Suara Kasih: Melestarikan Tumbuhan dan Mewaspadai Badai Topan

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : DAAI Medan
 

Judul Asli:

Melestarikan Tumbuhan dan Mewaspadai Badai Topan

Menghargai semua makhluk seperti mengasihi diri sendiri
Melindungi dan memperpanjang kesempatan hidup pohon tua
Hidup dengan harmonis dan tidak saling melukai
Berhati-hati dan melakukan tindakan pencegahan terhadap Badai Tropis Man-yi yang terbentuk

“Saya senang ia sudah tumbuh setinggi ini. Ketika ada orang yang ingin membangun rumah dan akan menebang pohon ini, saya dan anak saya menggalinya dan menanamnya kembali di sini. Ini adalah Pohon Zelkova. Itu adalah Pohon Pistacia Chinensis. Ini adalah Pohon Kayu Manis. Ini adalah Pohon Pinus Putih Taiwan. Tempat ini bagus. Kamu harus tumbuh dengan baik,” ujar Relawan perlindungan hutan, Xu Guo-zheng yang selama belasan tahun ini menanam lebih dari 500 batang tanaman asli Taiwan.

Sebersit niat manusia dapat menghancurkan bumi. Namun, sebersit niat juga dapat melindungi bumi. Misalnya, niat untuk menanam pohon seperti ini. Kita sering membahas tentang pohon yang dapat melindungi dan meneduhkan bumi, juga memberikan kehidupan yang lebih baik bagi umat manusia. Baik menghasilkan udara segar, melindungi tanah, maupun yang lain, keuntungan yang diberikan oleh pohon untuk manusia sangatlah banyak.

Kita telah melihat sebatang Pohon Gadog raksasa yang berada tak jauh dari kantor cabang Tzu Chi Taichung. Saat melakukan kunjungan ke sana, setiap saya melewati pohon itu, saya selalu merasa kagum dan memujinya, “Wah, Pohon Gadog ini sangat kokoh.” Ia sungguh sangat megah dan dapat memberi keteduhan. Di bawahnya ada sebuah kuil. Biasanya ada banyak orang yang membakar dupa, membakar kertas sembahyang untuk bersembahyang di sana.

Pada bulan 7 Imlek lalu, saya sempat melakukan kunjungan ke Taichung. Saya bertemu dengan Direktur Ho. Dia mengkhawatirkan Pohon Gadog ini. Kami pun berbincang-bincang. Dia berkata bahwa yang dia khawatirkan saat ini adalah Pohon Gadog ini karena ada perusahaan konstruksi yang telah membeli tanah ini untuk membangun gedung bertingkat di sini.

Oleh karena itu, penduduk setempat mengkhawatirkan pohon itu dan ingin melindunginya. Untungnya, sekarang kita telah melihat bahwa masalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Pengusaha dan kontraktor itu dapat memahami dan menerima tanggapan banyak orang. Komunitas setempat,demi melindungi pohon ini, bersedia untuk tidak membakar kertas sembahyang lagi di kuil yang telah berdiri ratusan tahun itu. Demikianlah, mereka melindungi pohon itu dengan hati yang tulus.

Kita hendaknya tidak mempercayai takhayul dan membakar kertas sembahyang hanya demi keuntungan diri sendiri. Inilah yang telah mereka lakukan demi melindungi pohon ini. Selain itu, semua orang berdialog dan memberi tanggapan dengan cara damai sehingga pada akhirnya, kontraktor bangunan bersedia melepaskan kesempatan bisnisnya dan turut memperjuangkan kelestarian alam. Hal ini sungguh merupakan tindakan yang sangat terpuji dan bijaksana.

Kita juga melihat bahwa di Taiwan, pascagempa 21 September 1999, kita telah membantu pembangunan gedung di 51 sekolah. Saat membangun setiap sekolah, kita dengan sangat tulus hati menghindari penebangan pohon. “Di sini ada banyak pohon tua. Kami mempertahankan semua pohon tua di sini ketika kami membangun gedung-gedung. Bangunan yang dibangun oleh Tzu Chi memiliki sebuah keunikan, yakni dibangun di sekitar pohon yang ada. Pohon mangga ini sudah sangat tua. Pohon Formosan Ash dan Mori Cleyera yang baru kita lihat, juga sudah berusia sangat tua. Kami juga berharap agar pohon-pohon ini dapat dipertahankan. Akhirnya, Tzu Chi berhasil mewujudkan hal itu. Demi mempertahankan pohon Mori Cleyera ini, kami sengaja membangun gedung ini sedemikian rupa. Kami memberinya ruang kosong. Kami mempertahankan ruang di sekitar pohon agar ia berada tepat di tengah halaman,” ujar Lin You-xin, Mantan Kepala Sekolah SD She Liao, Nantou.

Jadi, demi pohon-pohon yang ada, insan Tzu Chi merancang ulang gedung yang akan dibangun. Mereka semua sangat bersungguh hati. Tidak hanya di Taiwan, kita juga melakukan ini di Tiongkok. Di sebuah sekolah juga ada 2 batang pohon Gingko. Meskipun saya belum pernah ke sana, tetapi saya telah melihat denah bangunan yang mereka tunjukkan kepada saya. Jadi, saya mengetahui di mana letak bangunan dan pohon-pohon yang ada.

Kita terus mengimbau pihak sekolah untuk tidak merusak pohon-pohon yang ada. Kita bisa mengubah rancangan bangunan agar tidak merusak kedua pohon itu. “Demi melindungi kedua pohon Gingko Biloba tua itu, kami berkali-kali mengubah rancangan bangunan. Jika dibangun berdasarkan rancangan saya yang terdahulu,bangunannya tidak akan seperti sekarang ini. Jadi, dalam proses pembangunan ini, saya telah memahami bahwa kita harus melindungi lingkungan kita. Sekarang, murid-murid juga melindungi dengan baik dua pohon Gingko Biloba di sekolah kami,” ujar Wei Youdong Kepala Sekolah Menengah Xiao Quan.

Selain itu, ia juga sama seperti pohon Gadog yang ada di Taichung, sudah berusia ribuan tahun. Lihatlah, pohon raksasa berusia ribuan dan ratusan tahun seperti ini, jika setiap orang bersungguh hati melestarikannya, maka ia pun akan menjadi buah bibir di kota tersebut dan kisahnya akan tersebar ke mana-mana. Di samping itu, ia juga bisa menjadi simbol kebanggaan dari sekolah tersebut. Ini karena kita mengasihi dan melindunginya, maka semua orang pun akan menaruh perhatian terhadapnya. Ini semua sungguh merupakan sebuah keharmonisan yang tercipta antara manusia dan alam.

Berapakah panjangnya usia seorang manusia? Kita tidak mengetahuinya. Kehidupan ini tidak kekal. Akan tetapi, pohon raksasa ini bisa mencapai usia ratusan bahkan ribuan tahun dan bisa menaungi bumi, sedangkan manusia hanya bisa hidup selama beberapa puluh tahun. Betapa singkatnya kehidupan manusia. Sungguh, kita tidak dapat mempertahankannya. Jadi, bagaimana agar kita bisa memanfaatkan kehidupan kita dengan bijaksana? Saat kita sehat, kita hendaknya berusaha untuk menciptakan keharmonisan dalam masyarakat dan kedamaian dalam interaksi antarsesama. Hal ini sangatlah penting.

Untuk itu, tentunya kita harus memiliki kebijaksanaan. Tanpa kebijaksanaan, maka akan tercipta noda batin dan ketamakan yang tiada habis-habisnya. Ketamakan, kebencian, dan kebodohan akan berdampak pada masyarakat dan negara. Kebahagiaan keluarga warga masyarakat pun dapat dipengaruhi oleh pikiran segelintir orang. Akhir-akhir ini, saya mengkhawatirkan keadaan Filipina karena terjadi bentrokan antara pasukan pemberontak dan pemerintah Filipina. Akibat kejadian ini, lapangan olahraga juga dijadikan tempat pengungsian. Penduduk pun harus mengungsi ke sana, mengalami kekurangan pasokan makanan, dan lain-lain. Oleh karena itu, insan Tzu Chi setempat pun mengumpulkan bantuan makanan dan mengirimnya ke tempat pengungsian dengan bantuan pemerintah.

Sungguh, kehidupan yang awalnya damai kini telah berubah. Banyak penduduk yang disandera. Keluarga mereka merasa cemas. Entah apakah mereka dapat menghadapi hal ini dengan selamat. Semua ini masih belum kita ketahui. Selain itu, di permukaan laut, kini terbentuk sebuah Badai Tropis Man-yi. Meskipun badai ini berkekuatan ringan dan tengah mengarah ke Jepang, tetapi arah badai yang berjarak lebih dari 2.000 km dari Taiwan ini, mungkin juga akan berubah. Oleh karena itu, saya berharap agar semua orang yang berada di Taiwan meningkatkan kewaspadaan dan melakukan antisipasi badai.

Dengan demikian, kita akan lebih aman. Badai tropis Kong Rey yang terjadi beberapa waktu lalu, meskipun juga berkekuatan ringan, tetapi karena banyak orang yang meremehkannya dan tidak melakukan tindakan pencegahan, maka ia mengakibatkan bencana banjir di wilayah selatan Taiwan. Oleh karena itu, kita harus selalu meningkatkan kewaspadaan dan melakukan tindakan pencegahan dengan baik. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia)

 
 

Artikel Terkait

Belajar Memperbaiki Diri

Belajar Memperbaiki Diri

20 November 2015 Setelah banyak belajar di Kelas Budi Pekerti ini diharapkan para murid dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tekad yang sudah ditulis harus dilaksanakan dengan baik.
Bazar Kue Bulan di  Aceh

Bazar Kue Bulan di Aceh

08 Oktober 2015

Dalam rangka menyambut Festival Kue Bulan, Yayasan Buddha Tzu Chi mengajak relawan Tzu Chi di berbagai kota, termasuk Tzu Chi Aceh untuk mengadakan Bazar Kue Bulan. Bazar Kue Bulan Tzu Chi di Aceh ini berlangsung sejak 17 hingga 27 September 2015 di Pasar Peunayoung yang dikenal dengan sebutan Chinatown Aceh.

Bulan Tujuh Penuh Berkah di Makassar

Bulan Tujuh Penuh Berkah di Makassar

20 September 2017

Tzu Chi Makassar memperingati bulan tujuh dengan menggelar upacara yang dihadiri para relawan dan  tamu undangan, Minggu 10 September 2017. Upacara berlangsung khidmat dengan ritual persembahan bunga dan buah, kemudian dilanjutkan dengan berdoa.

Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -