Suara Kasih : Membina Generasi Penerus

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Membina Generasi Penerus

      

Membimbing anak-anak sejak kecil
Membimbing anak-anak untuk membangkitkan kebajikan
Mempertahankan kebajikan dan menghimpun kekuatan yang besar
Nilai-nilai budaya humanis Tzu Chi menyebarkan semerbak moralitas

Kita dapat melihat para siswa dari Sekolah Tzu Chi sungguh menggemaskan. Anak-anak kecil selalu membuat orang gemas melihatnya. Ditambah kepolosan dan kebijaksanaan mereka, saya sungguh suka melihat mereka. Inilah anak-anak yang menggemaskan di Taiwan. Kita juga dapat melihat anak-anak yang berada jauh dari Taiwan. Di Sekolah Budaya Humanis Tzu Chi yang berlokasi di Vancouver, Kanada, seminggu sekali diadakan kelas budaya humanis. Banyak anak setempat dan anak-anak keturunan Tionghoa mengikuti kelas budaya humanis Tzu Chi. Anak-anak yang mengikuti kelas budaya humanis Tzu Chi, semuanya memiliki tata krama dan sopan santun.

Selain itu, mereka juga sangat baik hati dan mengerti untuk berbakti kepada orang tua. Saya sering berkata bahwa berbuat baik dan berbakti adalah 2 hal yang tidak dapat ditunda. Konsep pendidikan ini juga telah diwariskan ke sana. Jadi, pendidikan budaya humanis Tzu Chi sedikit berbeda dengan pendidikan umumnya karena pendidikan kita dilandasi oleh bakti dan kebajikan.

Anak-anak yang diwisuda berjumlah 200 orang. Upacara wisuda mereka berlangsung penuh kehangatan. Kita dapat mendengar para orang tua murid mengungkapkan rasa terima kasih mereka terhadap Tzu Chi.Mereka berterima kasih karena Tzu Chitelah mendidik anak mereka dengan baik. Semua itu sangat bermanfaat bagi keluarga mereka.Anak yang tahu berbakti akan selalu memahami tata krama.

Inilah keindahan kehidupan manusia. Kita juga melihat sebuah tempat terpencil di daerah Sabah, Malaysia. Warga di sana hidup kekurangan. Sarana transportasi di sana tidak memadai. Sarana pendidikan juga sangat minim. Karena itu, sebulan sekali,insan Tzu Chi akan berangkat ke sana untuk memberi bantuan yang dibutuhkan oleh anak-anak, yakni berupa alat tulis, makanan bergizi, dan lain-lain.

Singkat kata,di mana pun insan Tzu Chi berada, mereka selalu membimbing anak-anak, baik yang kekurangan maupun yang berada. Bagi anak-anak berada yang tinggal di kota, insan Tzu Chi membuka kelas budaya humanis. Bagi anak-anak yang tinggal di daerah tertinggal, selain memberikan pendidikan budaya humanis, merka juga memberikan bantuan materi yang dibutuhkan dan makanan yang bergizi. Ke mana pun insan Tzu Chi melangkah, mereka selalu menyebarkan benih cinta kasih di tempat tersebut. Saat jalinan jodoh matang, benih-benih cinta kasih tersebut akan menghasilkan panen yang berlimpah dan menumbuhkan pohon bodhi yang penuh kebijaksanaan. Ini semua tercipta berkat kesungguhan hati dan cinta kasih setiap insan Tzu Chi.

Dengan adanya cinta kasih ini, mereka bersumbangsih tanpa pamrih. Semua itu sungguh membuat saya merasa dunia ini penuh dengan harapan. Sungguh, harapan bersifat jangka panjang. Lihatlah para anggota Tzu Ching yang telah tumbuh dewasa. Tahun ini Tzu Ching menginjak usia ke-20. Dua puluh tahun telah berlalu. Meski waktu berlalu dengan sangat cepat, namun anak-anak telah tumbuh dewasa dan pengalaman mereka pun telah bertambah. Pencapaian mereka tidaklah sedikit. Ada yang bergabung dalam badan misi Tzu Chi. 

Kita bisa melihat seorang staf divisi kerohanian bernama Li Yipeng di kantor cabang Tzu Chi di Taichung.Dia adalah Tzu Ching. Setelah lulus kuliah, dia bekerja di badan misi Tzu Chi.Dia mendampingi para paman dan bibi Tzu Chi terjun ke tengah masyarakat. Dia mengembangkan kebijaksanaan dan welas asih pada saat yang bersamaan untuk mewariskan ajaran Jing Si dan membuka pintu mazhab Tzu Chi di tengah masyarakat.

Sejak dua puluh tahun yang lalu, budaya humanis Tzu Chi dan ajaran Jing Si telah ditanamkan dalam diri anggota Tzu Ching. Benih-benih Tzu Chi ini telah mulai bertunas dan bertumbuh. Mereka adalah sebutir benih yang tumbuh menjadi tak terhingga. Benih-benih itu terus berkembang dan bertambah banyak. Dari laporan berita, kita dapat melihat  Bodhisatwa cilik yang sangat menggemaskan. Saya yakin kalian juga sangat bahagia melihat mereka. Ini karena pada dasarnya setiap orang memiliki sifat hakiki yang bajik dan murni. Sifat hakiki setiap orang adalah sama.

Setiap orang memiliki hakikat yang setara dengan Buddha. Meski memiliki sifat hakiki yang sama, sayangnya setiap orang sehingga berjalan semakin menyimpang. Beginilah manusia awam. Mengapa masyarakat masa kini memiliki pola pikir yang berbeda-beda? Setiap orang pada dasarnya memiliki sifat hakiki yang sangat polos. Akan tetapi, akibat pengaruh lingkungan dan latar belakang yang berbeda-beda, sifat hakiki kita yang dasarnya murni pun mulai tertutupi. Hal ini mengakibatkan pikiran setiap orang cenderung menyimpang. Akibatnya, masyarakat kita menjadi kacau dan mengalami kemerosotan moralitas. Jika memiliki kesempatan dan jalinan jodoh, kita hendaknya membiarkan anak-anak kita tumbuh besar di lingkungan yang baik dan murni.

Lihatlah, anak-anak memiliki hati yang baik. tidak kalah dengan orang dewasa. ”Kamu tidak merasa membersihkan kloset adalah pekerjaan yang jorok? ” tanya relawan. ”Tidak,” jawab si anak kecil. ”Mengapa kamu tidak merasa kotor?” tanya relawan lagi. ”Karena dengan membersihkan kamar kecil, saya jadi tahu petugas yang biasanya membersihkan kloset juga sangat bekerja keras,” jawab si anak.

Dia adalah murid sekolah dasar yang berusia sembilan tahun dan merupakan putri tunggal di rumahnya.Orang tuanya sangat memanjakannya dan banyak orang yang mengasihinya. Akan tetapi, sejak kecil dia sudah sering berkunjung ke Jing Si Books & Cafe. Jadi, di lingkungan yang baik seperti ini, anak-anak bisa belajar  untuk tidak bersikap sombong dan tahu bersyukur serta hidup rajin.

Lihatlah, banyak anak yang demikian. Untuk itu, kita memerlukan lingkungan yang baik. Jika setiap orang dapat mempertahankan kebajikan dalam dirinya, maka kekuatan cinta kasih akan menjadi sangat besar dan tidak terbatas. Sejak kecil, kita harus menjaga sifat hakiki yang bajik ini dengan sebaik mungkin. Setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga. Himpunan kebajikan dari setiap orang akan menciptakan kekuatan yang sangat besar. Saya berharap setiap orang bisa mempertahankan niat baik dan mempertahankan budaya humanis Tzu Chi dalam membimbing anak-anak. Kita harus memiliki keyakinan yang teguh. Diterjemahkan oleh: Lourencia Lou.

 
 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Membangkitkan Semangat untuk Menolong Semua Makhluk

Suara Kasih: Membangkitkan Semangat untuk Menolong Semua Makhluk

17 Juni 2013 Meski hidup serba kekurangan mereka tetap menyebarkan cinta kasih ke dalam hati setiap orang agar setiap orang memperoleh kekayaan batin yang tak akan habis terpakai. Mereka bersumbangsih dengan penuh sukacita.
Belajar dari Pengalaman Ketua Tzu Chi Indonesia

Belajar dari Pengalaman Ketua Tzu Chi Indonesia

10 September 2014 Su Mei Shigu pun berpesan kepada  84 Tzu Ching yang mengikuti kamp selama 3 hari 2 malam ini. Pada saat kita di Tzu Chi melakukan banyak hal, kita menanggung banyak tanggung jawab, pada saat kita ada sebersit niat untuk mundur, pada saat itu kita ingat Master.

"Kekuatan Hati"

08 Maret 2016
"Kata orang, buku yang bagus, walaupun tidak dibaca dan hanya ditaruh di meja saja bisa membawa energi yang positif terhadap lingkungan. Apalagi kalau buku ini kita baca,” kata Chia Wen Yu, relawan Komite Tzu Chi dalam acara peluncuran Buku The Power of The Heart (Kekuatan Hati) pada Sabtu, 5 Maret 2016 di ruang Xi She Ting, Aula Jing Si Lantai 1, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Tiga faktor utama untuk menyehatkan batin adalah: bersikap optimis, penuh pengertian, dan memiliki cinta kasih.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -