Suara Kasih: Membantu di Tengah Bencana

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

Judul Asli:

 

  Saling Membantu di Tengah Banyakya Bencana

 

Saling membantu di tengah banyaknya bencana
Menyadari, menghargai, dan menanam kembali berkah
Meningkatnya populasi membuat harga pangan meningkat
Pola makan yang sehat adalah makan secukupnya

Gempa yang terjadi di Turki kali ini mendapat respon yang sangat cepat dari pemerintahnya. Dalam waktu yang sangat singkat, pesawat khusus telah dikerahkan untuk menyalurkan bantuan ke lokasi bencana. Barang bantuan tersebut meliputi selimut, makanan hangat, makanan bayi, dan alat pemanas.

Berbagai bantuan dari daerah lain di Turki juga dengan cepat tiba di lokasi bencana. Bencana kali ini meliputi area yang cukup luas. Di beberapa daerah, salju diprediksi akan turun dalam waktu dekat. Karena itu, bantuan harus tiba lebih cepat. Tadi kita juga telah mendengar Da Ai TV mewawancarai penanggung jawab Tzu Chi di Turki, Relawan Hu, lewat konferensi video, Ia mengatakan bahwa kondisi di sana sangat parah. Namun, ada 19 negara yang telah bersedia untuk menyalurkan bantuan. Regu penyelamat setempat juga telah bergerak cepat dengan menyalurkan selimut dan makanan hangat melalui jalur udara. Langkah-langkah penyelamatan telah diambil dengan cepat. Ini membuat saya merasa sedikit tenang. Namun, saat melihat laporan berita, hati saya sungguh merasa tidak tega. Berapa jumlah korban yang jatuh masih belum diketahui. Terlebih lagi, saat ini adalah musim dingin di sana. Suhu udara mencapai di bawah 0 derajat Celsius. saya harap semua orang dari berbagai negara dapat membangkitkan cinta kasih.

Melihat bencana yang semakin sering terjadi dan alam yang mengirimkan sinyal darurat, mungkinkah kita tidak peduli? Bolehkah kita tidak menginspirasi semua orang untuk membangkitkan cinta kasih dan menyatukan cinta kasih ini untuk disalurkan ke daerah bencana? Selain itu, saya masih sangat mengkhawatirkan dan memikirkan kondisi di Thailand. Di wilayah utara Thailand, tanggul air sedang dibuka, sementara gelombang pasang terjadi di selatan. Air mulai memasuki Kota Bangkok. Saya berharap hujan tidak lagi turun. Namun, kenyataannya, kini Thailand tengah memasuki musim hujan.

Semoga volume air hujan yang turun dapat lebih sedikit dan genangan air dapat segera surut sehingga roda perekonomian dapat segera pulih. Kondisi inilah yang dibutuhkan Thailand. Jika tidak, situasi di sana akan semakin mencemaskan.

Begitu banyak bencana alam di dunia, sementara siaran berita juga melaporkan 7 miliar jiwa. Bayi ke-7 miliar mungkin akan terlahir di Asia. Laju pertumbuhan populasi ini amat menakutkan. Pada tahun 1800, tepatnya 211 tahun yang lalu, populasi manusia hanya mencapai 1 miliar jiwa. Hingga pada tahun 1999, populasi dunia telah mencapai 6 miliar. Namun, lihatlah sekarang, dalam rentang 10 tahun saja, populasi telah meningkat sebanyak 1 miliar. Sungguh menakutkan.

Saudara sekalian, Janganlah membuat populasi bertambah lagi. Jika populasi terus bertambah, sumber daya alam akan semakin terkuras, ditambah lagi dengan gaya hidup masa kini yang sangat konsumtif. Lihatlah, untuk naik ke lantai atas saja, orang memilih menggunakan lift. Beberapa tahun lalu, peraturan pendirian bangunan menyatakan bahwa bangunan kurang dari 5 lantai tidak perlu menyediakan lift. Tetapi, sekarang tidak lagi. Singkatnya, kita harus mendidik orang-orang, khususnya generasi muda. Kita harus mendidik mereka agar lebih rajin dan bekerja keras. Tubuh harus lebih aktif bergerak. Jika masih sanggup menggunakan tangga, gunakanlah tangga. Janganlah selalu mengandalkan lift hanya demi kenyamanan semata.

 

Begitu juga dengan pola makan. Dampak dari bertambahnya populasi sekarang sudah dapat terlihat. Lihatlah ke seluruh dunia. Dari 7 miliar populasi dunia ini, 1 miliar di antaranya hidup dalam kelaparan. Namun, penduduk yang hidup dalam wilayah kaya sumber daya alam tidak mengerti cara menghargai sumber daya ini. Betapa banyak sisa makanan yang mereka hasilkan dalam sehari. Sekarang ini, orang lebih suka makan di luar. Ini sungguh mengkhawatirkan. Mereka tamak akan restoran murah yang menyajikan porsi lebih banyak, apalagi yang bisa makan sepuasnya. Orang-orang akan mengambil lebih banyak dan membuang yang tidak habis dimakan. Betapa borosnya mereka.

 

Jika kita makan di rumah, makanan yang tidak habis masih dapat disimpan dan dipanaskan untuk makan malam. Dengan begitu, tidak banyak sisa yang terbuang. Pola makan menunjukkan betapa konsumtifnya orang-orang masa kini. Pertama, tamak akan harga murah. Kedua, mencari cara yang lebih praktis. Ketiga, tamak akan cita rasa. Demikianlah banyaknya ketamakan manusia. Jika makanan tidak dapat dihabiskan, sisanya akan dibuang begitu saja. Ini adalah sikap yang menyia-nyiakan berkah. Inilah perilaku orang zaman sekarang yang membuat saya khawatir.

Selain berbagai peristiwa di dunia ini, yang lebih saya khawatirkan adalah pola hidup orang zaman sekarang. Karena itu, saya selalu menganjurkan orang cukup makan sampai 80 persen kenyang. Ada penelitian terhadap sejumlah kera. Kera yang berusia sama diberikan pola makan yang berbeda. Yang satu hanya diberi porsi makan 70 persen, yang satu lagi diberi makan sebanyak mungkin sampai kenyang sekali. Kera yang diberi makan hingga kenyang, kulitnya terlihat menjadi lebih tua. Begitu juga dengan rambut mereka, berubah menjadi lebih kusam. Matanya terlihat lesu. Lihatlah, kera yang hanya makan sebanyak 70 persen, matanya terlihat segar dan cerah. Rambut mereka terlihat lebih sehat, dan mereka terlihat lebih bersemangat. Itulah sebabnya, saya menganjurkan cukup 80 persen kenyang.

orang harus memercayai hal ini. Para ilmuwan, dokter, dan peneliti lainnya telah melakukan kajian terhadap hal ini. Terlebih lagi, kita menganjurkan pola hidup vegetarian. Ini sangat penting. Saya harus kembali menekankan bahwa kita hanya memiliki satu bumi ini. Namun, sumber daya alam yang ada terus dihamburkan oleh umat manusia. Dengan meningkatnya populasi, kadar emisi karbon akan bertambah. Ini merupakan konsekuensi yang pasti. Jadi, apakah bumi sanggup menanggung beban ini? Sekujur tubuh ibu pertiwi ini sudah terluka. Namun, dengan tubuh yang terluka ini, ibu pertiwi masih menghidupi semua makhluk dengan tanaman pangan yang tumbuh. Ia masih harus menanggung perbuatan manusia yang terus mengeksploitasinya. Contohnya, penggalian terowongan di gunung mengakibatkan putusnya aliran mata air dan rusaknya struktur tanah pegunungan. Selain itu, konservasi air dan tanah tidak lagi dijalankan dengan baik.

Lihatlah perusakan alam oleh manusia ini. Kini, dengan bertambahnya populasi manusia, bagaimana bumi dapat bertahan? Singkatnya, begitu banyak bencana alam di dunia ini. Ini sungguh mengkhawatirkan. Meskipun pertumbuhan populasi manusia dianggap sebagai berkah, namun bumi ini telah kelebihan beban. Beban ibu pertiwi sungguh membuat beliau terluka. Kita lihat 200 tahun yang lalu, populasi manusia hanya sekitar 1 miliar, namun sekarang, hanya dalam waktu sekitar 1 dekade saja, populasi manusia bertambah sebanyak 1 miliar. Ini sungguh hal yang sangat menakutkan. Baiklah, pada intinya, kita harus menunaikan kewajiban, bersikap rajin dan hemat, serta berusaha sebaik mungkin untuk membawa manfaat bagi semua makhluk. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.  

 

 


Artikel Terkait

Menyerap Metode Pembelajaran Budi Pekerti

Menyerap Metode Pembelajaran Budi Pekerti

24 Desember 2013 Karakter seseorang baik atau buruk dipengaruhi oleh lingkungan. Untuk membentuk karakter anak menjadi lebih dewasa membutuhkan pendidikan budi pekerti sejak dini.
Jangan Meremehkan Diri sendiri

Jangan Meremehkan Diri sendiri

24 April 2013 Setiap orang pasti mempunyai kemampuan yang berbeda. Kemampuan dalam diri  harus kita kembangkan  sejak dini agar nantinya dapat berguna dimasa yang akan datang.
Menumbuhkan Hati untuk Bersumbangsih

Menumbuhkan Hati untuk Bersumbangsih

09 September 2015

Kesibukan begitu terasadi dapur relawan Aula Jing Si, lantai Basement, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara pada Minggu pagi, 6 September 2015. Para relawan hilir mudik menyiapkan berbagai sajian yang akan disantap oleh para peserta Pelatihan Relawan Abu Putih He Qi Utara Keempat.

Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -