Suara Kasih : Kualitas Pelestarian Lingkungan
Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News Judul Asli: Meningkatkan Kualitas Menerapkan daur ulang dalam komunitas masing-masing | |||
”Mengapa Anda terpikir melakukan daur ulang?” tanya pembawa acara di Da Ai TV Taiwan kepada seorang relawan pelestarian lingkungan yang telah lanjut usia. ”Master Cheng Yen berkata sampah dapat diubah jadi emas. Karena itu, salah satu donatur saya mengajak untuk bersama-sama melakukan daur ulang. Selain kami berdua, ada juga Relawan Tu. Kami bertiga pun mulai melakukan daur ulang,” jawab relawan tersebut. Relawan lanjut usia ini bernama Gao Xuemei. Lihatlah, tidak ada posko daur ulang di Xinyi. Ia melakukan daur ulang di pinggir jalan atau di depan rumah. Ia pun mengajak banyak orang yang berkesadaran lingkungan untuk bersama-sama mengulurkan tangan melakukan daur ulang. ”Kakak Gao. Tuan Liu, apa kabar? Barang-barang daur ulang sudah kami kumpulkan. Terima kasih. Sampaikan terima kasih kami kepada istri Anda. Terima kasih,” katanya kepada pemberi barang daur ulang | |||
| |||
Ia menderita radang sendi dan mengalami kesulitan untuk berjalan. Untuk mengambil barang pun terasa sulit, namun ia dapat melakukan daur ulang. ”Anda pernah memindahkan sesuatu dari lantai 4. Apa itu?” tanya pembawa acara sekali lagi. ”Sebuah televisi 29 inci. Saya memindahkannya ke lantai dasar. Meski lelah, saya senang. Saya pun tertawa dan berpikir dalam hati, Hebat juga saya,” ucapnya. ”Bagaimana Anda bisa begitu kuat? Anda mengangkatnya sendirian? Ya. Bagaimana bisa?” sekali lagi ia ditanya. ”Karena saya mencintai Master Cheng Yen. Saya berpikir jika kita mengumpulkan lebih banyak, maka hasilnya pun akan lebih banyak dan Master Cheng Yen dapat menolong lebih banyak orang,” pungkasnya. Itulah kekuatan sebuah tekad yang tulus. Ia melakukan daur ulang pada siang hari dan mendalami Dharma pada malam harinya. Karena telah meresapi Dharma, maka ada Buddha dalam hatinya dan Dharma dalam tindakannya. Tentu saja, ia pun didampingi beberapa relawan seperti Bapak Gao, Bapak Zhong, dan Xiuxing. Mereka adalah rekan yang baik baginya. Setelah sampah daur ulang ia pilah, Xiuxing akan membantu mengangkutnya dengan sepeda motor. Lihat, bahkan para anggota Tzu Cheng pun merasa tak sampai hati dan membantunya mengangkut dengan truk. Lihat, inilah kerja sama antarmanusia. Dengan kerja sama yang harmonis, mereka menciptakan sebuah kekuatan besar. Selain para Bodhisatwa di Taiwan tadi, kita juga melihat para relawan di Sichuan, tepatnya di Luoshui, Hanwang, dan Chengdu. Sekelompok besar Bodhisatwa ini memiliki tekad dan misi yang sama. Melihat banyaknya bencana terjadi di dunia, mereka pun merasa turut bertanggung jawab. Melihat bencana yang menggemparkan dunia, mereka pun bertekad meningkatkan kesadaran. Dengan kesadaran ini, mereka bertekad untuk berusaha sekuat tenaga mengubah pola hidup sehari-hari. Kita melihat para relawan Tzu Chi di sana mensosialisasikan pelestarian lingkungan di daerahnya. Perlu kita ketahui bahwa saat musim panas, di Sichuan matahari terbenam pada pukul 8 malam. Jadi, setelah makan malam, banyak keluarga yang duduk-duduk di depan rumah. Sebagian menghabiskan waktu dengan bermain mahyong. Insan Tzu Chi memanfaatkan waktu ini untuk mensosialisasikan pelestarian lingkungan. Mereka berkumpul di tepi jalan atau lapangan dengan peralatan seadanya. Mereka menggunakan kanvas atau kain putih sebagai layar. Setiap keluarga membawa kursi sendiri dan berkumpul untuk mendengarkan penjelasan insan Tzu Chi tentang daur ulang. Para relawan memperlihatkan selimut hangat dan pakaian berkualitas baik yang dibuat dari daur ulang botol plastik. Orang-orang dapat menyentuh serta merasakannya, dan menyadari betapa berharganya botol plastik. Mereka sadar sampah yang biasa dibuang begitu saja ternyata masih dapat digunakan kembali. Setelah paham, mereka sepenuh hati mendengarkan cara memilah sampah daur ulang. Ketika para relawan bertanya adakah yang ingin ikut melakukan daur ulang, cukup banyak yang mengangkat tangan. Beginilah cara mereka menggalang relawan. Kegiatan ini bukan semata-mata mendaur ulang barang. Ketika cinta kasih seseorang terbangkitkan, ia akan menggunakan waktunya untuk kegiatan yang bermanfaat. Dengan mengurangi waktu bermain mahyong, mereka akan punya waktu melakukan daur ulang sebagai wujud kasih sayang terhadap bumi dan sumber daya alam, serta memberi manfaat bagi dunia. | |||
| |||
Sebagai manusia, mereka mengisi waktunya dengan penuh makna. Bukankah ini merupakan “daur ulang” waktu? Dari segi ruang, mereka melestarikan lingkungan di mana pun berada. Kita sungguh harus berusaha. Untuk apa mengurangi pencemaran bumi dan menghemat penggunaan sumber daya alam. Belakangan ini Saya terus mengutarakan konsep daur ulang baru, yakni “bersih dari awalnya”. Kini insan Tzu Chi mulai mensosialisasikannya. Saya sungguh berterima kasih. Ini berarti meningkatkan kualitas misi pelestarian lingkungan sekaligus menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Ini semua harus dimulai dengan sosialisasi ke rumah-rumah agar setiap orang dapat meningkatkan kesadaran. Bodhisatwa sekalian, saya rasa kita semua harus lebih banyak menggalang Bodhisatwa dunia agar dunia ini dipenuhi Bodhisatwa. Dengan demikian, pelestarian lingkungan pasti akan berjalan baik. iklim dan empat unsur tentu akan bersahabat sehingga dunia terbebas dari bencana. Meski tak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan agar hal ini dapat terealisasi, meski usia kehidupan manusia sangat singkat, kita semua harus bertekad untuk melestarikan lingkungan secara nyata sebagai teladan bagi generasi berikutnya. | |||
Artikel Terkait
Cepat Tanggap dalam Memberikan Bantuan
08 Mei 2018Tidak Mudah Menyerah
26 Oktober 2016Kelas budi pekerti yang diadakan sebulan sekali dibagi menjadi dua kelas sesuai dengan rentang usia mereka. Kelas kecil belajar tentang tidak mudah menyerah sementara kelas besar bagaimana membangun kepedulian terhadap sesama. Kelas budi pekerti yang diadakan pada tanggal 23 Oktober 2016 diikuti sebanyak 61 anak.