Suara Kasih : Memberi Manfaat bagi Orang Lain

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

 

 

Judul Asli:

Melatih diri sebagai Bodhisatwa dan Memberi Manfaat bagi Orang Lain

Badai salju telah mendatangkan bencana di beberapa tempat
Insan Tzu Chi mensosialisasikan pelestarian lingkungan saat Festival Lampion
Tekun dan bersemangat dalam mengikuti kamp pengusaha
Melatih diri sebagai  Bodhisatwa dan memberi manfaat bagi orang lain

Kita dapat melihat di Jepang. Badai salju di Jepang telah mendatangkan bencana yang parah. Kereta Shikansen juga mulai mengalami insiden akibat timbunan salju yang semakin tebal. Di wilayah timur Hokkaido,cuaca sangat dingin akibat turun salju. Badai salju seperti ini sungguh mengkhawatirkan.

Demikian pula dengan di Rusia. Badai salju yang tebal melumpuhkan perlintasan kereta api dan ruas jalan. Ini semua terjadi akibat ketidakselarasan unsur alam. Selain itu, Provinsi Yunnan, Tiongkok, juga diguncang gempa bumi. Ini akibat ketidakselarasan unsur tanah.

Di Brisbane, Australia,hujan yang turun selama beberapa hari juga telah mendatangkan bencana banjir. Melihat ketidakseimbangan kondisi iklim di dunia,kita harus lebih menyadari bahwa kita yang berada di Taiwan sungguh beruntung. Meski cuaca di sini sangat dingin, tetapi menurut prakiraan cuaca, suhu udara akan naik perlahan-lahan. Jadi, kita yang berada di Taiwan sungguh beruntung. Kita harus terus menjaga keselarasan pikiran. Melihat insan Tzu Chi Taiwan mengadakan kegiatan demi menyelaraskan pikiran manusia, saya sungguh merasa tersentuh.

Setiap orang melakukan daur ulang, kehidupan kita jauh dari kerisauan. Di Taipei, menjelang hari Festival Lampion,insan Tzu Chi bergerak untuk mensosialisasikan pelestarian lingkungan. Insan Tzu Chi menggali “permata” untuk membuat lampion. Mereka mengkreasikan barang-barang yang sudah tak terpakai hingga menjadi karya seni. Kami mengubah barang yang sudah tidak berguna agar menjadi berguna kembali. Ini semua terbuat dari kemasan Tetra Pak. Kami tidak mengeluarkan uang sepeser pun. Inilah metode terampil.

Selain menggunakan metode terampil untuk mensosialisasikan pelestarian lingkungan, yang terpenting adalah kita juga ingin mewariskan kekuatan cinta kasih. Selain memerhatikan semua manusia dengan pandangan cinta kasih dan welas asih yang setara, kita juga harus mengasihi segala sumber daya alam.

Saat bertemu dengan orang, kita harus membimbing mereka dengan baik dan menghargai jalinan jodoh dengan mereka. Mungkin kita pernah menjalin jodoh pada ribuan tahun lalu sehingga kini bisa berkumpul kembali. Kali ini, para pengusaha sukses dari 7 negara kembali ke Taiwan untuk mendalami Tzu Chi. Jika bukan karena jalinan jodoh, coba bayangkan, di tengah populasi dunia yang sebanyak 7 miliar orang lebih ini, bagaimana mungkin kita bisa berkumpul bersama? Bukankah ini adalah saling mendampingi dengan cinta kasih yang setara?

Kali ini, relawan Tzu Chi dari Taiwan tengah bertanggung jawab untuk mendampingi para peserta selama kamp. Selain itu, mereka juga menjadi ketua kelompok dan mengatur jadwal kamp dengan sangat baik. Selain itu, mereka juga turun langsung untuk melayani para peserta kamp. ”Saya merasa sangat pantas untuk mengesampingkan pekerjaan dan datang ke sini. Ini juga merupakan cara untuk rileks. Selain itu, saya juga bisa menjalin jodoh baik dengan begitu banyak orang. Saya merasa ini sangat baik. Meski bekerja di belakang layar, tetapi kami juga berharap bisa mewariskan budaya humanis Tzu Chi kepada mereka,” ujar relawan Tzu Chi.

Para pengusaha dari 7 negara itu tidak hanya berfokus dalam membuat perencanaan untuk usaha mereka, namun seharusnya juga memberi manfaat bagi masyarakat dan beramal. Ada seorang peserta bernama Liu Jiawei.Dia adalah wakil ketua Federasi Penyandang Cacat di Xiamen, Fujian. Dia berkata bahwa awalnya dia mengira tur ini hanyalah sebuah tamasya biasa. Jadi, dia datang untuk bertamasya. Akan tetapi, tak disangka,sejak mengikuti kamp ini, dia terus merasa tersentuh.

“Saya melihat banyak nenek yang sudah berusia 80-an tahun. Mereka sudah menjadi relawan di sini selama belasan tahun. Kemarin, saya juga sudah mencoba ikut melakukan daur ulang. Saya ingin membawa semangat budaya humanis Tzu Chi ke tempat asal saya,” terang Liu Jiawei. Terlebih lagi, setelah mempelajari pentingnya menjaga kebersihan barang daur ulang mulai dari sumbernya, dia mulai berbagi konsep ini lewat internet dengan teman-temannya yang memiliki keterbatasan fisik.

Saya ingin memberi laporan kepada Master. Dalam dua hari ini, karena tulisan saya di mikroblog dan WeChat, belasan orang bertanya kepada saya bagaimana cara menjadi relawan. Relawan itu berasal dari Tiongkok. Begitu pula dengan Bapak Qian ini. Setiap kali bertemu dengan orang,dia selalu berbagi tentang Tzu Chi. Dalam melakukan segala sesuatu, dia selalu mempraktikkan semangat Tzu Chi.

Bagi karyawan yang sudah bekerja satu tahun, mereka akan mengikuti pelatihan di Kompleks Tzu Chi Suzhou. Bagi karyawan yang sudah bekerja 5 tahun,mereka bisa menjalani pemeriksaan kesehatan di Pusat Promosi Kesehatan Tzu Chi di Suzhou. Bagi karyawan yang sudah bekerja 10 tahun, pihak perusahaan akan menanggung biaya ke Taiwan untuk bertemu dengan Master.

Inilah kekuatan cinta kasih. Setiap kali membahas tentang Tzu Chi dan saya, dia selalu berlinang air mata. Dia sungguh tulus. Entah jalinan jodoh di antara kami sudah terjalin selama berapa kehidupan. Jalinan jodohnya dengan Tzu Chi sangat dalam. Segala hal yang berhubungan dengan Tzu Chi selalu membuat dia tersentuh. Karena itu, saya sering berkata bahwa kita harus memercayai hukum sebab akibat. Saat jalinan jodoh matang, kita harus menggenggamnya dengan baik, jangan membiarkannya berlalu begitu saja.

Adapula seorang peserta yang merupakan seorang wanita karier. Bisnisnya sangat sukses. Dia telah bertekad untuk menjadi benih Tzu Chi yang pertama di tempat asalnya. Kita masih berada jauh dari target kita untuk menyebarkan semangat budaya humanis Tzu Chi kepada 100 juta orang. Akan tetapi, saya bersedia lebih giat melatih diri agar bisa berjalan dengan langkah yang mantap serta berusaha bersama kakak-kakak Tzu Chi untuk menyebarkan cinta kasih universal Tzu Chi dan cinta kasih universal Master ke Henan.

Istri dari pemilik Panda Group yang memiliki cabang di 42 negara bagian Amerika Serikat juga mengikuti kamp kali ini. Dia berharap suaminya bisa lebih mendedikasikan diri untuk Tzu Chi. Asalkan ada niat, kita pasti bisa menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia. Jika para pengusaha itu bisa membangkitkan cinta kasih, maka akan menciptakaan manfaat yang besar bagi bumi dan masyarakat.

Kita semua berharap setiap orang bisa melatih diri sebagai Bodhisatwa dan memberi manfaat bagi orang lain. Semoga setiap orang bisa membangkitkan cinta kasih dan membangun tekad untuk menciptakan berkah bagi dunia. Selain bertekad untuk menapaki Jalan Bodhisatwa, kita juga harus memberi manfaat bagi orang lain. Para pengusaha itu adalah Bodhisatwa dunia yang sangat berpotensi. Saya sungguh berterima kasih. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 

Artikel Terkait

Bersama Menghimpun Cinta Kasih dalam Perayaan Imlek 2023

Bersama Menghimpun Cinta Kasih dalam Perayaan Imlek 2023

27 Januari 2023

Cuaca di Minggu siang itu sangat terik, tapi tak menjadi penghalang bagi 34 insan Tzu Chi menuju Vihara Dharma Ratna di Jalan Husein Sastranegara, Kec. Benda, Kota Tangerang, Banten. 

Menumbuhkan Pengetahuan Tentang Tzu Chi

Menumbuhkan Pengetahuan Tentang Tzu Chi

28 Oktober 2015 Pada tanggal 25 Oktober 2015, kegiatan kelas budi pekerti yang rutin diadakan kembali dilaksanakan. Kali ini para murid  Tzu Shao (Tingkat SMP) ini dibekali pengetahuan tentang Tzu Chi, agar mereka dapat menjadi penerus untuk mengikuti jejak Master Cheng Yen menyebarkan cinta kasih universal.
Internasional: Gaya Hidup Sederhana

Internasional: Gaya Hidup Sederhana

13 April 2010
Beberapa bulan yang lalu, saya pergi ke Myanmar untuk ikut serta dalam penanggulangan bencana internasional. Gaya hidup penduduk setempat yang saya saksikan memberikan kita sejumlah harapan untuk masa mendatang.
Berlombalah demi kebaikan di dalam kehidupan, manfaatkanlah setiap detik dengan sebaik-baiknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -