Suara Kasih: Membangkitkan Welas Asih Terhadap Orang yang Menderita

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Membangkitkan Welas Asih Terhadap Orang yang Menderita

Bencana banjir, kekeringan, dan gempa bumi membuat rakyat menderita
Membangkitkan welas asih dan tidak rela meninggalkan orang yang menderita
Keluarga hidup harmonis dan saling menyayangi
Menjunjung tinggi rasa bakti dan mempertahankan tekad awal

Kondisi iklim di berbagai negara sungguh ekstrem. Lihatlah, di Gansu, Tiongkok, sejak bulan Juli lalu, terus mengalami berbagai ketidakselarasan empat unsur alam. Pada tanggal 22 Juli, di sana terjadi gempa bumi dahsyat. Untuk menyalurkan bantuan ke wilayah pegunungan sungguh tidak mudah. Beberapa hari setelah itu, hujan deras kembali mengguyur wilayah yang sama di Gansu sehingga menyebabkan tanah longsor. Hal ini membuat proses penyaluran bantuan menjadi sangat berbahaya.

Kita juga melihat bencana kekeringan yang melanda daerah lain di Gansu. Kekeringan ini menyebabkan tanah tidak dapat digunakan untuk bercocok tanam dan tanaman pangan tidak dapat tumbuh. Ketidakselarasan empat unsur alam di dunia sungguh mengkhawatirkan karena membuat kehidupan manusia menjadi sulit.

Selain itu, di Afganistan, di negara yang penuh bencana dan miskin ini, kembali terjadi peperangan. Ini sangat memprihatinkan. Hal ini sudah terjadi bertahun-tahun, mengapa hati manusia, mengapa pikiran manusia masih tidak dapat selaras? Saya sungguh tak berdaya. Namun, asalkan memiliki cinta kasih di dalam hati, untuk menolong orang lain bukanlah hal yang tidak mungkin.

Relawan Tzu Chi Durban, Afrika Selatan kembali berangkat ke Mozambik untuk menggalang relawan setempat. Mereka mengadakan pelatihan untuk membimbing para relawan setempat cara memperhatikan orang-orang yang kurang mampu dan menderita sakit. Mereka turun langsung untuk melakukan kunjungan kasih ke rumah keluarga yang paling kurang mampu, yakni seorang lansia penderita AIDS yang sudah berusia 79 tahun. Dia tinggal di lingkungan yang sangat tidak layak. Seluruh tubuhnya sangat kotor. Melihat sekelompok orang tiba-tiba datang dan mengutarakan niat untuk membantunya, dia merasa curiga dan ketakutan. Akan tetapi, ketulusan hati para insan Tzu Chi telah menyentuh hatinya.

Insan Tzu Chi menenangkan hatinya serta menyatakan bahwa mereka ingin membantunya membersihkan rumah dan membantu memandikannya. Insan Tzu Chi mengungkapkan niat mereka dengan hati yang tulus. Akhirnya, lansia itu pun percaya dan bersedia menerima bantuan insan Tzu Chi.

Insan Tzu Chi membantu membersihkan seluruh badannya hingga sangat bersih serta membantu membersihkan lingkungan rumahnya. Lalu, dengan hati yang penuh rasa hormat, insan Tzu Chi berlutut di hadapannya untuk memberikan barang bantuan. Lansia itu merasa sangat senang dan puas. Setelah memberikan semua bantuan itu, tak lama setelah insan Tzu Chi pergi, lansia itu meninggal dunia dengan tenang. Dia meninggal dengan membawa hati penuh kepuasan. Menjelang akhir hidupnya, sekelompok penyelamat di dunia membantunya membersihkan tubuh dan membuat hatinya dipenuhi kepuasan dan kedamaian.

Saya yakin sebutir benih cinta kasih yang datang pada waktu ini telah tertanam di dalam kesadaran pikirannya.  Inilah Bodhisatwa dunia.  Kita menerapkan ajaran Buddha di tengah umat manusia agar dapat melihat penderitaan dan menyadari berkah. Dengan demikian, kita akan tahu berpuas diri, berpengertian, dan berlapang dada. Dengan hati yang penuh rasa syukur, kita tak akan berkeluh kesah, bersikap sombong, dan lain sebagainya. Praktik terjun ke tengah masyarakat untuk menjadi penyelamat bagi orang-orang yang menderita merupakan cara untuk menapaki Jalan Bodhisatwa.

Para relawan di Afrika Selatan bagaikan mutiara hitam yang cemerlang dan bersinar terang. Yang terpenting adalah mereka memiliki kekayaan batin dan terus berusaha keras untuk menyebarkan benih kebajikan ke tempat-tempat orang menderita di seluruh dunia. Mereka bahkan berangkat ke negara tetangga untuk mengadakan pelatihan secara langsung.

Kehidupan para relawan baru juga sangat sulit, tetapi insan Tzu Chi memberikan mereka kekayaan batin yang tak akan habis terpakai selamanya. Melihat sekelompok Bodhisatwa ini, saya sungguh merasa senang dan terhibur. Oleh karena itu, kita harus selalu meningkatkan kewaspadaan. Tekad awal kita saat bergabung dengan Tzu Chi adalah untuk menolong orang lain. Tekad awal kita untuk menjadi penyelamat bagi orang lain harus kita lindungi baik-baik.

 

Kita semua tahu bahwa berbakti dan berbuat baik adalah dua hal yang tidak bisa ditunda. Lihatlah Relawan Wen di Hualien. Ayahnya sudah berusia 103 tahun. Sang ayah masih sangat sehat dan bisa melakukan aktivitasnya sehari-hari. Relawan Wen menjadi teladan bagi anggota keluarganya. Setiap hari, dia menemani ayahnya makan malam. Anak Relawan Wen pun meneladani apa yang dilakukan ayahnya terhadap kakeknya. Karena itu, keluarga itu hidup harmonis dan sangat bahagia. Seluruh anggota keluarga itu sering duduk mengelilingi sang kakek untuk mendengar sang kakek bercerita tentang kisah hidupnya.

Pada saat liburan musim panas, insan Tzu Chi juga mengajak para remaja berkunjung panti jompo mengajak para remaja berkunjung panti jompo demi menginspirasi anak-anak agar segera berbuat baik dan berbakti. Inilah cara insan Tzu Chi di seluruh Taiwan memanfaatkan liburan musim panas untuk menumbuhkan kekuatan cinta kasih dalam diri anak-anak.

Demikianlah para Bodhisatwa dunia menggarap ladang berkah. Kita harus mengembangkan berkah dan kebijaksanaan secara bersamaan. Kita harus menggunakan berbagai cara untuk merajut jaringan demi mensosialisasikan cinta kasih dan rasa bakti. Saya sungguh merasa bersyukur dan tersentuh melihatnya.

Bodhisatwa sekalian, waktu terus berlalu tanpa henti, maka kita harus memanfaatkan waktu dengan baik. Jangan beranggapan bahwa kita tidak perlu melakukan kebajikan hari ini karena masih ada hari esok. Kita hendaknya melakukan kebajikan setiap hari agar bisa menciptakan berkah bagi dunia dan menghimpun berkah. Setiap hari, kita harus mendengar dan menyerap Dharma ke dalam hati,lalu mewujudkannya lewat tindakan kita. Inilah ajaran tertinggi Buddha yang perlu kita dalami agar hati kita selamanya dipenuhi benih cinta kasih tak terhingga dan perbuatan kita selalu bajik. Karena itu, kita harus giat menggarap ladang batin kita sendiri. Semua buah dari benih kebajikan yang kita tanam berasal dari perilaku kita. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 

Artikel Terkait

Meningkatkan Kualitas Diri Melalui Zhen Shan Mei Camp 2017

Meningkatkan Kualitas Diri Melalui Zhen Shan Mei Camp 2017

05 September 2017
Puluhan relawan Zhen Shan Mei dari 13 kota di Indonesia berkumpul di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk Jakarta, 1-3 September 2017. Mereka mengikuti Zhen Shan Mei Camp 2017 dengan sangat antusias.
Pementasan Drama Lukisan Anak Kambing Berlutut

Pementasan Drama Lukisan Anak Kambing Berlutut

16 Mei 2016
Sebanyak 320 hadirin memenuhi Hall D Mangga Dua Surabaya dalam rangka Perayaan Waisak 2016.  Relawan Tzu Chi Surabaya menampilkan drama yang menyentuh perasaan para relawan dan peserta yang hadir. 
Rahmad, Sarif, dan Samsul (Bag. 2)

Rahmad, Sarif, dan Samsul (Bag. 2)

11 Januari 2011 Rupanya apa yang dialami Rahmad juga dialami oleh kedua adik laki-lakinya, sehingga mereka pun tak bisa bersekolah di sekolah biasa seperti anak-anak sebaya mereka. Bahkan Sarif juga mengalami hypospadia, namun dengan kadar yang sedikit lebih ringan.
Tiga faktor utama untuk menyehatkan batin adalah: bersikap optimis, penuh pengertian, dan memiliki cinta kasih.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -