Suara Kasih: Memegang Prinsip 4 in 1

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Menumbuhkan Berkah dan Kebijaksanaan  
dengan Memegang Prinsip 4 in 1
     

Bersatu hati menjalankan prinsip 4 in 1
Menciptakan berkah dan menumbuhkan kebijaksanaan di tengah masyarakat      
Batin yang tanpa kerisauan membawa pada perbuatan tanpa cela
Kehidupan yang bebas dari kerisauan adalah kehidupan yang penuh berkah

Melihat ladang pelatihan Tzu Chi di Sanchong, yang terlintas di pikiran saya adalah rasa syukur. Tak hanya bersyukur, melainkan juga mendoakan. Lihatlah, setiap sudut ladang pelatihan ini dapat menjadi tempat para Bodhisatwa dari berbagai negara yang berbeda untuk saling berinteraksi. Mereka pun berinteraksi dengan relawan setempat untuk saling berbagi dan belajar. Tanpa ruangan yang luas, para relawan tak dapat saling belajar mengenai ajaran Jing Si dan membawanya ke negera masing-masing. Untuk itu, kita memerlukan ruangan yang luas.

Ketika tiba di sini pagi tadi, saya terlebih dahulu mengucapkan terima kasih kepada para relawan setempat. Saudara sekalian, meski kalian tinggal di luar negeri, apakah kalian merasa seperti pulang ke rumah? Ada sekitar 1.010 relawan yang pulang dari luar negeri, dan jumlah relawan setempat yang membantu pun mendekati seribu orang. Jadi, dapat dikatakan bahwa masing-masing relawan lokal melayani satu orang dalam menyambut para saudara Se-Dharma yang pulang dari tempat yang jauh.

Setahun sekali kalian pulang ke Taiwan. Selain merasakan keramahan dari para saudara se-Dharma, kalian juga dapat saling belajar karena di negara yang berbeda-beda, tanpa membedakan ras dan keyakinan, semua insan Tzu Chi menjalankan misi dengan kelebihannya masing-masing. Tentu juga terdapat kelemahan. Bagaimana pun itu, kini kita semua telah pulang ke Taiwan, maka dengar dan amatilah dengan sungguh-sungguh sehingga kita dapat mengambil pelajaran dari kelebihan orang lain dalam menyebarkan semangat Tzu Chi, menebarkan benih cinta kasih, dan menggarap ladang batin agar benih-benih ini bertunas.

Beberapa hari ini, saya yakin kalian semua telah mendengar sumbangsih insan Tzu Chi dari negara-negara yang berbeda dan seharusnya telah belajar banyak. Para Bodhisatwa sekalian, kalian sungguh harus memahami setiap pelajaran yang diberikan. Relawan senior yang sering pulang ke Taiwan mungkin cukup terbiasa berinteraksi dengan insan Tzu Chi dari negara lain dan telah memahami “Empat Prinsip dan Empat Ajaran” dalam menjalankan misi Tzu Chi.

Namun, relawan yang jarang pulang atau jarang berinteraksi dengan relawan lain, mungkin merasa asing dengan konsep 4 in 1 ini. Sesungguhnya, prinsip ini tidak akan pernah berubah dan tak lapuk oleh waktu. Meski kalian semua pernah mendengarnya, namun yang terpenting adalah apakah kalian telah mempraktikkannya. Harus diketahui bahwa tujuan prinsip 4 in 1 ini adalah menciptakan berkah bagi manusia dan menumbuhkan kebijaksanaan.

Menciptakan berkah dan menumbuhkan kebijaksanaan harus dijalankan secara bersamaan. Kebijaksanaan adalah kedamaian batin yang diperoleh dari sikap penuh pengertian. Bagaimanakah sikap penuh pengertian itu? Apakah sikap ini ditujukan bagi diri sendiri?(Terhadap orang lain.) Benar, pengertian terhadap orang lain. Jadi, kebijaksanaan adalah kedamaian batin yang diperoleh dari sikap penuh pengertian.

 

Ketika kita melatih diri sebagai praktisi Buddhis, hal yang terpenting adalah mencapai kedamaian dan bebas dari kerisauan. Kita harus mencapai kedamaian batin. Banyak orang awam yang hatinya tak damai. Mengapa demikian? Karena mereka risau tentang memperoleh dan kehilangan. Kerisauan tentang memperoleh dan kehilangan adalah penderitaan terbesar dalam hidup. Inilah penyakit manusia. Manusia mengejar hal-hal yang belum menjadi miliknya.

Ketika tak memiliki apa pun, manusia akan berpikir untuk mendapatkan. Ketika tak memiliki harta, mereka mengejar harta. Ketika tak memiliki ketenaran, mereka mengejar ketenaran. Ketika tak memiliki kedudukan, mereka mengejar kedudukan. Ketika tak memiliki wewenang, mereka mengejar kewenangan. Mereka tak henti-hentinya mengejar semua ini. Ketika sudah mendapatkan uang, mereka masih tidak merasa puas dan terus mengejar lebih banyak.

Ketika telah mendapatkan banyak uang, mereka pun masih merasa tidak cukup. Apa yang akan terjadi ketika mereka sudah memiliki semuanya? Mereka takut akan kehilangan. Meski telah mempunyai banyak uang, mereka masih tak merasa puas. Kerisauan pun muncul. Kerisauan dan kegelapan batin mereka semakin lama semakin tebal.

Pada saat itu kehilangan menjadi hal yang sangat menakutkan bagi mereka. Ketika hidup dalam rasa takut dan khawatir akan kehilangan, mereka akan semakin menderita. Ketika punya uang, mereka tidak beramal karena mereka merasa tak rela. Makin banyak memiliki, mereka makin melekat. Dengan kian banyaknya kerisauan dan noda batin, mereka pun semakin tidak merasa damai. Di tengah kegelapan batin ini, mereka semakin tak bijaksana. Jadi, kita tak boleh menunda-nunda untuk menciptakan berkah karena semua bergantung pada jalinan jodoh. Ketika jalinan jodoh atau kesempatan muncul, manfaatkanlah sebelum ia berlalu.

Intinya, kita harus memanfaatkan kesempatan yang ada sebaik-baiknya. Karena adanya jalinan jodoh, kita dapat berkumpul bersama untuk saling mendukung. Dengan adanya jalinan jodoh ini, barulah kita dapat melatih diri bersama bagaikan hutan bodhi yang tumbuh dari satu akar. Kita semua harus memiliki kesatuan hati bagai bola kristal yang berpusat pada satu titik. Kesatuan hati ini harus kita miliki. Lihatlah, bumi pun bulat seperti bola. Kalian semua pulang dari berbagai belahan bumi yang berbeda. Tak peduli kalian berasal dari negara mana, bumi ini tetap satu. Kita harus bersatu hati bagai bola kristal yang berpusat pada satu titik.

Bukan hanya bersatu hati, melainkan juga berhati murni bagai kristal. Kristal ini sungguh bening, jernih, dan bebas dari noda. Seperti yang tadi sudah saya bahas, mereka yang selalu mengejar keinginan dan tak pernah puas hendaknya belajar untuk melepas. Mencari uang sebanyak apa pun, selamanya tak akan cukup. Semakin tenar kita, kesempatan menciptakan berkah pun berkurang. Semakin berkedudukan,semakin sulit merasakan penderitaan orang lain.

 

 

Karena itu, janganlah terus mengejar harta, kedudukan, dan wewenang. Yang kita perlukan adalah sungguh-sungguh berpijak pada landasan yang kokoh untuk bersumbangsih bagi semua orang di dunia. Menciptakan berkah sangatlah penting. Orang yang menciptakan berkah akan memiliki hati yang damai.

 

Berkah dan kebijaksanaan harus selalu dibina. Para Bodhisatwa sekalian, Tzu Chi memerlukan kalian untuk mengembangkan misi di negara masing-masing. Menciptakan berkah dan menumbuhkan kebijaksanaan harus dijalankan bersamaan. Keduanya ini harus dijalankan di tengah-tengah umat manusia. Kita pun harus menyelami Dharma, barulah bisa berbagi dengan orang lain dan memiliki kehidupan yang tak menyimpang sehingga tidak dirundung kerisauan. Kita harus hidup dalam kedamaian. Kehidupan yang bebas dari kerisauan adalah kehidupan yang penuh berkah dan kebijaksanaan.

Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi
Foto: Da Ai TV Taiwan
 

Artikel Terkait

Memilih Jalan Bodhisatwa Dunia

Memilih Jalan Bodhisatwa Dunia

13 Maret 2014 Sepanjang tahun insan Tzu Chi terus menjalankan berbagai kegiatan yang berlandaskan Empat Misi Utama, yakni Misi Amal, Misi Kesehatan, Misi Pendidikan dan Misi Budaya Humanis. Melalui kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan ini, masyarakat dapat mengenal Yayasan Buddha Tzu Chi dengan baik.
Karena Pendidikan adalah Sebuah Lentera

Karena Pendidikan adalah Sebuah Lentera

22 Juni 2020
Alfiansyah (18) tak bisa membayangkan apa jadinya jika tak dibantu oleh Tzu Chi selama tiga tahun ini. Pasalnya dengan kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan, anak kedua dari empat bersaudara ini terancam putus sekolah. 
Bertobat di Hari Ayah

Bertobat di Hari Ayah

11 Agustus 2011
Sang anak berlutut di depan ayah, menghidangkan teh, memberi kartu ucapan, kemudian membasuh wajah, tangan, dan kaki ayah, kemudian anak memeluk ayah sambil berkata “Papa, aku sayang Papa!” Tersentuh oleh ketulusan sang anak, air mata ayah pun tak terbendung.
Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -