Suara Kasih: Memegang Teguh Kebenaran

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

Judul Asli:

 

Memegang Teguh Ketulusan, Kebenaran,Keyakinan, dan Kesungguhan

 

Memegang teguh ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan
Mengatasi kesulitan dalam mengantarkan cinta kasih
Bekerja sama dengan harmonis dalam bersumbangsih
Menyucikan batin dan menenteramkan masyarakat

“Sebelumnya saya membantu di daerah bencana. Saat mengetahui Tzu Chi kekurangan orang, saya datang membantu sebagai relawan. Natal tahun ini tidak membahagiakan bagi kami, tetapi berkat bantuan kalian, kami pun bahagia. Karena itu, saya juga ingin membantu orang agar mereka juga dapat memperoleh kebahagiaan,” kata salah seorang pengusaha Filipina dalam sharingnya, “kalian bukan hanya memberikan materi, melainkan juga memberi kami cinta kasih sehingga hati kami dipenuhi cinta kasih. Ini pertama kalinya saya merasakan bahwa meski terhadap orang yang berbeda keyakinan, kita juga dapat memberikan cinta kasih.”

Perkataan tadi berasal dari seorang pengusaha di Filipina. Di sana, mereka menyumbangkan uang dan tenaga untuk mendukung misi Tzu Chi di tengah masyarakat Filipina. Di mana pun bencana terjadi, baik bencana kecil maupun besar, para pengusaha lokal ini senantiasa menghimpun cinta kasih mereka untuk segera membantu para korban bencana. Saya sungguh bersyukur atas kesungguhan dan cinta kasih banyak orang yang telah menghimpun kekuatan untuk membawa ketenteraman bagi masyarakat Filipina ini. Contohnya saat Badai Tropis Washi melanda Filipina bagian selatan, tepatnya di Pulau Mindanao. Kehidupan di pulau tersebut bergantung pada sektor pertanian dan kehutanan.

Akan tetapi, akibat penebangan besar-besaran dan minimnya pelestarian hutan, alam setempat menjadi tidak terjaga. Terlebih lagi, pulau tersebut bukanlah jalur yang sering dilalui badai. Apalagi saat ini bukanlah musim datangnya badai, maka mereka tidak melakukan antisipasi khusus, juga tidak mengevakuasi warga yang tinggal di dataran rendah. Semua ini tidak dilakukan. Mereka menjalani aktivitas seperti biasa. Jadi, saat badai datang pada tengah malam, ia mengakibatkan banjir di belasan desa. Desa-desa yang terletak di daerah pantai mengalami banjir akibat pasangnya air laut. Korban jiwa pun mencapai lebih dari seribu orang.

Kali ini saya juga amat berterima kasih kepada insan Tzu Chi Filipina yang telah bekerja tak kenal lelah untuk melakukan perencanaan dan penyaluran bantuan.Mereka sangat bersungguh-sungguh. Tentu dibutuhkan banyak orang. Saya juga berterima kasih kepada para pengusaha setempat yang menyumbangkan dana dan tenaga.

Selain itu, untuk mengirimkan barang bantuan ke Mindanao dibutuhkan alat transportasi baik darat, udara, maupun laut. Maskapai Philippine Airlines dan Zest Airways bersedia membantu Tzu Chi untuk membantu pengiriman barang bantuan secara gratis ke daerah bencana. Dari jalur laut, angkatan laut dan perusahaan perkapalan juga membantu kita mengirimkan beras, dan lain-lain.

Akan tetapi, saat pembagian tengah dipersiapkan, sebagian barang bantuan belum tiba akibat kerusakan teknis pada kapal. Lalu apa yang mereka lakukan? Relawan kita sungguh penuh welas asih dan kebijaksanaan. Mereka menghadapi perubahan dengan bijaksana, juga tidak kehilangan cinta dan welas asih. Mereka terlebih dahulu membagikan barang bantuan yang sudah tiba dan berusaha menenangkan setiap orang dengan mengajak semua orang tulus berdoa sehingga para penerima bantuan diliputi sukacita.

Insan Tzu Chi juga berusaha meyakinkan mereka karena sebagian orang bertanya-tanya apakah dengan adanya penundaan kali ini, insan Tzu Chi akan kembali ke daerah itu untuk membagikan barang bantuan susulan. Ada orang yang merasa ragu. Akan tetapi, ketulusan sikap insan Tzu Chi berhasil membangun kepercayaan di hati mereka. Beberapa hari kemudian, barang bantuan tiba sesuai yang dijanjikan. Orang-orang pun merasa organisasi Tzu Chi ini sungguh tulus. Setiap kali akan memulai persamuhan Dharma, bukankah kita akan melantunkan Gatha Pendupaan yang berbunyi “Berkat ketulusan yang mendalam”. Kita harus benar-benar tulus.

Insan Tzu Chi haruslah tulus, benar, yakin, dan sungguh-sungguh. Meski barang bantuan sempat tertunda di laut, namun pada akhirnya kita tetap bisa membagikan seluruhnya sesuai janji. Inilah hati Buddha yang penuh cinta kasih dan welas asih. Kekuatan ini ada berkat bantuan banyak orang yang turut membantu dalam proses pengiriman hingga barang bantuan benar-benar tiba. Ini adalah berkat warga yang penuh cinta kasih yang telah membantu pengiriman dengan kerja sama yang harmonis. Tentu, pemerintah setempat juga sangat memercayai Tzu Chi. Mereka juga mengerahkan angkatan darat dan laut untuk membantu kita.

Sungguh, untuk menyelesaikan suatu hal, kita sungguh membutuhkan bantuan negara, masyarakat, serta para insan berhati mulia. Selain itu, masih ada relawan lokal yang meski kekurangan secara materi, namun kaya secara batin. Kita pernah menggerakkan membantu mereka dalam program bantuan dengan pemberian upah dan kini mereka telah mengenal Tzu Chi dengan baik. Mereka melewatkan Hari Natal, hari untuk berkumpul dengan keluarga, demi membantu dalam pembagian bantuan ini. Mereka semua berkata bahwa bersumbangsih bagi orang lain adalah suatu hal yang membawa sukacita. Mereka telah membuka pintu cinta kasih dalam batin mereka sehingga tidak akan menyia-nyiakan waktu atau membuang waktu untuk bersenang-senang.

Mereka mengorbankan hari libur yang dapat digunakan untuk bersenang-senang dan tidak menjadi penghalang untuk berbuat baik. Mereka tetap sepenuh hati bersumbangsih bagi sesama yang menderita. Mereka amat bersemangat. Belakangan ini saya terus mengatakan bahwa kita harus membentangkan jalan dengan cinta kasih, membangun jembatan dengan welas asih, membimbing dengan penuh kearifan, dan giat melatih diri dengan penuh kebijaksanaan.

Hati seperti inilah yang harus kita miliki untuk dapat terus maju melangkah.Semua ini sungguh menyentuh. Singkat kata, kebenaran hanya satu, tergantung bagaimana kalian menerapkannya untuk menyucikan hati manusia demi terciptanya masyarakat yang harmonis sehingga dunia dipenuhi keselarasan dan jauh dari bencana.

Intinya, melihat warga Filipina bersumbangsih dengan cinta dan kesungguhan, saya percaya negara mereka akan damai dan masyarakat akan harmonis. Meski dilanda bencana, namun ada begitu banyak orang yang bersumbangsih dengan cinta kasih. Tentu, untuk pembagian bantuan kali ini, terima kasih juga kepada insan Tzu Chi Taiwan yang telah mengirimkan 20 ribu helai selimut dan juga 200 ton beras dari Dewan Pertanian Taiwan ke daerah bencana. Akhir kata, orang yang dapat membantu orang lain dan negara yang dapat membantu negara lain sungguh sangat memiliki berkah. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.


Artikel Terkait

Menjadi Murid yang Memahami Guru

Menjadi Murid yang Memahami Guru

07 Maret 2012 Pada tanggal 3 dan 4 Maret  2012, sebanyak 48 relawan biru putih mengikuti pelatihan calon komite di Sekolah Tzu  Chi Indonesia. Relawan yang hadir pada hari tersebut adalah mereka yang sudah siap untuk menjadi calon komite yang akan dilantik pada bulan November 2012 di Taiwan.
Langkah Kecilmu Selamatkan Bumi

Langkah Kecilmu Selamatkan Bumi

08 Maret 2013 Setelah melakukan senam, para relawan bahu membahu membawa sampah daur ke dalam gedung serbaguna. Mereka juga tidak lupa menggunakan “senjata perang” mereka, yaitu sarung tangan, cutter, dan masker. Maka para relawan pun siap memulai “perang” mereka dengan sampah-sampah yang nantinya akan mereka jadikan emas.
Satu Kegiatan, Tiga Tujuan

Satu Kegiatan, Tiga Tujuan

08 September 2021
Titin dan suaminya Syaiful, pemilik Warung Makan Titin merasa tersentuh dengan uluran tangan relawan Tzu Chi yang memesan dan membeli makanan dari mereka untuk diberikan kepada mereka yang membutuhkan.
Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -