Suara Kasih: Memetik Hikmah dari Bencana

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Memetik Hikmah dari Bencana

Badai Tropis Kong Rey membawa awan tebal yang mengakibatkan bencana banjir di Taiwan
Kita hendaknya selalu mawas diri karena kehidupan manusia tidak kekal
Memperpanjang tali cinta kasih dan membentangkan Jalan Bodhisatwa
Memberikan bantuan dengan penuh hormat dan mengembangkan kebijaksanaan

“Ini bekas banjir pada tahun 2009 lalu. Ini bekas banjir yang pertama kemarin. Di atasnya itu adalah bekas banjir yang kedua kemarin. Bahkan plafon rumah pun hanyut terbawa banjir,” jelas Cai Yu-bao, Kepala daerah Xin He. Penduduk Taiwan sungguh telah mengendurkan kewaspadaan dan meremehkan Badai Tropis Kong Rey yang berkekuatan ringan kali ini. Meskipun anginnya tidak kencang, tetapi ia membawa awan tebal yang panjang dan curah hujan yang tinggi.

Meski curah hujan sangat tinggi, tetapi sesungguhnya penyebab terjadinya bencana ini juga karena rencana pembangunan yang kurang ideal. Bangunan yang ada sekarang sudah terlalu banyak. Di dunia ini, lingkungan alami terus berkurang dan telah berubah menjadi lingkungan buatan manusia. Karena itu, begitu turun hujan deras, saluran air menjadi tersumbat sehingga air tidak bisa mengalir. Yang paling mengerikan adalah terjadi pendangkalan dasar sungai yang mengakibatkan air tidak dapat mengalir. Ini semua merupakan penyebab terjadinya banjir. Akan tetapi, manusia cenderung sulit untuk memetik hikmah dari bencana. 

Semua ini sungguh membuat kita khawatir. Saya sering berkata bahwa saat terjadi bencana yang menggemparkan dunia, kita harus sadar dan memetik hikmah darinya. Setelah melihat bencana yang begitu mengerikan, manusia masih saja tidak tahu untuk sadar. Mereka hanya merasa takut menghadapi bencana. Saat melihat orang lain dilanda bencana, mereka selalu berpikir itu tak ada hubungannya dengan mereka. Namun, saat mereka sendiri dilanda bencana, mereka akan berkeluh kesah dan bertanya mengapa hal ini bisa terjadi. Mereka akan terus berkeluh kesah.

Sungguh, hal yang paling mengkhawatirkan adalah melihat manusia yang sama sekali tidak berintrospeksi. Kita harus benar-benar bertobat dan berintrospeksi. Semua ini harus dimulai dari diri sendiri. Pikiran kita harus lurus, jalan yang kita tapaki juga harus lurus. Jika pikiran kita lurus dan jalan yang ditapaki juga lurus, maka laju pemanasan global pada hari ini tidak akan begitu cepat. Bencana alam seperti tanah longsor juga tidak akan kerap terjadi.

Lihatlah, bencana bisa terjadi dalam sekejap. Ketika turun hujan deras, kandungan air di gunung menjadi sangat tinggi. Mengapa gunung yang begitu kokoh tidak kuat menyerap air hujan? Ini karena struktur pegunungan sudah dirusak. Ini sama seperti sebuah luka kecil di tubuh saya. Jelas-jelas saya sudah menjaganya dengan baik, tetapi ia masih saja sering berdarah. Ini karena pada saat baru terluka, saya tidak menjaganya dengan baik dan selalu mengabaikannya. Saat saya ingin benar-benar menjaganya, sepertinya sudah terlambat. Tubuh manusia, struktur pegunungan, dan bumi adalah sama.

Kita telah melihat tahan longsor yang sangat mengerikan. Sungguh membuat orang takut melihatnya. Kita juga bisa melihat insan Tzu Chi yang membuat orang sangat tersentuh. Mereka selalu memperpanjang tali cinta kasih. Pada hari libur, kepala RS dan para kepala departemen dari RS Tzu Chi Dalin mengajak anak-anak mereka ke lokasi bencana. Mereka melakukan kunjungan kasih ke rumah lansia dan warga yang mengalami kesulitan gerak.

“Sejauh ini, sebagian besar pasien menderita luka akibat terendam air. Berhubung mereka tidak mampu keluar untuk berobat, maka kami yang datang menghampiri mereka. Jika dibiarkan sehari atau dua hari lagi, luka mereka akan terinfeksi,” ujar Lai Ning-Shen, Kepala rumah Sakit Tzu Chi Dalin.

Para dokter membantu membersihkan luka dan mencuci kaki mereka serta terus mengingatkan mereka agar tak lagi membiarkan kaki mereka terendam air kotor. Para dokter Tzu Chi berjongkok dan merawat mereka dengan penuh kehangatan. Bukankah mereka adalah Bodhisatwa dunia dan Tabib Agung di tengah umat manusia? Selain mengobati luka dan memberi penghiburan, para dokter juga membersihkan rumah mereka. Lihatlah, ini sungguh membuat orang tersentuh. Inilah kehangatan di dunia. Mereka adalah Bodhisatwa dunia. Bukankah mereka hidup di hadapan kita untuk membentangkan Jalan Bodhisatwa yang penuh cinta kasih? Inilah Jalan Bodhisatwa. Inilah tali cinta kasih dan cinta kasih universal.

Kita juga bisa melihat interaksi penuh rasa hormat antarsesama manusia. ”Ini bantuan dana tunai untuk Anda. Anda jangan merasa takut. Terima kasih. Hari ini, kita membawa bantuan dana tunai dan doa dari Master untuk menghilangkan rasa takut dan  menenangkan hati mereka. Anda harus makan kenyang agar memiliki tenaga untuk membersihkan rumah. Ayo bersemangat!,” ujar Su Bao-qin, relawan Tzu Chi.

Lihatlah, setiap insan Tzu Chi baik yang berada di wilayah utara Taiwan maupun di wilayah selatan Taiwan, semuanya berjalan kaki dari rumah ke rumah untuk membagikan makanan hangat, memberi penghiburan, melakukan survei bencana, serta membantu para lansia yang hidup sebatang kara. Inilah yang dilakukan oleh para insan Tzu Chi. Mereka tidak memedulikan kondisi mereka sendiri, melainkan berfokus untuk memperhatikan orang lain. Mereka juga mencari tahu bantuan apa yang diperlukan oleh warga pascabencana. Mereka sungguh adalah Bodhisatwa dunia.

Insan Tzu Chi di seluruh Taiwan bergerak untuk membantu bencana kali ini karena wilayah Taiwan sangatlah kecil. Karena itu, saya sering mengingatkan setiap orang, terutama kita yang tinggal di Taiwan harus lebih meningkatkan kewaspadaan. Yang lebih membuat saya khawatir adalah kini, sebuah topan lain kembali terbentuk di permukaan laut. Tak peduli ke mana arahnya, ia pasti akan membawa kerusakan bagi bumi. Semua bencana alam ini disebabkan oleh ketidakselarasan unsur alam.

Kita telah melihat di Peru, selama sepuluh tahun terakhir ini, belum pernah turun salju selebat ini. Selain manusia yang terkena dampaknya, banyak hewan ternak yang juga mati membeku. Inilah yang terjadi di Peru. Selain itu, pada tanggal 31 Agustus lalu, di perbatasan antara Yunnan dan Sichuan tiba-tiba terjadi gempa bumi. Pascagempa tersebut, hujan lebat terparah dalam 50 tahun terakhir mengguyur beberapa wilayah di Yunnan.

Hujan lebat yang turun tiba-tiba ini berdampak pada lebih dari 8.000 orang. Kemarin malam, di Indonesia juga terjadi gempa bumi berkekuatan 6,5 skala Richter. Singkat kata, bencana di dunia sungguh banyak. Lihatlah, sebuah badai tropis berkekuatan ringan saja bisa berdampak pada seluruh wilayah Taiwan, yakni dimulai dari Keelung hingga Pingtung. Untungnya, sebelum badai tropis melanda, Untungnya, sebelum badai tropis melanda, insan Tzu Chi sudah terus mengimbau warga agar meningkatkan kewaspadaan dan terus mencurahkan perhatian.

Pascabencana, insan Tzu Chi tetap bergerak untuk memberikan bantuan. Kontribusi mereka sungguh mendatangkan kehangatan. Intinya, kita harus mawas diri dan berhati tulus. Janganlah kita mengendurkan kewaspadaan. Kita harus berintrospeksi, bertobat, dan bersyukur. Para staf misi kesehatan Tzu Chi dan seluruh insan Tzu Chi telah bergerak untuk memberikan bantuan. Melihat semua ini,                 hati saya dipenuhi rasa syukur yang tak habis diungkapkan dengan kata-kata. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 

Artikel Terkait

Kebahagiaan yang tak Ternilai

Kebahagiaan yang tak Ternilai

26 Maret 2013 Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Perwakilan Bandung  bekerjasama dengan Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP), mengadakan bakti sosial operasi katarak secara gratisyang dilaksanakan di Priangan Medical Center, Jl. Nana Rohana No. 37, Bandung.
Turut Menjaga Kesehatan Ibu Hamil dan Anak

Turut Menjaga Kesehatan Ibu Hamil dan Anak

28 November 2023

Relawan Xie Li Kutai Barat (Kubar) dari Unit Sungai Pilos Estate melakukan penyuluhan kesehatan ibu dan anak di Balai Penitipan Anak (BPA) Pondok 1 pada Senin (13/11/23).

Donor Darah, Cara Lain Menghimpun Berkah

Donor Darah, Cara Lain Menghimpun Berkah

07 Mei 2024

Relawan Tzu Chi dari komunitas Kebon Jeruk, He Qi Barat 2 mengadakan kegiatan donor darah pada tanggal 27 April 2024 di Sekolah Notre Dame Jakarta Barat.

Keharmonisan organisasi tercermin dari tutur kata dan perilaku yang lembut dari setiap anggota.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -