Suara Kasih: Membangkitkan Kekayaan Spiritual
Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
Judul Asli:
Insan Tzu Chi Afrika Selatan membantu negara tetangga yang membutuhkan
| |||
Kita dapat melihat di Ukraina, Bulgaria, dan Rusia dilanda badai salju. Badai salju kali ini mengakibatkan banyak rumah yang roboh. Bahkan, ada orang yang tertimbun salju. Melihat itu, saya merasa kita hendaknya bersyukur karena kita bisa tinggal di tempat yang lumayan hangat dan tidak ada badai salju. Karena itu, kita harus senantiasa bersyukur. Saat berada dalam keadaan aman, kita harus membangkitkan ikrar luhur untuk menolong mereka yang membutuhkan. Terhadap mereka yang tertimpa bencana, kita harus mengerahkan segenap kemampuan kita untuk membantu. Tayangan tentang relawan Afrika Selatan ini membuat saya sungguh tersentuh. Sekitar bulan Juni lalu, kita mengirimkan lebih dari 600 ton beras dari Taiwan ke Afrika Selatan. Insan Tzu Chi di Afrika Selatan tidak memiliki keinginan yang besar dan tahu berpuas diri. Mereka membagi lebih dari 600 ton beras tersebut kepada Swaziland, Mozambik, dan Lesotho. Mozambik, dan Lesotho. Ketahuilah bahwa dibutuhkan welas asih, kebijaksanaan, dan keuletan barulah bisa berdana dengan sempurna. Saat insan Tzu Chi Afrika Selatan pertama kali menyurvei kebutuhan warga kurang mampu, mereka menerima banyak sekali gunjingan, mereka tidak memasukkannya ke dalam hati. Mereka tetap melangkah maju untuk bersumbangsih dengan cinta kasih universal yang tanpa pamrih. Mereka berkata bahwa hidup kekurangan memang sangat menderita, namun kita harus berusaha mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan, kita harus mengubah kemiskinan menjadi kekayaan spiritual. Kita harus membimbing warga setempat untuk memperkaya batin. Mereka berbagi kepada warga setempat tentang bagaimana Tzu Chi bermula di Afrika Selatan, dan bagaimana cara mereka menginspirasi warga setempat agar membantu orang lain dengan penuh sukacita. Mereka berbagi pengalaman dan kesan mereka selama belasan tahun ini dengan warga setempat. | |||
| |||
Saat melihat begitu banyak orang menderita di dunia ini, kita harus membangkitkan welas asih dan kebijaksanaan kita. Dengan adanya cinta kasih dan kebijaksanaan, kita akan bertindak secara nyata untuk turut merasakan penderitaan orang lain serta berusaha mematahkan nafsu keinginan kita. Setelah melihat banyaknya penderitaan di dunia ini, kita harus merasa jauh lebih beruntung dibanding mereka. Jika demikian, apa lagi yang kita kejar? Secara perlahan-lahan, nafsu keinginan kita akan berkurang dan secara perlahan-lahan, cinta kasih kita akan terbangkitkan. Dengan memiliki cinta kasih dan rasa syukur, kita akan senantiasa berbahagia. Inilah cara untuk memperkaya spiritual dan mengubah ketersesatan menjadi kesadaran. Inilah kekuatan. Kekuatan yang muncul dari batin yang kaya sangatlah besar. Dalam ceramah pagi tadi, saya mengulas tentang Buddha memiliki tiga kemuliaan. Buddha memiliki kemuliaan kebijaksanaan dan kemuliaan pemutusan noda batin. Kita harus melenyapkan nafsu keinginan baru bisa membangkitkan kebijaksanaan. Untuk membangkitkan kebijaksanaan, kotoran batin harus kita lenyapkan selamanya. Jika tidak, kita hanya memahami kebenaran sesaat saja. Setelah memahami kebenaran, kita juga harus membangkitkan ikrar luhur. Saya sering berkata bahwa mudah untuk membangun tekad, namun sulit untuk mempertahankannya. Mengapa sulit mempertahankan tekad luhur? | |||
| |||
Selain bersumbangsih tanpa pamrih, kita juga harus bersyukur. Kita harus menjadikan rasa syukur sebagai pedoman dalam hidup kita. Dengan demikian, barulah sifat luhur kita bisa dipertahankan selamanya. Karena itu, kita harus selalu tahu berpuas diri dan bersyukur. Kita harus bersyukur karena bisa terlahir yang memiliki kondisi iklim yang bersahabat. Kita tahu bahwa kondisi iklim yang tidak selaras telah mendatangkan banyak penderitaan di dunia. Awal bulan Desember lalu, Filipina diterjang topan dahsyat yang mendatangkan bencana di sana. Jumlah korban bencana mencapai ratusan ribu orang. Tempat ini awalnya awalnya sangat ramai dan terdapat banyak rumah, tetapi semuanya telah rusak angin topan. Korban jiwa akibat topan itu mencapai 1.000 orang lebih. Penderitaan warga setempat sungguh tak terkira. Insan Tzu Chi Manila telah melakukan survey dan bersiap-siap untuk menyalurkan barang bantuan. Tim medis Tzu Chi di Zamboanga juga telah memimpin dokter setempat untuk menggelar baksos pengobatan di lokasi bencana. Warga setempat sungguh menderita. Ada warga yang sakit dan terluka hingga luka mereka bengkak dan membusuk. Karena itu, insan Tzu Chi segera pergi ke sana untuk memberikan pengobatan. Inilah yang dilakukan oleh insan Tzu Chi di Zamboanga dan Manila. Untuk pergi ke lokasi bencana, mereka harus menempuh perjalanan dengan pesawat atau menempuh perjalanan dengan mobil selama berjam-jam. Sungguh penuh kesulitan. Akan tetapi, Boddhisattva datang karena adanya makhluk yang menderita. Insan Tzu Chi tidak menganggapnya Sebagai pekerjaan yang sulit. Mereka tetap berkontribusi dengan penuh cinta kasih. Semoga bantuan kita bisa menjangkau semua tempat yang membutuhkan. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou ) | |||
Artikel Terkait
Wapres Boediono Mengapresiasi Pendidikan (Bag 2)
11 Juni 2013 Kini sekolah perjuangan tempatnya menuntut ilmu telah menjadi sekolah dengan taraf internasional dan siap menelurkan siswa-siswi berprestasi yang akan menjadi penggantinya kelak.Selamatkan Bumi dengan Kedua Tangan Kita
06 Januari 2016Kelas Budi Pekerti pada Minggu, 13 Desember 2015, di Kantor Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengangkat topik pelestarian lingkungan untuk menanamkan semangat pelestarian lingkungan kepada anak-anak Tzu Shao yang hadir.