Suara Kasih: Membangkitkan Semangat untuk Menolong Semua Makhluk
Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
Judul Asli:
Normalisasi Kali Angke mematangkanjalinan jodoh Tzu Chi dengan warga Indonesia | |||
Beberapa hari ini, kita mengadakan rapat tahunan komisaris di Hualien yang diawali oleh laporan dari insan Tzu Chi Afrika Selatan. Meski hidup serba kekurangan mereka tetap menyebarkan cinta kasih ke dalam hati setiap orang agar setiap orang memperoleh kekayaan batin yang tak akan habis terpakai. Mereka bersumbangsih dengan penuh sukacita. Saat mendengarnya, saya sungguh merasa mereka bagai sebuah Sutra tebal yang terpampang di hadapan saya. Setiap halaman terpampang dengan begitu jelas. Inilah Bodhisatwa dunia. Buddha mengajarkan kepada kita untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Bodhisatwa datang untuk menjangkau semua makhluk yang menderita. Bukankah ini yang dilakukan oleh sekelompok insan Tzu Chi? Setelah itu, kita mendengar laporan insan Tzu Chi Kanada dan Australia. Kemudian, laporan dilanjutkan oleh insan Tzu Chi Singapura dan Malaysia. Berkat kerja sama yang harmonis, donatur Tzu Chi di Malaysia terus bertambah. Jumlah donatur tahun lalu di sana adalah 100.000 orang, tahun ini meningkat menjadi 200.000 orang. Saya berkata kepada mereka bahwa semoga tahun depan, jumlah donatur Tzu Chi di Malaysia bisa mencapai jutaan orang. Semoga saat rapat tahunan komisaris tahun depan, Semoga saat rapat tahunan komisaris tahun depan, jumlah donatur yang tergalang bisa mencapai jutaan orang. Dengan percaya diri mereka menjawab bahwa asalkan saya memberikan target, mereka akan berusaha mencapainya. Mereka sungguh berdedikasi. Mereka sungguh murid yang dekat di hati saya. | |||
| |||
Kemarin, kita mendengar laporan dari insan Tzu Chi Indonesia. Tahun ini, Tzu Chi Indonesia sudah menginjak usia ke-19. Tzu Chi di Indonesia bermula dari beberapa ibu rumah tangga. Beberapa ibu rumah tangga yang merupakan anggota komite itu membawa benih Tzu Chi dari Taiwan dan menyebarkannya di Indonesia. Mereka menggarap ladang di Indonesia selangkah demi selangkah. Mereka baru benar-benar mengambil sebuah langkah besar pada tahun 2002, yaitu saat Jakarta dilanda banjir parah. Saat itu, air Kali Angke yang kotor dan bau meluap dan tak kunjung surut. Karena tidak tega melihatnya, para insan Tzu Chi mulai bergerak untuk membersihkan Kali Angke. Selain itu, mereka juga membangun Rusun Cinta Kasih Tzu Chi yang pertama agar warga yang tinggal di bantaran Kali Angke bisa memiliki tempat untuk menenangkan raga dan memulihkan kehidupan mereka. Di atas lahan seluas 10 hektar, insan Tzu Chi membangun sekolah dan sekitar 1.000 unit rumah susun. Insan Tzu Chi juga mendirikan masjid bagi umat Muslim di sana. Kini, banyak anak-anak bantaran Kali Angke sudah tumbuh dewasa dan berkuliah. “Siapa sih yang bisa bayangin kalau keluarga kurang mampu seperti saya bisa kuliah, apalagi dengan mendapatkan beasisiwa, itu sama sekali tidak pernah menyangka.” Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi telah berhasil membina banyak bibit unggul. Jika sepuluh tahun lalu kita tidak menggarap proyek normalisasi Kali Angke, bayangkan bagaimana kondisi hidup anak-anak itu sekarang? “Dari sisi program normalisasi Angke berhasil, dari program mengentaskan atau merubah peradaban dari hidup di bantaran kali ke rumah susun berhasil.” Mantan gubernur yang pada saat itu memimpin Jakarta, Sutioso, mengatakan, “Itu perubahan yang sangat drastis ya, kehidupan yang tidak teratur, yang tidak sehat, yang tidak layak menjadi teratrur, menjadi tertib, menjadi sehat itu sebuah perubahan yang sangat signifikan dan tentunya pemerintah daerah yang sekarang ini bisa mencontoh apa yang sudah kita lakukan bersama-sama Buddha Tzu Chi.” | |||
| |||
Lihatlah kehidupan mereka telah berubah baik. Asalkan setiap orang membangkitkan bodhicitta dan menapaki Jalan Bodhisatwa, maka tak ada hal yang tak bisa kita ubah. Karena itu, setiap hari, saya berkata kepada kalian bahwa dunia ini penuh dengan penderitaan. Kita harus memandang ke seluruh dunia. Setelah memahami penderitaan di dunia, barulah kita bisa membangkitkan ikrar luhur. Kita dapat melihat banyak insan Tzu Chi di Indonesia adalah pengusaha sukses. Untuk menghadiri rapat tahunan komisaris kali ini, mereka menggunakan 2 pesawat pribadi untuk terbang langsung ke Hualien. Kemarin, saya bertanya kepada Bapak Sugianto Kusuma, “Apakah kalian merasa panas?” Bapak Franky O. Widjaja menjawab, “Tidak. Kami bahkan tidak sadar kami berkeringat.” Di Griya Jing Si, kita tidak memiliki penyejuk udara. Akan tetapi, banyak orang yang berkata bahwa berkeringat juga sangat baik. Ya. Demikianlah kehidupan kami di sini. Selama tiga hingga empat hari ini, mereka juga duduk di bangku plastik yang kecil. Hingga kemarin, baru mereka duduk di atas kursi lipat karena sudah giliran mereka untuk memberikan laporan. Lihat, para insan Tzu Chi bisa saling bertukar tempat duduk dengan senang hati. Setiap orang sungguh dipenuhi sukacita. Inilah pandangan kesetaraan yang penuh welas asih. Semua orang bersedia saling berinteraksi dengan penuh sukacita. Jadi, kita harus memahami bagaimana cara orang lain bersumbangsih dan berbagi bagaimana cara kita bersumbangsih. Kita bisa saling berbagi. Melihat begitu banyak insan Tzu Chi yang bersumbangsih bagi dunia, saya sungguh merasa tersentuh. Kita juga melihat wali kota Monrovia di Amerika Serikat. Mengetahui sumbangsih insan Tzu Chi AS, Gedung Putih memberikan penghargaan kepada insan Tzu Chi. Pada tanggal 4 Juni lalu, mereka mengundang insan Tzu Chi untuk memberikan penghargaan ini. Pada tanggal 24 April, mereka mendapat penghargaan dari presiden sebagai “Champion of Change”. Program ini dibuat untuk diberikan kepada individu dan kelompok yang telah melakukan hal yang luar biasa dalam menyemangati dan menginspirasi warga di komunitas. Secara khusus, Gedung Putih memberikan penghargaan ini kepada kelompok dan individu yang telah mendukung korban Badai Sandy. Di Amerika Serikat, setiap orang bisa saling memuji dan memberikan penghargaan. Asalkan berkontribusi bagi masyarakat, negara, dan orang banyak, pihak pemerintah akan memberikan pujian dan memberikan penghargaan. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya. Bodhisatwa sekalian, selama sesuatu itu benar, maka lakukan saja. Inilah kebijaksanaan. Waktu terus berlalu diam-diam. Seiring berlalunya waktu satu hari, usia kita juga berkurang satu hari. Usia kita terus berkurang hari demi hari. Karena itu, kita harus menggenggam setiap detik untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita. Kita harus belajar bagaimana cara orang lain mengembangkan potensi hidupnya. Jika otak kita sering dilatih, sel-sel otak kita akan menjadi aktif dan bersinar. Inilah yang saya dengar. Sama halnya jika kita melakukan hal yang benar, maka kehidupan kita akan bersinar. Kita harus memanfaatkan waktu dengan baik untuk menjadi penyelamat bagi orang lain. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou ) | |||
Artikel Terkait
Bersama Melestarikan Lingkungan
23 Februari 2010Euforia dari Gelaran Tzu Chi Vegan Cooking Competition 2024
16 Agustus 2024Euforia dari gelaran Tzu Chi Vegan Cooking Competition 2024 hingga kini masih terasa. Andi Gunawan dan Andrea Chandra yang mewakili He Qi Pusat masih sangat terkesan dengan kompetisi ini.