Suara Kasih: Membawa Kehangatan Cinta Kasih

Jurnalis : DAAI News, Fotografer : DAAI News

Judul Asli:

Membawa Kehangatan Cinta Kasih

Suasana kekeluargaan sangat kental dalam acara makan bersama akhir tahun
Menampilkan pertunjukan tentang budi luhur orang tua
Para anggota Tzu Cheng memberi penghiburan dengan penuh cinta kasih

Bersumbangsih tanpa pamrih sebagai wujud cinta kasih yang tulus

 

 

Menjelang Tahun Baru Imlek, suasana Tahun Baru sungguh terasa. Kemarin, di Griya Jing Si, para penerima bantuan Tzu Chi datang membawa anggota keluarga mereka. Mereka semua berkumpul dan makan bersama dengan penuh kehangatan. Saat berjalan di antara mereka, saya melihat setiap orang merasa sangat puas dan gembira. Mereka juga dipenuhi rasa syukur. Kita juga melihat insan Tzu Chi mendampingi mereka di setiap meja dan membantu mereka mengambil makanan. Insan Tzu Chi begitu memperhatikan mereka. Selain itu, ada pula pertunjukan musik tradisional. Lagu-lagu Tzu Chi yang dimainkan dengan alat musik tradisional Tiongkok. Menambah kehangatan yang ada.

Suasana zaman dahulu sungguh terasa. Ini sungguh bagaikan reuni tahunan keluarga besar. Kita juga melihat anak-anak dan cucu para penerima bantuan sungguh murni dan polos. Prestasi mereka di sekolah cukup baik. Dengan beasiswa yang Tzu Chi berikan, mereka dapat menuntut ilmu dengan tenang. Mereka semua Memiliki prestasi yang baik.

 

Kemarin mereka juga mementaskan Sutra Bakti Seorang Anak dan lagu Anak Kambing Berlutut. Acara itu direncanakan dengan sepenuh hati. Setiap orang di sana berinteraksi dengan penuh cinta kasih. Karena itu, saya selalu bersyukur. Saya dapat merasakan kesungguhan mereka yang mengadakan pertunjukan di atas panggung. Selain itu, kita juga berharap mereka dapat menikmati saat-saat bahagia bersama keluarga. Saat melewati Tahun Baru, kita berharap semua orang dapat bersukacita. Sungguh banyak hal yang menyentuh.

 

Kita juga melihat program bantuan bencana di Filipina telah berakhir. Saat tim sebelumnya mendirikan kelas rakitan sementara, cuaca sangat panas dan matahari sangat terik, sedangkan kali ini, tim harus bekerja di tengah guyuran hujan dan terpaan angin. Mereka juga harus menghadapi badai tropis. Namun, pekerjaan tetap harus diselesaikan. Jadi, mereka selalu berangkat sebelum matahari terbit dan baru beristirahat setelah hari gelap. Kali ini para anggota Tzu Cheng memikul tanggung jawab yang sangat besar dan sangat bekerja keras. Salah satunya adalah Relawan Cai. Dia pernah ditipu dalam bisnis hingga harus menanggung beban utang dan dipenjara. Suatu saat,  dia menemukan majalah bulanan Tzu Chi dan mulai memahami bahwa dia harus memulai lembaran baru dan tidak perlu mengeluh. Karena sudah ada Dharma dalam hatinya, maka dia dapat melepaskan rasa dendamnya. Jadi, dia memutuskan untuk sepenuh hati bersumbangsih bagi semua makhluk. Dia dapat mengatasi berbagai kesulitan fisik dan batin.

Pendidikan harus dimulai sejak dini. Dapat bersumbangsih untuk pendidikan, selamanya merupakan kehormatan bagi kita. Kita juga melihat Relawan Liu. Dia baru menjalani operasi kanker prostat setengah tahun yang lalu, tetapi dia berkeras untuk ikut ke Filipina karena itu merupakan kesempatan untuk membantu orang lain. Jadi, dia tidak mau melepaskan kesempatan itu. Dia melakukannya dengan gembira dan penuh rasa sukacita. Saya memberikan balon berbentuk apel kepada mereka sebagai doa semoga mereka selalu tenteram dan bahagia melewati hari-hari. Meski mereka adalah laki-laki, tetapi mereka juga memiliki kelembutan terhadap anak-anak. Melihat anak-anak tersenyum, mereka juga turut gembira. Mereka juga memanfaatkan waktu senggang untuk bermain dengan anak-anak. Mereka meniupkan balon untuk anak-anak.

 

Lihatlah, para Bodhisatwa ini bersumbangsih dengan penuh sukacita. Yang mereka dapatkan adalah ungkapan terima kasih yang tulus. Begitu banyak penderitaan di dunia. Setelah bencana terjadi, kita dapat melihat banyak keluarga diliputi kesedihan. Ada keluarga yang mulanya beranggotakan 17 orang, kini hanya tersisa dua orang. Ada pula keluarga beranggotakan 20 orang, kini hanya tersisa satu orang. Kondisi penderitaan ini sungguh menyedihkan. Ada pula keluarga yang memiliki 8 orang anak, tetapi kini hanya tersisa tiga. Ini dialami oleh banyak keluarga.

 

Mereka tidak hanya kehilangan tempat tinggal, tetapi juga kehilangan orang-orang terkasih. “Saat itu saya memegang tangan cucu saya dan mengangkatnya hingga ke loteng tengah. Putri saya yang sedang mengandung berpegangan pada leher saya, begitu pula dengan cucu saya yang lain. Lalu, saya terhantam pohon sehingga putri saya harus melepaskan tangannya. Saya ingat dia menangis  dan berteriak memanggil saya. Saat itu leher saya hampir patah,” kata seorang korban bencana. Kesedihan dan penderitaan itu tidak dapat disembuhkan oleh materi, Hanya Dharma yang dapat menyembuhkan mereka. Jadi, kita harus tulus berbagi Dharma dengan mereka agar mereka dapat segera keluar dari kesedihan itu. Jika tidak, mereka akan selamanya terkurung dalam kesedihan. Jika demikian, bagaimana mereka melanjutkan hidup?

Yang insan Tzu Chi berikan adalah kehangatan dalam Dharma. Selain memberi perhatian, insan Tzu Chi juga berbagi Dharma. Para korban bencana mungkin akan terus teringat kejadian menyedihkan yang menimpa diri mereka. Entah kapan mereka dapat keluar dari semua itu. Akan tetapi, setelah berbincang dan mendapat perhatian dari para relawan, mereka mungkin tersadarkan dan bangkit untuk meneruskan hidup. Semoga di kemudian hari mereka juga bisa kembali membantu orang lain. Inilah harapan terbesar kita. Beginilah kehidupan. Di tengah keindahan, ada kesedihan. Cinta kasih dan kehangatan masih ada di tengah umat manusia. Melihat penderitaan hidup seperti itu, bukankah kita harus lebih mawas diri dan tulus? Baiklah, hidup memang tidak kekal, penuh penderitaan, dan berhakikat kosong, tetapi kita harus menemukan kebahagiaan di tengah penderitaan dan melakukan sesuatu yang bermakna di tengah kekosongan ini. Dengan begitu, barulah kekuatan cinta kasih dan ketulusan dapat terus berkembang.

(Diterjemahkan oleh: DAAI TV)


Artikel Terkait

Senangnya Belajar di Sekolah Tzu Chi

Senangnya Belajar di Sekolah Tzu Chi

27 Juli 2011
Suasana yang berbeda tampak di jenjang kelas yang lebih tinggi, yaitu Kindergarten. Saat itu murid-murid sedang menikmati kue dan susu kacang kedelai pada sesi snack time.
Keindahan Budaya yang Berlandaskan Cinta Kasih Tanpa Batas

Keindahan Budaya yang Berlandaskan Cinta Kasih Tanpa Batas

31 Agustus 2018

Tzu Chi Medan mengadakan kegiatan pertukaran keindahan budaya dengan anak-anak dari Afrika yang diasuh oleh Amitofo Care Center (ACC). Pertukaran budaya dimaksudkan agar dapat membangkitkan solidaritas dan meningkatkan rasa empati kepada sesama serta menyebarkan cinta kasih tanpa batas.

Keakraban Relawan Bersama Para Penerima Bantuan Tzu Chi

Keakraban Relawan Bersama Para Penerima Bantuan Tzu Chi

17 Januari 2020

Tzu Chi Bandung mengadakan kegiatan silaturahmi dengan para pasien penerima bantuan Tzu Chi Bandung, 5 Januari 2020. Acara ini diikuti oleh para relawan dan penerima bantuan, kegiatan berlangsung di Aula Jing Si Tzu Chi Bandung, di Jl. Jendral Sudirman No. 628 Bandung. 

Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -