Suara Kasih: Melewati Setiap Detik dengan Hati Penuh Syukur

Jurnalis : DAAI News, Fotografer : DAAI News
 

Judul Asli:

Melewati Setiap Detik dengan Hati Penuh Syukur

Kondisi pascatopan Haiyan di Filipina sulit diungkapkan dengan kata-kata
Menjalankan program bantuan lewat pemberian upah untuk memulihkan sendi kehidupan
Remaja di Filipina mengerti untuk bersyukur dan membalas budi
Bodhisatwa dunia giat menggalang dana dan cinta kasih

Saya sudah melakukan perjalanan selama 24 hari. Sungguh, di usia saya ini, melakukan perjalanan sangat melelahkan. Meski tubuh saya merasa lelah, Meski tubuh saya merasa lelah, tetapi di dalam otak saya terus terbayang kondisi lokasi bencana di Filipina akibat Topan Haiyan. Saya masih ingat pada tanggal 8 November lalu, saat melakukan ceramah pagi, saya memberi tahu kalian bahwa sebuah topan terbentuk dengan cepat di permukaan laut. Saya berharap semua orang bias mawas diri dan berdoa dengan tulus, terutama warga di Filipina.

Hari itu, saya pun berangkat dari Hualien menuju Taipei. Sesampainya di Taipei, semua orang sangat gembira melihat kedatangan saya. Akan tetapi, pada malam hari, saat melihat laporan berita, saya melihat bencana melanda Filipina. Hati saya merasa sangat khawatir. Keesokan harinya, saya pun melakukan perjalanan ke Sanchong. Sesungguhnya, hati saya terasa sangat berat. Namun, melihat insan Tzu Chi dari lima benua berkumpul bersama, saya menenangkan hati saya sebelum bertemu dengan mereka. Mereka tinggal di negara yang begitu jauh dari saya dan mereka telah melakukan perjalanan yang sangat jauh untuk kembali ke Taiwan. Sangat tidak mudah bagi mereka untuk kembali ke Taiwan. Karena itu, saya harus menenangkan hati saya dan melakukan pelantikan untuk mereka. Pada sore harinya, saya memberi kesempatan kepada mereka untuk berbagi tentang kontribusi yang telah mereka lakukan di negara tempat tinggal masing-masing, bagaimana perasaan mereka saat mengemban misi Tzu Chi, jalinan jodoh yang seperti apa yang membuat mereka bergabung dengan Tzu Chi, serta apa kesan yang mereka peroleh. Jadi, meski saya mengetahui Filipina dilanda bencana besar, tetapi saya tetap berfokus menghadapi insan Tzu Chi dari luar negeri.

Sesungguhnya, sejak bulan Juli dan Agustus tahun ini, Filipina terus diterjang topan. Di bulan September, Zamboanga juga dilanda konflik. Kemudian di bulan Oktober, gempa mengguncang Pulau Bohol. Insan Tzu Chi pun segera terjun untuk menyalurkan bantuan bencana. Filipina dilanda bencana besar secara berturut-turut selama beberapa bulan ini. Saya tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaan saya. Tak ada kata-kata yang bisa mengungkapkan kepedihan saya. Namun, setiap kali terjadi bencana, saya selalu melihat insan Tzu Chi segera memberikan bantuan darurat.

Topan Super Haiyan kali ini telah membawa bencana besar bagi Filipina. Ketua Tzu Chi Filipina, wakil ketua, beserta para fungsionaris segera kembali ke Filipina dan bergerak untuk menyalurkan bantuan. Di hari keempat pascabencana, mereka sudah menginjakkan kaki di lokasi bencana. Berhubung sarana transportasi belum pulih, mereka harus mengatasi berbagai rintangan serta mulai merencanakan penyaluran bantuan. Di hari pertama mereka menjalankan program bantuan lewat pemberian upah, jumlah partisipan berjumlah lebih dari 600 orang. Kemarin, jumlah partisipan berjumlah lebih dari 20.000 orang. Setiap hari, jumlah warga yang berpartisipasi terus meningkat. Kini jumlah partisipan sudah berjumlah lebih dari 20.000 orang.

Insan Tzu Chi di 30 negara terjun ke jalan-jalan dan tempat umum untuk menggalang dana bagi warga Filipina. “Program bantuan lewat pemberian upah ini sangat baik. Ia memberi manfaat besar bagi keluarga saya. Sekarang ini merupakan masa paling sulit bagi kami. Hanya kalian yang datang membantu kami. Jadi, kami semua warga di Kota Tacloban sangat berterima kasih kepada Tzu Chi. Kedatangan kalian membuat kami kembali bersemangat,” ujar salah satu warga.

Kita bisa melihat warga di sana perlahan-lahan kembali bersemangat. Insan Tzu Chi dari Taiwan, Luo Mei-zhu juga telah membina hubungan baik dengan warga setempat. Berhubung dia membantu menyiapkan makanan bagi warga di sana, anak-anak setempat biasa membantu mengambil air untuknya. Ini juga merupakan bagian dari  program bantuan lewat pemberian upah. “Dia sangat perhatian. Dia selalu ikut kami pergi membeli sayur Dia selalu ikut kami pergi membeli sayur dan membantu saya menjinjing keranjang sayur. Dia sungguh pengertian. Melalui program bantuan lewat pemberian upah ini, saya belajar banyak hal. Saya belajar bagaimana bekerja sama dengan orang lain. Saya juga belajar untuk menghemat uang dan tidak hidup boros. Di sini, saya belajar hidup hemat.”

Suatu kali, Luo Mei-zhu melihat seorang anak berjualan roti di jalan. Dia ingin membeli roti tersebut, tetapi tiba-tiba menyadari bahwa dia tidak membawa uang. “Anda ingin membeli roti ini?” tanya seorang pemuda. “Kamu mau membelinya untuk saya?” tanya Luo Mei-zhu. Kemudian pemuda itu menjawab, “Ya. Saya akan membelinya untuk Anda.” Luo Mei-zhu pun kemudian berujar, “Terima kasih banyak. Dia mau membeli roti untuk saya.”

Dia mendapat “persembahan” dari seorang anak remaja. Ini sungguh membuat orang merasa tersentuh. Intinya, meski di dunia ini terdapat banyak penderitaan, tetapi perhatian dan cinta kasih juga sangat berlimpah. Tentu saja, kali ini, insan Tzu Chi di setiap negara sangat memperhatikan bencana ini. Hingga kini, insan Tzu Chi di lebih dari 30 negara sudah terjun ke jalan untuk menggalang dana. Meski tidak bisa pergi secara langsung ke lokasi bencana, tetapi mereka juga turut mengerahkan segenap hati dan tenaga untuk menggalang dana di tengah musim dingin ataupun di bawah terik matahari.

Insan Tzu Chi juga bergerak cepat untuk menjangkau ke lokasi bencana. Hingga kini, relawan Tzu Chi dan anggota TIMA dari 8 negara telah tiba di lokasi bencana. Saat ini, selain insan Tzu Chi dari Taiwan, insan Tzu Chi dari Singapura, Malaysia, Thailand, dan Indonesia, serta insan Tzu Chi dan anggota medis Filipina juga berada di lokasi bencana. Insan Tzu Chi dari enam negara tersebut masih berada di lokasi bencana. Insan Tzu Chi dari AS dan Zimbabwe telah kembali ke negara mereka. Setelah kembali ke negara masing-masing, mereka segera bergerak untuk menggalang dana. Mereka semua adalah Bodhisatwa dunia. Ini semua sungguh membuat orang tersentuh.

Beberapa hari ini, dokter kita yang sudah kembali ke Taiwan juga saling berbagi pengalaman. Mereka juga melaporkan semua yang mereka lihat di sana. Kemarin, saat dalam perjalanan kembali ke Hualien, dr. Hsu juga memberi laporan kepada saya mengenai kondisi di lokasi bencana. Intinya, segala yang dia saksikan telah meninggalkan kesan yang dalam baginya. Saya sangat berterima kasih. Ada banyak kisah yang tidak sempat saya ceritakan satu per satu. Karena itu, kalian harus menonton siaran berita malam di Da Ai TV yang berisikan laporan secara lengkap tentang penyaluran bantuan di hari yang sama. Berkat dukungan dari perusahaan telekomunikasi lokal dan DAAI TV Indonesia, kita bisa melihat laporan berita yang lengkap pada hari yang sama.

Jadi, saya berharap setiap orang dapat menyimak dengan sungguh-sungguh bagaimana insan Tzu Chi menyalurkan bantuan di sana. Singkat kata, setiap orang memiliki cinta kasih yang berlimpah dan hati yang baik. Namun, kekuatan bencana alam sangatlah besar dan hidup ini tidaklah kekal. Di lokasi bencana terdapat banyak kisah yang menyentuh, tetapi juga terdapat banyak kisah yang memilukan hati. Karena itu, kita harus membangkitkan hati penuh syukur untuk melewati setiap detik, setiap hari, dan setiap tahun. Kita harus melewati setiap saat dengan hati penuh syukur. (Diterjemahkan Oleh: DAAI TV)

 
 

Artikel Terkait

Peningkatan Kerjasama dalam Penanggulangan Bencana

Peningkatan Kerjasama dalam Penanggulangan Bencana

19 Oktober 2022

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan penandatanganan MoU kerja sama dalam penanggulangan bencana alam di Indonesia pada 18 Oktober 2022 di Graha BNPB Jakarta.

Sehat Jasmani dan Rohani Bersama DAAI TV

Sehat Jasmani dan Rohani Bersama DAAI TV

29 April 2014
Masih banyak masyarakat yang melimpahkan tugas ini pada petugas kebersihan tanpa menyadari bahwa sebenarnya menjaga kebersihan lingkungan adalah tanggung jawab kita bersama. Bukankah kita semua akrab dengan slogan kebersihan adalah sebagian dari iman?
Bagaikan Hujan di Padang Pasir

Bagaikan Hujan di Padang Pasir

25 Agustus 2011 Acara sharing tersebut ditutup dengan lagu nyanyian “Satu Keluarga”. Para hadirin dengan bersemangat menyanyikan lagu ini sambil memeragakan isyarat tangan. Selesai menyanyikan lagu “Satu Keluarga”, waktu berbuka puasa pun tiba.
Seulas senyuman mampu menenteramkan hati yang cemas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -