Suara Kasih : Membangun Ladang Berkah

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
Laurencia Lou
 

Judul Asli:

Membangun Ladang Berkah dengan Kesadaran dan Kebajikan

     

Hati Buddha jernih dan murni  bagaikan cermin
Makhluk awam menjalani kehidupan tanpa tujuan di tengah kegelapan
Membangun ladang berkah dengan kebajikan dan kesadaran
Berusaha mengikis karma buruk dengan menapaki jalan bodhi

Saya dapat melihat para Bodhisatwa sangat tekun mengikuti pelatihan yang khidmat. Dari kekhidmatan ini, kita dapat memahami bahwa saat berada di negara masing-masing, kalian senantiasa mengemban misi Tzu Chi  dengan bersungguh-sungguh serta bersumbangsih dengan sepenuh hati dalam jangka waktu yang panjang. Kalian sangat menyelami filosofi Tzu Chi sehingga bisa menciptakan ladang pelatihan yang sangat khidmat ini.

Di dalam mazhab Tzu Chi, kita harus senantiasa memiliki Buddha di dalam hati, menyerap Dharma ke dalam hati, serta menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri. Hati Buddha yang penuh cinta kasih dan welas asih agung ini adalah hati yang sangat murni dan jernih. Hati Buddha bagaikan cermin yang dapat menyinari semua makhluk di dunia, namun tidak tercemar sedikit pun. Inilah kebijaksanaan Buddha. Jadi, kesatuan hati yang murni dan batin yang hening serta jernih adalah sebuah kondisi batin yang sangat bersih.

Selain memiliki batin murni yang bagaikan kristal, kita juga harus menumbuhkan hutan Bodhi. Bodhi berarti kesadaran. Apa yang harus kita sadari? Yang harus kita sadari adalah segala kebenaran di dunia. Sebagai manusia awam, dari kehidupan ke kehidupan kita tak henti-hentinya mengakumulasi banyak kebiasaan buruk  dan kotoran batin. Karena itu, Buddha ingin agar kita berusaha membersihkan kotoran batin.  Bagaimana caranya? Buddha mengajari kita hukum sebab akibat. Kita harus memahami bahwa segala hal yang terjadi bukanlah tanpa sebab. Segala sesuatu pasti memiliki sebab.

Contohnya tadi pagi, seorang pria datang untuk berterima kasih kepada saya. Dia adalah orang Indonesia. Dia datang ke Taiwan untuk mengenyam pendidikan. Setelah lulus dari Universitas Nasional Taiwan, dia pergi ke Hong Kong dan menikah di sana. Akibat kehidupan yang menyimpang, dia sering bercekcok dengan istrinya dan akhirnya bercerai. Hak asuh anak-anaknya jatuh pada sang istri sehingga dia kembali ke Taiwan seorang diri. Melihat itu, insan Tzu Chi  mulai mencurahkan perhatian serta mendampinginya mengobati kanker nasofaring yang dideritanya. Lalu, dia pun dibawa ke sebuah panti jompo. Insan Tzu Chi bertanya padanya apakah harapan terbesar dalam hidupnya.

Dia menjawab bahwa dia sangat berharap bisa melihat anak-anaknya. Sejak meninggalkan rumah sekitar 37 tahun lalu, dia tidak pernah bertemu dengan anak-anaknya. Saat meninggalkan rumah, anak bungsunya baru berusia dua tahun, sedangkan yang sulung baru berusia 5 tahun. Lalu, insan Tzu Chi pun membantunya menuliskan kisahnya di surat kabar dan internet.

Suatu hari, seorang petugas panti jompo memberi tahu bahwa dia mendapatkan telepon dari Hong Kong. Tadi pagi, dia juga datang  untuk memberi tahu saya tentang berita ini. Dia berkata bahwa setelah mengungkapkan terima kasih kepada saya, dia akan bersiap-siap berangkat ke Hong Kong untuk bertemu dengan anak-anaknya. Inilah "buah karma langsung" dan "buah karma pengondisi" yang dia hadapi di dalam kehidupan ini. Karma masa lampaunya mengondisikan dirinya terlahir di Indonesia, lalu pergi ke Taiwan untuk menyelesaikan pendidikan. Inilah "buah karma pengondisi". Dia memiliki berkah seperti itu. Jadi, dikondisikan oleh buah karma baiknya,  dia bisa datang ke Taiwan dan menyelesaikan pendidikan tingginya. Akan tetapi, "buah karma langsung" membuat dirinya hidup menyimpang sehingga harus menghadapi berbagai penderitaan.

Setelah menderita di Hong Kong, dia kembali hidup tak menentu di Taiwan. Ini adalah  "buah karma langsung"dan "buah karma pengondisi" yang dia terima dalam hidupnya. Kini dia akan kembali menuai buah karma baiknya. Semoga dia bisa berkumpul dengan anak-anaknya dengan sukacita. Semoga hubungan mereka bisa kembali akur. Akan tetapi, kita tidak tahu apa yang akan terjadi kelak. Hubungan antarmanusia sangatlah kompleks. Hubungan antar anggota dalam keluarga juga sangat kompleks. Karena itu, kita harus senantiasa mendoakannya.

Jadi, kita harus memiliki  kesatuan hati yang murni bagai kristal. Kita harus menjaga pikiran kita dengan baik  agar tidak tercemar oleh kotoran batin, menciptakan karma buruk, atau menjalin jodoh buruk. Kita harus memahami hukum sebab akibat dengan sangat jelas  agar tidak menjalani hidup tanpa arah. Di dunia ini, banyak orang  menjalani kehidupan tanpa arah. Karena itu, Buddha datang ke dunia untuk membimbing kita.

Secara ringkas, ajaran Buddha adalah menghindari kejahatan dan memperbanyak kebajikan. Buddha mengajarkan kepada kita bahwa untuk menghindari buah karma buruk, kita harus menghindari segala kejahatan. Kita harus memperbanyak kebajikan. Kita harus membimbing setiap orang untuk berbuat kebajikan. Setiap orang harus sadar dan menciptakan berkah. Apa yang harus kita sadari? Kita harus sadar bahwa dunia penuh kekacauan, semua makhluk diliputi kegelapan batin, bencana datang silih berganti, dan penderitaan semakin banyak. Jadi, setiap orang harus mawas diri, berhati tulus, dan banyak membangkitkan niat baik. 

Dengan membangkitkan niat baik, maka berkah akan tercipta. Asalkan ada tekad, maka akan ada kekuatan. Setiap orang harus berhati tulus. Buddha membimbing kita  untuk berbuat kebajikan  demi menambah berkah kita. Tempat yang memiliki berkah akan terhindar dari bencana. Tekad yang kita bangkitkan harus luhur dan penuh dengan ketulusan. Kekuatan ini dapat mengembalikan keselarasan empat unsur alam. Jadi, keluarga yang selalu berbuat kebajikan akan penuh dengan berkah.

Jadi, Bodhisatwa sekalian, kita harus membangkitkan tekad luhur untuk menjadi petani batin bagi bumi, yang menaburkan benih kebajikan di mana pun. Setiap orang harus menapaki Jalan Bodhisatwa, memiliki hati Buddha, serta mempraktikkan ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memiliki kebijaksanaan dan memahami masalah dunia dengan jelas,  barulah kita tidak akan menciptakan karma buruk dan bisa mengikis rintangan karma. Kita semua selalu bertekad semoga rintangan karma terkikis seluruhnya.

Untuk itu, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan. Dua kalimat tadi bukan hanya untuk dilafalkan. Kita harus memahami Dharma ini, menyerapnya ke dalam hati. dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. "Apakah kalian mengerti?" Tanya Master Cheng Yen. "Ya," Jawab relawan. Menyatukan kemurnian hati bagaikan bola kristal. Menjadi hutan bodhi yang tumbuh dari satu akar. Bersatu hati menggarap ladang berkah. Menanamkan akar kebijaksanaan di Jalan Bodhisatwa. "Apakah kalian bisa melakukannya?" tanya Master cheng Yen. "Bisa", Jawab relawan. Kalau begitu, saya mendoakan kalian semua. Semoga setiap orang bisa melakukannya. Diterjemahkan oleh: Laurencia Lou.

 
 

Artikel Terkait

Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi 2019: Bahu-Membahu Berbagi Cinta Kasih dalam Keharmonisan

Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi 2019: Bahu-Membahu Berbagi Cinta Kasih dalam Keharmonisan

12 Januari 2020
Master Cheng Yen menjelaskan tema Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi 2019 ini merupakan landasan untuk berpijak dan menapakkan setiap langkah dengan mantap. Sudah seharusnya manusia memiliki landasan untuk berpijak dan menapakkan setiap langkah dengan mantap. “Langkah kaki kanan berarti menciptakan berkah di dunia. Langkah kaki kiri berarti menumbuhkan jiwa kebijaksanaan,” tutur Master Cheng Yen.
Cinta Kasih yang Tersebar

Cinta Kasih yang Tersebar

03 Mei 2012
Kepekaan hati manusia untuk berjalan beriringan dengan masyarakat dapat terjadi kapan saja. Ketika kita sebagai manusia dapat mendukung semangat kemanusiaan maka kita akan menjalin jodoh sebanyak-banyaknya dengan orang di sekeliling kita.
Donor Darah di Kelenteng Wie Leng Keng Palembang

Donor Darah di Kelenteng Wie Leng Keng Palembang

24 Mei 2024

Relawan Tzu Chi Komunitas Xie Li Radial dan PMI Palembang mengadakan kegiatan donor darah di Kelenteng Wie Leng Keng Palembang pada Minggu, 12 Mei 2024. Sebanyak 94 kantong darah terkumpul dari para donor.

The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -