Suara Kasih: Membalas Budi Orang Tua dengan Menjadi Orang yang Berkesadaran

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

 

 

Judul Asli:

Membalas Budi Orang Tua dengan Menjadi Orang yang Berkesadaran

Cahaya cinta kasih menyinari dan memberi harapan bagi kaum lemah
Hutan bodhi menjadi tempat berteduh bagi semua makhluk
Cinta kasih universal tidaklah bertepi
Membalas budi luhur orang tua dengan membimbing orang tua menapaki Jalan Bodhisatwa

Pemandangan yang terlihat sungguh mengharukan.Keluarga yang berada di Xiamen, Tiongkok ini terdiri atas seorang ayah, seorang paman, dan seorang putri yang menderita keterbelakangan mental. Putri itu sudah berusia 20-an tahun, namun tidak mampu membersihkan rumah. Karena itu, selama beberapa waktu ini, insan Tzu Chi selalu membantu mereka membersihkan rumah, selalu memperhatikan dan membimbing mereka. Kali ini, kita dapat melihat sang ayah ikut membersihkan rumah bersama insan Tzu Chi. Insan Tzu Chi selalu mengembangkan kesabaran dan cinta kasih dalam membimbing pasien penerima bantuan. Inilah cinta kasih agung.

Kita juga melihat kondisi di Sichuan. Gempa bumi di Sichuan telah berlalu setengah bulan lebih. Pascagempa di Sichuan, saya sangat berharap relawan Tzu Chi bisa memanfaatkan sumber daya setempat. Berhubung sudah banyak benih relawan Tzu Chi yang bertunas di Sichuan, maka biarlah mereka yang mengemban tanggung jawab kali ini. Ini karena lima tahun lalu, Sichuan pernah diguncang gempa bumi dahsyat. Gempa tersebut tak hanya menghancurkan rumah mereka, namun juga meninggalkan luka batin yang mendalam bagi warga setempat. Saat itu, insan Tzu Chi segera bergerak untuk membimbing dan memberikan pendampingan dengan cinta kasih yang berlimpah. Kini, tibalah giliran korban bencana saat itu yang berbagi pengalaman dan perasaan mereka. Banyak dari mereka yang telah terjun ke Lushan untuk memberikan bimbingan. “Saat melihat kalian, saya teringat kondisi saya lima tahun lalu. Saat itu, saya juga mengungsi di tenda seperti kalian. Saat itu, saya juga sangat ketakutan. Saya sangat takut karena masih terjadi banyak gempa susulan. Sejak bergabung dengan Tzu Chi, saya merasa sangat tenang dan damai,” ujar relawan.

Inilah pengalaman mereka. Ada pula relawan lokal yang berasal dari Dazhou dan Luoshui. Mereka harus menempuh perjalanan dengan mobil selama berjam-jam untuk tiba di lokasi bencana. Sejak lima tahun lalu, mereka terinspirasi untuk ikut bersumbangsih dan menanamkan semangat budaya humanis Tzu Chi di dalam hati. Benih bodhi telah mengakar, bertunas, dan tumbuh satu per satu menjadi pohon bodhi. Bayangan pohon mereka bisa menjadi tempat berteduh bagi orang lain. Mereka sangat mendedikasikan diri.

Kita juga melihat bantuan yang sangat besar dan tanggap dari pemerintah setempat. Demi menyiapkan makanan, pemerintah menyediakan mobil dapur umum di lokasi bencana. Mereka tak membiarkan para korban bencana merasa kelaparan sedikit pun. Ada pula bantuan mesin cuci. Mereka menyediakan mesin cuci di atas truk agar orang-orang bisa mencuci dan mengeringkan pakaian. Rumah tinggal sementara juga tengah dirakit. Kondisi kota itu sudah pulih perlahan-lahan. Berhubung banyak warga tidak leluasa untuk menarik dana tunai, pemerintah menyediakan sebuah mesin ATM di atas truk untuk melayani para warga di lokasi bencana. Dalam waktu setengah bulan lebih saja, pemerintah sudah memikirkan berbagai bantuan dengan cermat. Pengusaha setempat juga sangat mendedikasikan diri. Insan Tzu Chi juga masih berada di sana untuk menyebarkan semangat budaya humanis. Berkat kerja sama setiap orang, para korban bencana kali ini bisa lebih tenang secara fisik dan batin. Mereka bisa lebih lega sedikit. Benar. Kita harus menguatkan hati agar bisa selalu berjalan di arah yang benar dan tidak menyimpang. Dengan demikian, saat terjadi suatu bencana atau ketidakkekalan, kita bisa pulih dengan cepat.Untuk itu, dalam keseharian, kita harus menyerap Dharma ke dalam hati dan mempraktikkannya lewat tindakan.

Kita harus memiliki Buddha di dalam hati dan Dharma di dalam tindakan. Kita harus menginspirasi semua orang agar bersama-sama menyelami Sutra. Tanggal 6 Mei 2002 adalah ulang tahun Tzu Chi yang ke-36. Pada saat itu, kita mengadakan pementasan adaptasi Sutra Bakti Seorang Anak. Pada tahun 2002, di Aula Jing Si, untuk pertama kalinya kita mementaskan Sutra Bakti Seorang Anak. Buddha berkata kepada Ananda bahwa semua makhluk bisa terlahir sebagai orang tua ataupun sebagai anak kita karena semua makhluk sudah saling menjalin jodoh dan terus mengalami kelahiran kembali. Saat menjadi orang tua, bagaimana kita menjadi teladan bagi anak-anak kita? Bagaimana kalian mengajari anak-anak agar kelak mereka bisa berkontribusi bagi masyarakat? Inilah budi luhur orang tua. Mungkin pada kehidupan ini, dia adalah putra Anda, putri Anda, ataupun generasi yang lebih muda dari Anda. Karena adanya teladan nyata Anda, mereka meneladani dan belajar dari Anda. Berkat teladan nyata Anda, mereka belajar ajaran baik dan belajar berkontribusi bagi umat manusia. Kita menapaki Jalan Bodhisatwa demi membimbing semua makhluk.

Orang pertama yang harus kita bimbing adalah orang yang paling dekat dengan kita, yaitu orang tua kita. Mereka adalah orang terpenting yang harus kita bimbing. Untuk membalas budi luhur orang tua, kita harus membimbing orang tua agar menapaki Jalan Bodhisatwa. Kita dapat melihat seorang relawan Tzu Chi yang mengajak ayahnya untuk bergabung dengan Tzu Chi. Sejak bergabung dengan Tzu Chi, sang ayah sangat giat menulis catatan sebelum mengikuti bedah buku. Dia selalu menulis catatan dahulu sebelum mengikuti bedah buku.

Ajaran Buddha telah meresap ke dalam lubuk hatinya. Sungguh membuat orang kagum melihatnya. Pada dasarnya semua agama tidaklah berbeda. Tujuannya adalah untuk membimbing orang-orang agar membina hubungan persaudaraan,membangkitkan cinta kasih universal dan kemurahan hati. Semua agama di dunia memiliki tidak ada sikap saling membedakan.

Sekarang adalah bulan Mei. Pada bulan Mei, Tzu Chi selalu mengadakan kegiatan berskala besar karena pada Bulan Mei, kita memperingati Hari Kelahiran Buddha, Hari Ibu, dan Hari Tzu Chi. Kita memperingati tiga hari besar sekaligus. Kita juga melihat sebuah panti perawatan di Penghu yang dikelola oleh sebuah RS Katolik. Mereka sangat menyambut insan Tzu Chi untuk mengadakan upacara pemandian rupang Buddha di sana setiap tahun. Di sana juga terdapat seorang rohaniwan. Dia juga bersama-sama dengan semua orang mengikuti upacara pemandian rupang Buddha. Saya merasakan ketenangan dan kedamaian karena saat upacara pemandian rupang Buddha, saat melihat setiap orang begitu tenang dan dipenuhi sukacita.

“Kami juga berharap setiap tahun atau kapan pun, Tzu Chi bisa mengadakan kegiatan lagi agar kita bisa bersama-sama memberikan sukacita kepada mereka.” Setiap umat beragama tidak seharusnya saling bertikai. Setiap orang memiliki cinta kasih universal yang tidak bertepi. Baik cinta kasih universal, kemurahan hati, maupun hubungan persaudaraan yang harmonis, semuanya adalah semangat yang sama. Cinta kasih universal dan tanpa pamrih ini merupakan permata bagi dunia. Cinta kasih ini bisa memberi manfaat bagi umat manusia dan bisa memberi kehangatan cinta kasih bagi orang-orang yang hidup dalam penderitaan. Persahabatan manusia di dunia ini sungguh membuat orang tersentuh. Bodhisatwa sekalian, kita harus senantiasa memanfaatkan waktu dengan baik. Saat bersumbangsih, kita akan bisa memperoleh pemahaman Dharma, menyerap Dharma ke dalam hati, menapaki Jalan Bodhisatwa sehingga bisa menjadi orang yang berkesadaran dan penuh cinta kasih. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 

Artikel Terkait

Memahami Keteguhan Hati Master Cheng Yen

Memahami Keteguhan Hati Master Cheng Yen

11 Juli 2014 Memantapkan langkah Tzu Chi Batam, 28 Juni 2014 mereka mengadakan gathering fungsional 4in1 untuk sama-sama memahami keteguhan hati Master Cheng Yen.
Peduli Sesama Melalui Donor Darah

Peduli Sesama Melalui Donor Darah

11 Juni 2020

Donor darah biasa digelar oleh Tzu Chi Palembang bekerjasama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) setiap tiga bulan sekali. Kali ini, Minggu 1 Juni 2020, donor darah digelar di The Arista Hotel dan diikuti oleh 102 peserta.

Mengenang Gempa dengan Rasa Syukur

Mengenang Gempa dengan Rasa Syukur

06 Oktober 2010 Pada tanggal 30 September 2010, pagi hari suasana di Kota Padang sangat sunyi dan sepi. Untuk memperingati gempa yang terjadi tepat satu tahun yang lalu, seluruh masyarakat Kota Padang mengadakan doa bersama di tempat-tempat ibadah seperti di Tempat Pemakaman Umum Bungus Teluk Kabung, pukul 08.30 WIB pagi.
Giat menanam kebajikan akan menghapus malapetaka. Menyucikan hati sendiri akan mendatangkan keselamatan dan kesejahteraan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -