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi / Foto: Da Ai TV Taiwan

 
 

Artikel Terkait

Yuk! Berkarya dengan Zhen Shan Mei

Yuk! Berkarya dengan Zhen Shan Mei

18 April 2018
Untuk pertama kalinya Tzu Chi Pekanbaru mengadakan  Pelatihan Relawan Zhen Shan Mei yang dibawakan langsung oleh Tim Zhen Shan Mei Indonesia yakni Henry Tando, Erli Tan, dan Khusnul Khotimah. Kegiatan pelatihan yang berlangsung selama dua hari dari tanggal 14-15 April 2018 ini diikuti oleh 45 peserta di hari pertama, dan 40 peserta pada hari kedua. 
Galang Hati untuk Sumatera-Kelas Budi Pekerti

Galang Hati untuk Sumatera-Kelas Budi Pekerti

15 Oktober 2009
Para guru pembimbing Kelas Budi Pekerti Tzu Chi punya misi khusus hari ini. Mereka akan mengajak anak-anak ini untuk menanam kembali berkah bagi diri anak-anak itu. 
Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -