Suara kasih : Memahami Hukum Karma
Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai NewsJudul Asli:
Memahami Hukum Karma dan Mengembangkan Kebajikan Mengembangkan kebajikan dalam setiap tutur kata | |||
Lihatlah Mesir, kerusuhan antara pendukung dari kedua tim sepak bola terjadi akibat ketidakselarasan pikiran dan tubuh manusia. Saat ada orang melakukan provokasi, mereka akan mulai bertikai sehingga terjadilah tragedi sebesar itu. Tragedi itu telah menelan dan melukai banyak jiwa. Inilah kehidupan manusia yang menyimpang. sepuluh kejahatan terdiri atas tiga kejahatan melalui tubuh, empat melalui ucapan, dan tiga melalui pikiran. Ada empat jenis kejahatan melalui ucapan. Salah satu jenis ucapan salah adalah berkata-kata kasar. Orang yang selalu berkata-kata kasar akan melukai hati orang lain. Setiap kali membuka mulut,mereka selalu memarahi orang lain. Ada orang yang berkata, “Saya tak berniat buruk,hanya saja nada bicara saya agak kasar.” Orang yang berhati baik,namun selalu berkata-kata kasar juga tak dapat dikategorikan sebagai orang baik. Ucapan salah yang lain adalah berlidah dua.Orang yang selalu bergunjing akan mengakibatkan timbulnya dendam dan membawa malapetaka antarsesama. Inilah kejahatan melalui lidah.Berikutnya adalah berkata-kata kosong. Mereka selalu berkata-kata manis, namun tak memiliki hati yang tulus. Demi keuntungan pribadi,mereka berkata-kata manis untuk memengaruhi pola pikir orang lain. Inilah ucapan sesat untuk memengaruhi dan menjerumuskan orang lain ke dalam perangkapnya. Hal ini sangat buruk bagi masyarakat, manusia, keluarga, dan lainnya. Inilah jenis kejahatan melalui ucapan. Ada pula orang yang suka berdusta dan mengatakan sesuatu yang tidak benar. Hal ini sungguh tak baik. Kejahatan lain melalui mulut adalah mengonsumsi daging hewan demi memenuhi nafsu makan. Bayangkanlah, dari sepuluh kejahatan, ada empat kejahatan melalui ucapan. Jika ditambah mengonsumsi daging demi memenuhi nafsu makan,maka menjadi sebelas kejahatan. | |||
| |||
Kita harus memahami bahwa ini semua berkaitan erat dengan makanan yang dikonsumsi oleh manusia. Peternakan hewan menciptakan gas metana yang memicu terjadinya pemanasan global. Demi menyediakan pakan yang cukup bagi hewan, manusia mengubah genetik tanam-tanaman guna meningkatkan hasil panennya. Peningkatan hasil panen itu bukan untuk dikonsumsi oleh manusia. Lebih dari 70 persen hasil panen digunakan sebagai pakan hewan, kemudian manusia mengonsumsi daging hewan. Kita bisa melihat hewan dibunuh dengan sangat kejam di penjagalan. Kita bisa melihat insan Tzu Chi Amerika serikat mengingatkan manusia melalui drama singkat. Pada generasi kita sekarang ini mungkin belum terlalu merasakan dampak buruk dari mengonsumsi daging hewan. Akan tetapi, pada generasi berikutnya, dampak buruknya akan semakin terlihat jelas. Kini, kita harus mulai memerhatikan hal ini. Kita juga bisa melihat seorang gadis kecil di Amerika Serikat. Sejak pindah ke Amerika Serikat,ayah mulai mendalami ajaran Buddha dan bervegetarian. Dia berkata, “Dahulu kami pernah berimigrasi ke Argentina. Banyak warga Argentina yang mengonsumsi daging.Setelah pindah ke Amerika Serikat dan membaca buku kesehatan dan buku Buddhis, saya baru menyadari bahwa hewan juga memiliki keluarga. Jika memiliki pilihan, mengapa kita harus membuat mereka menderita dan mengonsumsi daging mereka? Bervegetarian juga sangat sehat. Akhirnya, orang tua saya juga ikut bervegetarian. Saat berpacaran dengan istri saya, saya juga mendukungnya untuk bervegetarian.” | |||
| |||
Inilah yang disebut dengan kebijaksanaan. Dia menyadari bahwa kita harus belajar baru bisa menjadi pintar. Bodhisatwa sekalian,dengan mengurangi pembunuhan hewan dan bervegetarian, barulah iklim bisa bersahabat serta dunia bisa aman dan tenteram. Ini tak hanya demi kepentingan generasi ini, melainkan demi generasi berikutnya agar saat terlahir kembali ke dunia ini, kita bisa hidup aman dan tenteram di tengah iklim yang bersahabat. Dengan demikian, barulah kita bisa hidup berdampingan dengan bumi. Karena itu, kita harus senantiasa mengingatkan diri untuk menjaga mulut dengan baik. Saya sering berkata bahwa mulut kita adalah lubang yang tak akan terisi penuh. Akan tetapi, mulut kita telah banyak menciptakan karma buruk. Karena itu, kita harus mengubah yang buruk menjadi baik. Kita harus mengubah kebiasaan bergunjing, berkata-kata kasar, berlidah dua, berkata-kata kosong, maupun berbohong menjadi kebiasaan berbagi ajaran benar. Kita harus bertutur kata benar dan tidak berbohong. Inilah ajaran Buddha kepada kita. Sebagai praktisi Buddhis, kita harus bertutur kata benar dan tidak berbohong. Inilah yang harus kita pelajari. Kebiasaan bergosip bisa kita ubah menjadi kebiasaan berbagi Dharma. Saat berinteraksi antarsesama, kita harus melatih ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan. Kita juga harus menghadapi semua makhluk dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Inilah yang diajarkan Buddha kepada kita. Singkat kata, kita harus senantiasa mengingatkan diri untuk berhati-hati dalam bertutur kata dan bertindak. Kita harus senantiasa bersungguh hati.Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia. |