Suara Kasih : Membangkitkan Hati Bodhisatwa

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 
 

Membagikan bantuan musim dingin dengan penuh rasa syukur dan hormat
Memberikan kehangatan melalui paket bantuan materi
Mempraktikkan ajaran Buddha dalam keseharian
Menyebar benih cinta kasih dan menggarap ladang berkah

 

“Dalam penyaluran bantuan musim dingin, sebelum bantuan dibagikan, paket-paket tersebut harus disiapkan dan dikemas dengan sangat rapi. Kita harus menumpuknya dengan baik dan mengikatnya dengan erat sehingga saat orang menerima dan membukanya, mereka akan melihat barang-barang yang dikemas dengan sangat rapi. Ini akan terlihat indah. Mereka akan merasa gembira melihatnya. Jika mereka merasa gembira, itu berarti cinta kasih kita telah sampai ke tangan mereka,” kata salah seorang relawan.

Insan Tzu Chi terus mendistribusikan bantuan musim dingin selama beberapa tahun ini. Kini, Tzu Chi telah memasuki tahun ke-45. Tzu Chi didirikan pada tahun 1966 dan pada tahun 1969 kita mulai mendistribusikan  bantuan musim dingin. Kita mengemas paket bantuan di Griya Jing Si. Hingga pada tahun 1990, insan Tzu Chi di berbagai daerah mengemas paket bantuan masing-masing. Jadi, kita mengemas paket bantuan di Griya Jing Si selama hampir 20 tahun.Sejak beberapa tahun yang lalu, kita telah mengutamakan pelestarian lingkungan. Kita mengumpulkan kantong dan kotak bekas untuk mengemas barang bantuan.

Setiap barang dikemas dengan baik agar tak ada yang rusak atau tercecer. Semua orang menempatkan barang dengan posisi yang sama. Cara ini terus disosialisasikan kepada seluruh insan Tzu Chi. Kini, setiap wilayah di Taiwan melakukan pembagian bantuan musim dingin. Pembagian bantuan musim dingin tahun ini meliputi wilayah yang lebih luas. Total ada 37 lokasi pendistribusian dan sebanyak 16.000 keluarga yang menerimanya. Pembagian ini dilakukan di berbagai wilayah. Di mana pun pendistribusian dilakukan, insan Tzu Chi mencurahkan cinta kasihnya kepada para penerima bantuan dan memberikan kehangatan dalam hati mereka.

 

“Saya ingin turut bersumbangsih karena selama beberapa tahun ini saya telah menerima bantuan dari banyak orang. Sekarang saya tahu bahwa paket bantuan yang saya terima selama ini dikemas dengan penuh kesungguhan hati,” kata relawan Tzu Chi yang sebelumnya adalah penerima bantuan. Setelah memahami hal ini, ia pun makin bersyukur dan menghargai barang bantuan yang kita bagikan.

Sungguh, kita hendaknya membuat para penerima bantuan tahu bahwa paket bantuan kita kemas dengan sepenuh hati serta memberikan mereka kesempatan untuk bersumbangsih agar dapat memberi manfaat bagi orang lain. “Menabung di celengan bambu sangatlah baik karena dapat membantu orang lain. Tahun lalu saya juga hadir pada acara ini. Saya berharap juga dapat menuangkan koin dari celengan bambu. Ternyata tahun ini saya dapat melakukannya,” kata seorang peserta.

Para pejabat dari Paraguay, Haiti, El Salvador, dan Guatemala, keempat duta besar ini juga turut berpartisipasi dalam kegiatan ini dengan penuh sukacita. Sungguh, insan Tzu Chi memiliki  cinta kasih yang tanpa batas. “Menjalani pelatihan tidaklah mudah, tapi semakin sulit kita harus semakin berupaya. Meski bahasa menjadi kendala bagi kami, namun selama kami berusaha, saya yakin bahwa kami dapat menyelesaikan pelatihan dan membantu lebih banyak orang,” kata seorang dari mereka.

Kita harus bekerja keras untuk menebarkan benih cinta kasih ke seluruh dunia. Bila tidak, setiap hari kita akan melihat pemandangan yang menyedihkan karena bencana sering terjadi akibat kondisi iklim yang ekstrem. Saya selalu berpikir dalam hati agar kita dapat bergerak lebih cepat karena kita tak ada waktu lagi. Tak ada waktu lagi. Bagaimana pun, saya sungguh berharap agar usaha untuk mengurangi bencana dapat disosialisasikan ke seluruh dunia dengan cepat. Agar bencana dapat berkurang dan masyarakat dapat hidup dengan harmonis, kita harus menyucikan hati manusia  terlebih dahulu. Untuk itu, kita harus melihat  ke dalam hati masing-masing. Merenung dalam keheningan pikiran, inilah yang disebut Jing Si. Pikiran kita selalu mengembara bagai seekor kuda liar. Saat seekor kuda liar dilepas ke padang gurun, bukankah jalan yang dilewatinya akan penuh dengan debu dan pasir? Karena itu, kita harus segera  menghentikan kuda tersebut. Sama halnya dengan batin kita. Kita harus memiliki pikiran yang hening dan mewariskan ajaran Jing Si melalui praktik nyata dalam keseharian. Saya berharap kita dapat menenangkan pikiran dan mempraktikkan serta mewariskan ajaran Jing Si. Inilah yang disebut   “mewariskan ajaran Jing Si”. Apa yang diwariskan? Ajaran Buddha dalam keseharian. Kita harus membuat  semua orang di dunia tahu bahwa Buddhisme bukan hanya sebuah agama, melainkan cara hidup manusia di dunia ini. Jadi, kita harus bersungguh-sungguh mempraktikkan Dharma dalam keseharian agar semua orang di dunia dapat terinspirasi untuk melakukannya juga.

Dalam menjalankan mazhab Tzu Chi, welas asih dan kebijaksanaan harus dikembangkan. Saat berjalan dalam mazhab Tzu Chi, kita harus senantiasa menyadari bahwa Bodhisatwa ada dalam hati kita. Dalam hati setiap orang terdapat sebuah wihara dan Bodhisatwa. Saya berharap semua orang dapat membuka hati dan berjalan di jalan Tzu Chi. Semua orang memiliki welas asih.

Kita harus menggunakan welas asih dan kebijaksanaan Bodhisatwa dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Di samping melatih diri, kita juga harus menginspirasi orang lain. Insan Tzu Chi harus terjun ke tengah masyarakat untuk menggalang Bodhisatwa dunia. Untuk itu, kita harus menggunakan welas asih dan kebijaksanaan serta bersumbangsih dengan penuh sukacita dan rasa syukur.

Dalam 6 alam kehidupan, kita terlahir sebagai manusia dan berjodoh dengan ajaran Buddha. Karena itu, kita harus bersyukur dan menghormati ajaran Buddha. Dharma dapat menyucikan hati kita dan membimbing kita ke jalan yang benar. Kita harus lebih bersyukur karena dapat berjalan di jalan Tzu Chi. Jalan ini dibuka oleh banyak orang. Setelah jalan dibuka,  barulah orang dapat menapak di atasnya. Kita harus bersumbangsih dengan sukacita dan memperpanjang jalan ini.

Usaha satu orang saja tidaklah cukup. Kita membutuhkan banyak orang. Karenanya, kita harus saling berterima kasih dan menghormati. Selain membuka jalan, kita juga harus menyebar benih dan menggarap ladang berkah. Hal ini bagaikan sebidang lahan yang ditanami berbagai macam tanaman. Tanaman tersebut bertunas dan bertumbuh. Kita semua harus menggarap ladang berkah dengan penuh cinta kasih dan kesungguhan hati. Kita harus saling menginspirasi. Sebatang pohon atau sehelai rumput saja tidaklah indah. Intinya, jika kita menanam banyak pepohonan, maka dunia akan terlihat indah. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Menanam Akar Kebajikan

Suara Kasih: Menanam Akar Kebajikan

08 Agustus 2011
Setelah Jepang hancur akibat gempa bumi dan tsunami 11 Maret lalu, banyak negara di Amerika Selatan yang mengulurkan tangan untuk membantu. Contohnya Paraguay. Para relawan di Ciudad del Este menggalang dana di jalanan untuk korban bencana di Jepang.
Waisak yang Penuh Suka Cita dan Bermakna

Waisak yang Penuh Suka Cita dan Bermakna

31 Mei 2024

Sebanyak 180 relawan dan tamu undangan menghadiri doa bersama Waisak yang digelar di Kantor Tzu Chi Makassar ini dengan antusias dan khusyuk. 

Donor Darah di Apartemen Teluk Intan

Donor Darah di Apartemen Teluk Intan

08 Maret 2018
“Saya sudah pernah merasakan susahnya cari darah untuk adik saya,” kata Sri Hartati, salah satu donor dalam kegiatan donor darah yang digelar relawan Tzu Chi di komunitas Hu Ai Angke. Ia mengenang kejadian ketika adiknya melahirkan dan mengalami banyak pendarahan.
Bertambahnya satu orang baik di dalam masyarakat, akan menambah sebuah karma kebajikan di dunia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -