Suara Kasih: Membangkitkan Kebijaksanaan di Ladang Pelatihan Batin
Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
Judul Asli:
Jalinan jodoh buruk membawa penderitaan Membangkitkan kebijaksanaan dengan melatih diri di ladang pelatihan batin | |||
Ini adalah adik-adik saya. Mereka berdua adalah keponakan saya. Master mendirikan Dunia Tzu Chi bagi kita untuk melatih diri. Beliau telah membentangkan sebuah Jalan Bodhisatwa yang lurus dan lapang untuk kita tapaki. Saya sering berkata bahwa banyak hal di dalam hidup ini yang berada di luar kendali kita. Benih dan jalinan jodoh pada kehidupan lalu mengondisikan kita terlahir pada masa sekarang ini. Karena itu, setiap orang terlahir dalam keluarga dan latar belakang yang berbeda-beda. Di dunia ini, manusia hidup dalam kondisi yang berbeda-beda. Inilah yang dikatakan Buddha di dalam Sutra. Semua makhluk terlahir ke dunia sesuai dengan benih yang mereka tanam. Kita tidak bisa memilih ingin dilahirkan di mana. Akan tetapi, pada akhirnya, kita bisa menentukan sendiri arah hidup kita. Arah hidup yang kita tempuh sekarang adalah bergabung dengan Tzu Chi dan mengubah segala tabiat buruk kita. | |||
| |||
Setelah bergabung dengan Tzu Chi, kini mereka memiliki hati Bodhisattva dan kehidupan yang berbeda dengan sebelumnya. Kini mereka semua sangat tekun dan bersemangat. Tadi saya juga mendengar seorang relawan dari Afrika Selatan berbagi. Lihatlah, hubungan keluarganya kurang baik satu sama lain. Ini karena benih dan jalinan jodoh buruk yang mereka tanam pada kehidupan lampau dan kini mereka sulit mengubahnya. “Suatu hari, suami saya mau membunuh saya, tetapi yang terbunuh malah bayi saya yang berusia 15 bulan. Putra sulung saya merasa sangat marah sehingga dia pun membunuh suami saya. Saya sangat berterima kasih kepada Beatrice yang mengenalkan saya kepada para relawan Tzu Chi. Dia juga memperkenalkan saya pada Kakak Michael Phan. Saya juga berterima kasih kepada Relawan Michael yang mengajari kami cara merawat anak yatim piatu, orang sakit, dan orang yang hidup kekurangan.” Kehidupan warga Afrika Selatan sungguh penuh kesulitan. Selain hidup serba kekurangan, mereka juga hidup di tengah lingkungan yang keras. Jadi, kehidupan mereka sungguh menderita. Mulanya, insan Tzu Chi Afrika Selatan berangkat ke sana untuk menaburkan benih cinta kasih dan menggarap ladang batin warga setempat. Para insan Tzu Chi menaburkan benih cinta kasih terlebih dahulu. Kini, benih-benih cinta kasih itu telah tertanam di dalam hati warga setempat. Kini banyak warga setempat yang sudah bisa hidup mandiri dan bisa membantu sesama yang membutuhkan. Meski hidup kekurangan, tetapi batin mereka sangat kaya. Mereka pernah berangkat ke Mozambik, Swaziland, Lesotho, dan beberapa negara tetangga lainnya untuk menyalurkan bantuan. Usai menyalurkan barang bantuan, mereka tetap berkunjung ke sana secara berkala. Warga setempat berpikir bahwa mereka kembali untuk membagikan barang bantuan. Akan tetapi, para Bodhisatwa suku Zulu ini berkata kepada para warga, “Yang ingin kami berikan kepada kalian bukan barang berwujud, melainkan kekayaan spiritual.” Mereka bukan ingin memberikan barang berwujud, melainkan ingin memperkaya batin warga setempat. Saat mendengar kalimat itu, saya merasa tersentak. Benar. Bagaimanapun, bantuan berwujud yang bisa kita berikan sangatlah terbatas, sedangkan kekayaan spiritual tidaklah terbatas. Jadi, segala sesuatu yang berwujud ada batasnya. Sebanyak apa pun barang yang kita berikan, pasti bisa habis terpakai. Hanya kekayaan spiritual yang tidak akan habis digunakan. Mendengar perkataan itu, saya sungguh kagum terhadap mereka. Meski memiliki warna kulit yang berbeda, tetapi mereka memiliki hati yang sama dengan kita. Mereka bahkan bisa melakukan hal yang belum bisa kita lakukan. Yang lebih menyentuh lagi adalah kebijaksanaan mereka dalam membimbing warga setempat. Mereka bukan memberikan barang berwujud, melainkan kekayaan spiritual. | |||
| |||
Silsilah Dharma Jing Si ini harus terus kita wariskan dengan terjun ke tengah masyarakat. Singkat kata, kalian harus bersungguh-sungguh menyerap isi Sutra ke dalam hati dan menapaki Jalan Bodhisatwa untuk membuktikan segala yang telah kalian pelajari. Kalian akan menyadari kesalahan masa lalu dan mulai masuk ke Jalan Bodhisatwa untuk bersumbangsih tanpa pamrih dan dengan penuh sukacita. Dengan demikian, barulah kita bisa bersumbangsih tanpa pamrih di tengah masyarakat dan sungguh-sungguh memahami ajaran Buddha. Dengan begitu, kalian akan menyatu dengan kebenaran ini. Hati kita akan bersatu dengan ajaran Buddha. Kita harus berjalan di jalan yang telah ditunjukkan oleh Buddha. Janganlah kita memperhitungkan berapa banyak berkah yang kita peroleh setelah bersumbangsih. Untuk menciptakan berkah, kita hendaknya membentangkan jalan bagi diri sendiri. Kita harus menciptakan berkah dengan penuh rasa syukur. Demikianlah seharusnya. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou) | |||