Suara Kasih : Memikul Tanggung Jawab

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Bodhisatwa Dunia Memikul Tanggung Jawab yang Berat

Kewaspadaan harus ditingkatkan  saat bermain air pada musim panas
Memerhatikan keselamatan dan menaati peraturan
Bodhisatwa dunia memikul tanggung jawab yang berat
Bersyukur atas dedikasi insan Tzu Chi yang memperoleh penghargaan

Dari tayangan berita di Da Ai TV, saya melihat beberapa hari lalu, di Shalun, Danshui, terjadi sebuah kejadian yang sangat menyedihkan. Banyak petugas dikerahkan untuk mencari dan memberikan pertolongan di laut. Ini karena ada sekelompok anak yang tidak mengindahkan papan larangan berenang sehingga mereka pun tersapu ombak besar. Insan Tzu Chi di Danshui segera mendirikan pos jaga untuk mendukung tim penyelamat siang dan malam serta menghibur keluarga korban.

Selain itu, insan Tzu Chi juga menyediakan minuman dan makanan. Selama beberapa hari ini, insan Tzu Chi sangat bekerja keras. Jadi, paling baik adalah kita harus membimbing setiap orang agar menaati aturan. Tempat yang berbahaya, janganlah kita kunjungi. Di tempat yang memiliki papan peringatan, kita harus mematuhi ketentuan. Jika setiap orang dapat menjaga sebersit niat dengan baik dan menaati aturan, bukankah semuanya akan aman dan tenteram? Sebuah niat yang menyimpang membawa bencana yang membuat kita tak berdaya.

Setiap orang pada dasarnya memiliki hakikat yang murni dan taat peraturan. Akan tetapi, karena di kemudian hari ternoda kegelapan batin, manusia berbuat semaunya tanpa  memedulikan apa pun, seperti kata orang Jepang, “Wagamama.” Artinya, berbuat semaunya. Dengan demikian, kita akan berjalan semakin menyimpang. Jadi, kita harus mendidik anak-anak dengan baik agar mereka bisa berjalan ke arah yang benar. Terlebih lagi anak kecil dan anak muda, kita harus membangkitkan cinta kasih mereka.

Semangat cinta kasih universal haruslah diajarkan sejak kecil. Saya sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi di seluruh dunia. Setiap orang telah bergerak. Baik di Tiongkok, Malaysia, maupun di Taiwan, kita dapat melihat kesungguhan insan Tzu Chi. Para guru dari Asosiasi Guru Tzu Chi membawa murid Sekolah Menengah Atas Tzu Chi pergi ke Sichuan, Tiongkok untuk menumbuhkan sikap yang penuh keteladanan.

Saya sangat berbahagia dan bersyukur melihatnya. Guru dan murid dari Taiwan bersama-sama berangkat ke sana. Kepala sekolah dan guru setempat dapat melihat bagaimana guru-guru Taiwan mendidik anak-anak. Anak-anak juga bisa belajar bagaimana cara menerima pendidikan. Dalam proses belajar mengajar ini, metode para guru dalam mendidik dan kesungguhan anak-anak dalam menerima pelajaran dapat kita lihat melalui penampilan dan perilaku anak-anak. Ini adalah benih dan hasil dari proses belajar mengajar.

Kita dapat melihat keteladanan anak-anak yang terdidik dengan baik. Ini semua membutuhkan metode. Contohnya, lagu Lukisan Kambing Berlutut, drama musikal Sutra Bakti Seorang Anak, dll., semua dipentaskan demi mendidik anak-anak. Kita juga melihat insan Tzu Chi menggunakan metode yang sama untuk mendidik anak-anak di Suzhou, Shanghai, dan Kunshan agar mereka bisa memahami cinta kasih orang tua mereka serta cara mengungkapkan rasa terima kasih terhadap orang tua mereka.

Di TK Tzu Chi Malaysia, anak-anak terus dididik untuk membangkitkan cinta kasih mereka serta mempraktikkannya lewat tindakan nyata. Mereka diajarkan untuk memahami bahwa masih banyak anak-anak yang kelaparan. Diharapkan mereka bisa menghimpun sedikit kekuatan untuk bersumbangsih. Jadi, kita membimbing anak-anak dengan kebijaksanaan agar mereka bisa hidup rajin dan hemat.

Mereka sungguh telah melakukannya. Mereka kini dapat berhemat. Mereka juga mempraktikkan pola makan cukup 80 persen kenyang. Bagaimana caranya? Makanan kecil untuk setiap anak adalah 3 potong biskuit. Mereka memakan 2 potong dan menyisahkan 1 potong. Satu demi satu potong biskuit yang mereka sisihkan setiap hari bisa diberikan kepada anak-anak yang hidup kekurangan. Selama 1 bulan, mereka berhasil mengumpulkan 1 kaleng besar biskuit.

 

Ini merupakan pendidikan yang baik dan pendidikan yang sangat nyata. Tidak hanya melalui ucapan saja, tetapi anak-anak dibimbing untuk mempraktikkannya agar mereka mengetahui bahwa cinta kasih harus dimulai dari diri sendiri. “Kami ingin mengantarkan cinta kasih. Untuk mengantarkan cinta kasih,” ucap seorang murid. Seseorang pun bertanya, “Apa yang kalian berikan kepada Paman dan Bibi?”anak tersebut menjawab, ”Biskuit, setiap hari kami makan 80 persen kenyang dan menyisihkan 20 persen untuk membantu sesama. Sungguh, insan Tzu Chi Malaysia telah mengemban Empat Misi Tzu Chi dengan sungguh-sungguh dan menanamkannya di negara mereka.

Saya juga melihat sebuah berita yang membuat saya sendiri merasa malu, tetapi saya juga memanjatkan rasa syukur tidak terhingga. Beberapa hari lalu, Ji Yuan, Ji Hang, dan beberapa Bodhisatwa lainnya dari Penang kembali ke Taiwan untuk khusus mengantarkan penghargaan dari pemerintah Penang kepada saya, yakni gelar Datuk Seri. Saya merasa heran mengapa mereka bisa memberikan gelar ini kepada saya, padahal saya tidak pernah berkunjung ke sana. Mengapa? Insan Tzu Chi menjawab, “Karena Tzu Chi telah sangat membantu daerah setempat.”Karena itu, pemerintahan Penang pun memberikan penghargaan ini kepada saya. Saya berkata,“Saya tidak pernah pergi ke sana, kalianlah banyak bersumbangsih.” Insan Tzu Chi menjawab, “Kami melakukannya sesuai dengan ajaran Master.”Saya merasa sangat malu. Penghargaan ini seharusnya diberikan kepada insan Tzu Chi karena insan Tzu Chi-lah  yang telah bersumbangsih, bukan saya. Gelar yang begitu tinggi ini, bagaimana saya bisa terima? Saya sungguh tidak bisa menerima gelar agung ini. Akan tetapi, penghargaan ini berarti bahwa sumbangsih insan Tzu Chi Penang telah mendapat pengakuan dan diyakini oleh warga setempat. Insan Tzu Chi Penang sudah banyak bersumbangsih dan dibutuhkan oleh warga setempat.

Singkat kata, insan Tzu Chi-lah yang telah bersumbangsih. Mereka mendedikasikan segala hasil jerih payah mereka ini bagi saya. Saya sungguh berterima kasih, ke mana pun insan Tzu Chi melangkahkan kaki, mereka selalu menaati peraturan setempat dan senantiasa bersumbangsih. Hasil dicapai ini ada berkat insan Tzu Chi yang bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia. Singkat kata, ada banyak hal yang patut saya syukuri. Akan tetapi, kita harus lebih giat lagi. Setiap orang memiliki tanggung jawab atas masalah yang terjadi di dunia ini. Terlebih lagi, anak kecil dan anak muda sungguh memerlukan pendampingan kita. Kita harus membimbing mereka agar berjalan ke arah yang benar. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou)

 
 

Artikel Terkait

Yayasan Kemala Bhayangkari (YKB) Pusat Kunjungi Sekolah Tzu Chi

Yayasan Kemala Bhayangkari (YKB) Pusat Kunjungi Sekolah Tzu Chi

24 Oktober 2022

Pengurus Pusat Yayasan Kemala Bhayangkari (YKB) yang diwakili oleh Ny. Atik Didik Andiono, Ketua Bidang Sosial Pengurus Pusat YKB bersama pengurus lainnya berkesempatan berkunjung ke Tzu Chi School PIK dan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng pada 21 Oktober 2022. 

Menebar Cinta Kasih Di Bulan Ramadan

Menebar Cinta Kasih Di Bulan Ramadan

07 Juni 2018
Pada Jumat, 1 Juni 2018, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia membagikan bingkisan lebaran kepada warga kurang mampu di wilayah Kecamatan Penjaringan. Sebanyak 1500 bingkisan lebaran dibagikan kepada warga di tiga RW yang masuk dalam wilayah Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.
Suara Kasih: Menyadari Berkah

Suara Kasih: Menyadari Berkah

03 Januari 2012 Beberapa hari lalu saya berkunjung ke Taipei dan mendengar beberapa relawan berbagi. Saya merasa sungguh tersentuh. Kehidupan di Korea Utara sungguh menderita. Akan tetapi, mereka tak menganggapnya sebagai penderitaan.
Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -