Suara Kasih: Membuat Hidup Lebih Bermakna
Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai Newsudul Asli:
Membantu Sesama Membuat Hidup Lebih Bermakna Pada saat sekarang ini kita semua dalam keadaan aman dan selamat. Namun, para warga di Itali dan Myanmar mengalami penderitaan karena banjir. Kondisi di Bangkok, Thailand, juga masih belum dapat diatasi. Para insan Tzu Chi dari Taiwan telah tiba di sana beberapa hari lalu. Mereka telah mengunjungi beberapa instansi untuk membicarakan penyaluran bantuan. Mereka membagi diri ke dalam beberapa tim. Kepala RS Tzu Chi, dr. Chien, berkunjung ke instansi yang berhubungan dengan medis, sementara relawan Stephen Huang mengunjungi instansi militer. | |||
Para tentara kini masih menumpuk karung pasir. Para istri tentara sangat cemas karena suami mereka telah bekerja di lokasi banjir selama beberapa waktu. Setiap hari mereka ada di tengah genangan air, namun tak ada air bersih untuk diminum. Selain air bersih, mereka juga membutuhkan pakaian bersih untuk berganti. Inilah yang dibutuhkan para tentara tersebut. Para relawan juga berkunjung ke tempat pengungsian. Ada lebih dari 100.000 warga di sana. Pikirkanlah, Itali dan Myanmar yang jauh dari kita serta Thailand yang dekat pun tengah dilanda banjir besar. Bagaimana warga setempat melewati hari-hari? Kita semua hidup di atas bumi yang sama, sudah seharusnya setiap orang membangkitkan cinta kasih dan memikirkan cara untuk menolong mereka. Kini Tzu Chi tengah memobilisasi bantuan bencana internasional. Saya berharap setiap orang dapat turut berkontribusi. Tetes demi tetes cinta kasih yang terhimpun akan dapat meringankan beban banyak orang. Sungguh, kita yang dalam kondisi aman, harus waspada terhadap bencana dan berempati terhadap para korban bencana.Membantu sesama membuat hidup lebih bermakna. Kita telah terlahir ke dunia ini, bagaimana cara kita memanfaatkan hidup ini? Apakah dengan bersenang-senang? Segala sesuatu di dunia terus berubah tanpa ada bentuk yang tetap. Entah itu bulat maupun persegi, panjang maupun pendek. Semua bentuk akan terus berubah. Pikirkanlah, saat kita dilahirkan, bagaimana kondisi dunia pada saat itu? Bagaimana pula kondisi dunia pada saat ini? | |||
| |||
Kebijaksanaan hidup akan berkembang bila ada kesadaran. Tubuh kita akan mengalami kematian, namun kebijaksanaan hidup tetap kekal selamanya. Bukankah kita mempelajari Dharma demi mengembangkan kebijaksanaan? Agar kebijaksanaan hidup dapat berkembang, kita harus sadar akan prinsip kebenaran. Saya sering berkata bahwa kita harus memetik pelajaran dari bencana yang telah terjadi. Inilah yang harus dipelajari oleh setiap orang agar kebijaksanaannya dapat bertumbuh. Namun, orang-orang pada zaman ini “tertular sejenis penyakit”. Karena hidup mapan dan nyaman, mereka menjadi malas. Penyakit “malas” ini sangatlah berbahaya karena telah membuat banyak orang kehilangan potensi diri. Banyak anak yang dimanja oleh orang tua. Karena hidup serba berkecukupan, mereka tak perlu bekerja. Mereka tak ingin bersusah payah demi hidup. Karena itu, mereka jadi kehilangan kemampuan yang sebenarnya masih bisa dikembangkan lagi. Mereka bahkan tak bisa memasak maupun mencuci piring. Mereka selalu makan di luar karena alasan praktis. Kita harus tahu bahwa kebiasaan makan di luar membuat jumlah sisa makanan yang dibuang semakin meningkat. Hal ini telah menjadi tren di masyarakat masa kini. Banyak orang berkata bahwa orang tua melahirkan mereka, jadi orang tua harus mencukupi segala kebutuhan mereka sepanjang hidup. Perkataan ini sungguh menakutkan dan membuat orang sangat khawatir. | |||
| |||
Ia kini tinggal di rumah yang lebih kecil, bahkan giat melakukan kegiatan Tzu Chi, seperti daur ulang. Kini hidupnya sangat sederhana, namun penuh makna. Lihatlah, ia sangat berhemat dalam menggunakan air. Air saja tak ia boroskan, apalagi barang materi lain. Istrinya yang tinggal di Kanada juga adalah anggota komite Tzu Chi. Bersama dengan para relawan di Kanada, ia aktif dalam semua kegiatan Tzu Chi. Salah satu putranya akan dilantik menjadi anggota Tzu Cheng tahun ini. Setelah itu, putrinya juga bertekad untuk menjadi anggota komite. Ini adalah keluarga Bodhisatwa dunia. Meski berkecukupan, mereka tetap hidup sederhana. Terlebih lagi, mereka mendedikasikan diri bagi bumi dan bagi sesama. Mereka memulainya dari diri sendiri. Kini ia sangat menikmati hidupnya yang selalu berusaha menolong dan memberi manfaat bagi orang lain. Setiap orang mampu melakukan hal ini, asalkan ada sebersit niat dalam hatinya. Ia kini hidup jauh dari kemewahan, namun selalu merasa bahagia setiap hari. Kini kebijaksanaannya semakin bertumbuh dan ia hidup tenang tanpa beban di hati karena tak memikirkan laba dan rugi. Inilah yang disebut kebijaksanaan yang bertumbuh. Para Bodhisatwa sekalian, dapatkah kita mencapai kedamaian seperti ini? Asalkan mau mengubah pola pikir, kita pasti berhasil. Di Tzu Chi, banyak orang yang seperti relawan ini. Setiap orang adalah Bodhisatwa dunia. Semoga setiap orang dapat membantu sesamanya. Membantu sesama membuat hidup lebih bermakna. Semoga setiap orang memiliki hidup yang bermakna dan kebijaksanaannya terus bertumbuh. Saya yakin setiap orang mampu mencapainya.
|
Artikel Terkait
Pemberkahan Akhir Tahun : Semangat dalam Keterbatasan
03 Februari 2015Pada saat menjalani pengobatan di Taiwan, ia juga berkesempatan untuk bertemu dengan Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi dan beliau berpesan kepada Sofyan bahwa “Walaupun mata Sofyan gelap, namun hati Sofyan harus tetap terang”.
"Rumah Baru" Kakek Keng Soen
11 September 2020Tjiong Keng Soen (70) namanya. Ia hidup berpindah-pindah dari lapak satu ke lapak lainnya di Pasar Taniwan Kapuk Raya, Jakarta Utara. Ada kalanya juga ia tidur di Poskamling warga. Prihatin dengan kondisinya, relawan Tzu Chi mengajak Kakek Keng Soen tinggal di “rumah besar” bersama para Lansia lainnya.