Suara Kasih: Melindungi Semua Makhluk

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

Judul Asli:

 

Bertobat Atas Ketidaktahuan dan Bertekad Melindungi Semua Makhluk

 

Bencana alam dan bencana akibat ulah manusia terjadi tanpa henti
Pulau sampah di Samudra Pasifik
Karma membunuh sangatlah berat
Bertobat atas ketidaktahuan dan bertekad melindungi semua makhluk

Saya sungguh tak sampai hati melihatnya. Beberapa hari lalu, Peru diguncang gempa berkekuatan 6,3 SR. Siaran berita melaporkan bahwa sejumlah orang mengalami cedera ringan akibat gempat tersebut. Ini semua terjadi dalam sekejap. Kita juga bisa melihat badai tropis Iggy yang mendatangkan angin kencang di Indonesia. Badai tropis tersebut telah menelan dan melukai banyak jiwa. Ketidakselarasan unsur angin telah telah mendatangkan kerusakan besar bagi bumi. Kita juga bisa melihat pulau sampah di Samudra Pasifik. Kabarnya, wilayah tumpukan sampah di sana sama dengan hampir 40 wilayah Taiwan. Plastik-plastik yang digunakan manusia adalah limbah yang tak terurai. Sampah-sampah yang terus dibuang ke laut kini telah membentuk pulau sampah kini telah membentuk pulau sampah yang mengancam kelangsungan ekologi.

Sungguh, manusia selalu menciptakan begitu banyak bencana alam dan bencana akibat ulah manusia. Siapa yang tak pernah melakukan kekeliruan dan hidup dalam ketidaktahuan sehingga mengakibatkan kerusakan bagi bumi? Karena itu, kita harus segera bertobat. Sejak bulan Maret tahun lalu, para insan Tzu Chi  sangat giat dan bersemangat mempersiapkan pementasan adaptasi Sutra. Setiap peserta pementasan adaptasi Sutra harus bervegetarian, mendalami Dharma, membersihkan noda batin, dan mengubah tabiat buruk. Setiap orang harus berintrospeksi diri dan merenung secara mendalam berapa banyak benih karma buruk yang telah kita ciptakan dalam kehidupan ini.

Kita harus menenangkan hati untuk melihat dengan teliti apakah jalan yang kita tapaki selama ini sudah benar atau tidak. Sejak tahun lalu, setiap insan Tzu Chi merenung secara mendalam tentang kesalahan yang telah dilakukan oleh manusia. Setiap orang harus berintrospeksi dan menyadari kesalahan dahulu. Karena itu, kita harus bertobat satu per satu. Dengan bertobat satu per satu, barulah kita bisa berhenti menciptakan karma buruk dan tak terus terjerumus ke dalam lingkaran buruk. Selain melepaskan diri sendiri, kita juga harus menyelamatkan makhluk hidup lain.

Kini para ilmuwan telah mengingatkan kita bahwa kondisi iklim yang ekstrem merupakan dampak dari pemanasan global. Pemanasan global terjadi karena dalam kehidupan sehari-hari manusia terus beternak hewan, lalu membunuhnya dengan kejam. Apa tujuan manusia membunuh hewan? Demi memenuhi nafsu makan sesaat, manusia terus membunuh hewan dengan cara yang kejam. Mereka menggunakan pisau, pentungan, tombak, dan batu untuk membunuh hewan dengan cara yang kejam. Di antara semua makhluk hidup, manusia adalah makhluk paling kejam, yang membunuh makhluk hidup lain sesuka hati. Inilah yang kita renungkan sebaik mungkin.

Tahun lalu, saat melakukan perjalanan untuk acara Pemberkahan Akhir Tahun, saya mendengar kisah seorang relawan yang bertobat karena dahulu telah membunuh banyak ikan. “Saat berusia 30-an tahun,saya membunuh banyak sekali ikan lele. Benih karma buruk itu terus mengikuti saya selama puluhan tahun lamanya. Karena itu,saya sering sakit kepala. Setelah berpartisipasi dalam pementasan adaptasi Sutra tahun ini, saya baru menyadari bahwa saat itu saya begitu kejam. Ikan lele juga memiliki kehidupan dan tulang seperti saya. Saya sungguh kejam,” ucap relawan tersebut. Setelah mengikuti pementasan adaptasi Sutra, dia bisa lebih memahami bahwa dahulu dia telah membuat banyak kehidupan mati dengan menderita. Karena itu, dia sangat bertobat. Perbuatannya sangat kejam, namun pada saat itu dia sendiri tak menyadarinya. Jadi, baik salah membunuh, atau membunuh demi kesenangan, semua disebabkan karena kita mengabaikan kesetaraan semua makhluk.

Buddha memberi tahu kita bahwa semua makhluk hidup memiliki hakikat Kebuddhaan. Melihat manusia memperlakukan hewan dengan kejam, saya sungguh merasakan kehidupan manusia yang keliru. Banyak orang mempermainkan  dan menganiaya makhluk hidup lain. Bukankah kini manusia juga diperlakukan seperti itu? Inilah yang disebut hukum karma. Lihatlah kontes berat babi. Babi-babi itu diberi makan dengan paksa agar menjadi gemuk hingga tak bisa berjalan. membuang air kecil dan besar sendiri. Selain memberi makanan, peternak babi juga memijit kandung kemih babi agar bisa buang air besar dan air kecil.Selain itu, peternak juga harus membersihkan kotoran babi.

Mengapa harus ada kontes berat babi? Hal ini karena pada zaman dahulu, banyak orang hidup dalam kondisi minim. Karena itu, mereka menggunakan cara ini untuk membagikan daging babi ke seluruh warga desa. Acara ini diadakan satu tahun sekali. Orang zaman kini hidup sangat makmur. Setiap hari mereka mengonsumsi daging hewan yang telah dibunuh dengan berbagai cara kejam. Manusia telah banyak menciptakan karma buruk sehingga mengakibatkan  bencana terjadi silih berganti.

Para ilmuwan memberi tahu kita bahwa untuk meredam pemanasan global, satu-satunya cara adalah setiap orang harus bervegetarian. Dengan bervegetarian, maka peternakan hewan juga akan berkurang. Dampak gas metana yang berasal dari peternakan hewan lebih buruk dibanding karbondioksida yang dihasilkan oleh industri. Singkat kata, kita sungguh harus bertobat. Sayur-sayuran adalah makanan yang paling bersih untuk menjaga kesehatan tubuh manusia sekaligus menjaga hati manusia agar lebih welas asih. Dengan hati yang bajik, kita bisa menciptakan berkah bagi dunia.  Hal ini bukanlah takhayul ataupun sudut pandang dari sebuah agama, akan tetapi telah dibuktikan oleh para ilmuwan. Seiring berjalannya waktu, kita pun menciptakan banyak karma buruk.  Jika setiap orang bisa berintrospeksi, bertobat, berjalan ke arah yang benar, serta memanfaatkan waktu dengan baik, maka kita akan dapat menghimpun berkah. Dengan demikian, barulah bencana dapat berkurang. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.


Artikel Terkait

Merangkul Bodhisatwa dengan Bervegetarian (Bagian 1)

Merangkul Bodhisatwa dengan Bervegetarian (Bagian 1)

30 Juni 2014 Semangat para relawan nampak menular ke relawan lain yang hadir. Tanpa mengurangi senyum, mereka terus bekerja membereskan stan-stan yang telah disediakan.
Namaku Bahagia

Namaku Bahagia

29 Juli 2020

Untuk mengobati kerinduan akan wajah ceria anak-anak, kelas Budi Pekerti di komunitas Tzu Chi He Qi Utara 2, kelas Qin Zi Ban kecil dan besar mengadakan pertemuan pertama secara online.

Kesabaran Seorang dokter

Kesabaran Seorang dokter

16 Juni 2010
Dengan sabar, dokter Meta membujuk Reza, "Dokter janji deh... nggak akan terasa sakit." "Enggak mau, nanti sakit," keluh Reza berontak. "Enggak, kan dokter sudah janji, masa dokter bohong," ujar Dokter Meta meyakinkan.
Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -