Suara Kasih: Memikul Tanggung Jawab Atas Dunia

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Memikul Tanggung Jawab Atas Dunia

Keharmonisan dan sikap menghormati menciptakan keindahan di dunia
Membina kaum muda untuk turut bersumbangsih
Berbuat baik, berbakti, dan tidak berjalan menyimpang
Turut memikul tanggung jawab bagi semua orang di dunia

Kehidupan manusia sungguh tidak kekal. Musibah selalu terjadi dalam waktu sekejap. Kita sungguh harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan. Yang terpenting adalah kita harus menghadapi setiap masalah dan setiap orang dengan tulus dan menggenggam setiap kesempatan untuk mengikat jalinan jodoh dengan banyak orang. Hari ini, pagi-pagi sekali, kita dapat melihat  para anggota Tzu Ching kembali ke Griya Jing Si. Mereka berjalan kaki menuju Griya Jing Si demi melatih daya tahan mereka. Selain itu, berjalan kaki  di saat matahari belum terbit juga melambangkan bahwa mulanya kita masih berada dalam kegelapan batin. Mereka berjalan selangkah demi selangkah mengikuti para bhiksuni menuju Griya Jing Si.

Saat tiba di tempat tujuan, langit sudah terang. Ini melambangkan perubahan  dari batin yang gelap ke terang.  Saya berharap para Tzu Ching  bisa mempertahankan kecemerlangan hati mereka. Semoga anggota Tzu Ching bisa terus bertambah serta memiliki kesatuan tekad untuk bersumbangsih bagi dunia. Saya sangat bersyukur melihat para anggota Tzu Ching kembali untuk mengikuti kamp musim panas Tzu Ching. Kamp tersebut sudah dimulai sejak kemarin. Beberapa alumni Tzu Ching juga kembali untuk mendampingi. Saya sungguh dipenuhi kehangatan dan sukacita melihat para alumni Tzu Ching.

Dahulu, setiap kali anggota Tzu Ching lulus dari perguruan tinggi, mereka selalu membangkitkan tekad untuk bergabung dengan Tzu Chi setelah terjun ke masyarakat. Mendengar itu, saya selalu berkata bahwa hati anak-anak mudah berubah. “Mungkin kalian akan melupakan ikrar kalian jika sudah terjun ke masyarakat.” Akan tetapi, kita dapat melihat para Tzu Ching, terlebih lagi para alumni, mereka tak hanya bekerja di badan misi Tzu Chi, namun juga menjadi pembimbing bagi anggota Tzu Ching sekarang serta saling berbagi pengalaman. Saya sungguh senang melihatnya.

Dua tahun lalu, saat berkunjung ke Tainan, saya berbagi kisah hidup saya  dengan para Tzu Ching. Saat saya masih muda dan belum menjadi bhiksuni, saya bertanya kepada seorang bhiksuni, “Wanita seperti apa yang paling bahagia?” Beliau menjawab, “Wanita yang bisa menjinjing keranjang sayur adalah wanita yang paling bahagia.” Saya kembali bertanya, “Apakah maksud Anda saat wanita memiliki andil dalam keluarga dan bebas mengatur penggunaan uang, maka dia adalah wanita yang paling beruntung?” Beliau menjawab, “Benar. Pemahamanmu benar.” Saya kembali bertanya,  “Apakah kehidupan demikian bermakna? Seumur hidup seorang wanita hanya bekerja bagi satu keluarga.” Saya berkata,  “Saya tidak ingin kehidupan demikian.” Beliau bertanya,  “Kehidupan seperti apa yang kamu inginkan?” Saya menjawab, “Wanita juga bisa melakukan pekerjaan pria dan turut mengemban tanggung jawab atas dunia.” Beliau bertanya, “Apa yang ingin kamu lakukan?”

Percakapan tersebut mendatangkan perubahan besar dalam hidup saya. Saya berbagi kisah ini kepada para anggota Tzu Ching di Tainan. Dengan serempak sekelompok Tzu Ching berkata kepada saya, “Master, kami akan membantu Master menjinjing keranjang sayur.” Saya menjawab, “Kini, menjinjing  keranjang sayur saja tidak cukup. Kita hendaknya memanggul bakul beras bagi dunia. Kita harus bersumbangsih bagi  setiap orang yang menderita di dunia ini.”

Saat ini, kondisi dunia sangat tidak seimbang dan empat unsur alam juga tidak selaras. Ini semua terjadi karena populasi manusia yang bertumbuh dengan pesat. Semakin banyak manusia, karma buruk yang tercipta juga semakin banyak. karma buruk yang tercipta juga semakin banyak. Ini karena pola pikir anak muda zaman sekarang dengan pola pikir anak muda pada zaman saya sama sekali berbeda. Dahulu, orang-orang takut tak memiliki pekerjaan. Tak peduli sekeras apa pun pekerjaan itu, mereka tetap melakukannya karena mereka ingin memiliki pekerjaan tetap. Mereka tidak takut kesulitan. Akan tetapi, tidak demikian dengan sekarang. Kita dapat melihat bahwa anak muda bahkan orang paruh baya saat ini ingin mendapatkan penghasilan yang banyak, namun ingin pekerjaan yang sedikit dan santai. Mereka juga enggan bekerja di luar jam kerja atau memiliki tanggung jawab. Mereka ingin memperoleh gaji tinggi dengan pekerjaan yang sedikit. Tak ada seorang pun yang mau bekerja kasar. Pola pikir seperti itu sangatlah berbahaya.

Kehidupan kita sehari-hari tak bisa terlepas dari barang keperluan. Kita juga memerlukan bantuan mesin dan alat berat. Dalam kehidupan sehari-hari, pakaian yang kita pakai dibuat dengan mesin. Beras yang kita makan juga dipanen dan diolah dengan bantuan alat berat. Saat ini, banyak pekerjaan  yang mengandalkan mesin. Akan tetapi,  tak ada orang yang ingin menjadi operatornya. Apa yang harus kita lakukan? Pekerjaan yang berkaitan dengan mesin sangat berat dan kasarsehingga tak ada orang yang ingin melakukannya.

Bayangkan, orang zaman sekarang tak ingin melakukan pekerjaan yang berat, namun tak memiliki kompetensi kerja. Karena itu, orang tua merekalah yang harus membiayai hidup mereka. Orang tua mereka membiayai mereka hingga tua. Ini sungguh menakutkan. Saya berharap anak muda di masyarakat kita sekarang bisa bangkit dan tidak takut bekerja keras. Arah dan tujuan haruslah benar. Janganlah takut bekerja keras takut berkeringat, dan takut mengeluarkan tenaga. Jika demikian, kehidupan mereka kelak akan sangat sulit.

Intinya, pola pikir manusia harus berubah. Kita harus membimbing setiap orang untuk mengembangkan kekuatan cinta kasih dan membuka pintu hati setiap orang untuk membangkitkan kebajikan hakiki di hati mereka. Selain itu, setiap orang hendaknya berinteraksi dengan harmonis antarsesama. Setiap orang hendaknya saling menghormati. Kita harus menjunjung moral dan etika. Orang zaman sekarang  memiliki rambut acak-acakan dan berpakaian tidak rapi. Akan tetapi, anggota Tzu Ching tidaklah demikian. Anggota Tzu Ching selalu berpenampilan rapi dan bersih.

Begitulah seharusnya manusia. Janganlah hanya saat mengenakan seragam Tzu Ching kita baru terlihat bersih. Kita harus membiasakannya setiap saat. Senantiasa menjaga kerapian dan kebersihan tubuh bukan hanya wujud menghormati diri sendiri, namun juga wujud menghormati orang lain. Bodhisattva sekalian, kita harus melatih diri sendiri agar memiliki keharmonisan, rasa hormat, dan sopan santun. Inilah kehidupan manusia yang indah.

Kita juga harus sungguh-sungguh memahami kondisi dunia dan berintrospeksi diri. Ini bagaikan sebidang cermin. Hati kita harus jernih dan bersih baru bisa memantulkan segala fenomena di dunia serta bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Jadi, dalam era sekarang, kita harus memiliki pemahaman atas benar dan salah. Hati kita haruslah bersih bagaikan sebidang cermin. Kita harus belajar untuk senantiasa bersyukur, menghormati, dan mengasihi. Kita harus berterima kasih kepada orang tua, menunjukkan rasa hormat terhadap masyarakat, dan mengembangkan cinta kasih kita. Inilah kehidupan yang bahagia. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou )

 
 

Artikel Terkait

Relawan Penyebar Dharma

Relawan Penyebar Dharma

11 Mei 2011
Para relawan diberikan masukan mengenai teknik fotografi dan etika dalam membuat tulisan. Setelah pengenalan teori, para relawan dibagi menjadi 9 kelompok  untuk untuk mempraktikkan apa yang telah diajarkan dalam pelatihan
Tzu Chi Salurkan Bantuan Kepada Masyarakat Sikh di Jakarta

Tzu Chi Salurkan Bantuan Kepada Masyarakat Sikh di Jakarta

25 Oktober 2021

Ada 200 paket bantuan sembako yang berisi beras, minyak goreng, dan masker medis yang diserahkan Tzu Chi kepada Forum Peduli Masyarakat Hindu Sikh Indonesia pada Jumat, 22 Oktober 2021.

Kebaikan Tanpa Membedakan

Kebaikan Tanpa Membedakan

18 Oktober 2011 Gatot  mengenal Tzu Chi dari pimpinannya di tempatnya bekerja. Saat pertama kali mengikuti acara Tzu Chi, ia melihat pimpinannya tersebut mengangkat-angkat kursi yang menurutnya tak lazim dilakukan oleh seorang pimpinan.
Berlombalah demi kebaikan di dalam kehidupan, manfaatkanlah setiap detik dengan sebaik-baiknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -