Suara Kasih: Memiliki Hati yang Murni dan Cinta Kasih Berkesadaran

Jurnalis : DAAI News, Fotografer : DAAI News
 

Judul Asli:

Memiliki Hati yang Murni dan Cinta Kasih Berkesadaran

Perkataan anak kecil sangat polos dan mengandung kebenaran
Membersihkan lokasi bencana dengan cinta kasih dan welas asih
Dokter Tzu Chi memberikan pelayanan kepada pasien dengan cinta kasih
Menjalani pola hidup vegetaris demi melindungi bumi dan menghindari wabah penyakit

 

Anak-anak membawakan pementasan adaptasi Sutra Makna Tanpa Batas dengan hati yang murni dan polos. Setiap gerakan mereka sangat memiliki kekuatan dan sangat rapi. Kita dapat melihat cinta kasih yang murni dari anak-anak itu. Mereka juga mengambil kotak cinta kasih dan menggalang dana dari para penonton untuk membantu korban bencana di Filipina. Setiap perkataan anak-anak itu dipenuhi dengan kebijaksanaan.

Kemarin, suasana Griya Jing Si juga sangat ramai karena insan Tzu Chi dari beberapa negara kembali ke Hualien. Di antaranya juga terdapat insan Tzu Chi dari Filipina dan Malaysia. Belum lama ini, kedua negara ini dilanda bencana topan dan banjir. Saya sering berkata bahwa Malaysia adalah negara yang sangat aman dari bencana. Namun, pada awal bulan Desember ini, Malaysia juga dilanda banjir parah. Insan Tzu Chi segera bergerak untuk menyalurkan bantuan bencana.

Pascabanjir, para warga membuang perabot rumah yang rusak terendam banjir dan menumpuknya di luar rumah sehingga jalanan juga dipenuhi dengan sampah. Karena itu, insan Tzu Chi setempat juga menjalankan program bantuan lewat pemberian upah. Namun, skala program bantuan lewat pemberian upah di sana tidak sebesar di Filipina. Lebih dari 100 orang berpartisipasi dalam program itu. Sebagian warga melihat insan Tzu Chi turut berpartisipasi melakukan pembersihan bersama para partisipan lainnya. Karena itu, mereka pun ikut bergabung dan tidak ingin menerima upah, melainkan karena ingin menjadi relawan. Kekuatan cinta kasih seperti itu sungguh dapat membangkitkan cinta kasih orang lain.

Kemarin, Relawan Ji Yuan dari Malaysia juga berbagi dengan saya bahwa ada seorang pengusaha yang sengaja naik pesawat terbang untuk datang ke lokasi bencana demi membantu membersihkan lokasi bencana. Ketika jam penerbangan pulangnya hampir tiba, Ji Yuan memberi tahunya, “Jam penerbangan Anda sudah hampir tiba. Bukankah Anda harus bersiap-siap untuk naik pesawat?” Dia menjawab, “Biarkan saya bekerja sebentar lagi. Tambah satu jam juga boleh.” Dia sungguh tulus.

Dia adalah seorang pengusaha, namun karena melihat di tempat yang jauh darinya terjadi bencana, maka didorong oleh rasa iba, dia rela datang meski harus menempuh perjalanan jauh dengan kereta atau dengan pesawat. Semua dia lakukan demi menolong korban bencana yang bahkan tidak dikenal dan berada jauh darinya. Dengan semangat ini, insan Tzu Chi membantu setiap orang dengan penuh cinta kasih dan welas asih.

Dengan menggunakan cinta kasih yang tidak mementingkan jalinan jodoh, insan Tzu Chi bertindak secara nyata. Selain memberikan bantuan materi, insan Tzu Chi juga menyumbangkan tenaga sebagai wujud cinta kasih dan welas asihnya. Cinta kasih seperti ini sungguh tak terbatas. Kontribusi mereka sungguh tak terhitung. Cinta kasih mereka sungguh tak terbatas. Ini sejalan dengan tujuan Buddha datang ke dunia, yakni untuk mengajarkan kepada kita tentang cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin, serta rasa iba terhadap makhluk yang menderita.

Selama lebih dari setengah bulan ini, sesungguhnya saya juga sangat mengkhawatirkan kondisi bencana di Malaysia. Akan tetapi, saya paham bahwa kondisi di sana lebih terkendali. Rumah-rumah warga tidak roboh. Mereka hanya perlu melakukan pembersihan lingkungan pascabanjir. Jadi, kondisinya lebih terkendali.

Akan tetapi, kondisi di Filipina berbeda. Filipina dilanda bencana besar. Karena itu, ada sekelompok Bodhisatwa yang memiliki cinta kasih berkesadaran dengan rela melakukan kontribusi di sana. Para dokter dan tim medis bergantian memberikan pelayanan di sana. Kemarin, dokter Gao dan dokter Wang mengadakan baksos kesehatan di Tacloban. Dengan pos pelayanan medis yang sangat sederhana di tepi jalan, mereka sudah bisa memberikan pelayanan medis. Berhubung pasien yang datang tidaklah banyak, maka mereka menaiki kendaraan beroda tiga untuk mengumumkan kepada warga tentang adanya baksos kesehatan. “Mari, mari, periksakan diri Anda ke dokter jika sakit.” Setelah pengumuman disebarkan di jalan, banyak pasien yang berdatangan. Karena keterbatasan tempat, para dokter pun memeriksa pasien di tepi jalan. Mereka sungguh mengagumkan.

Bodhisatwa berkontribusi bagi dunia dengan hati yang damai dan penuh sukacita. Demikian pula Buddha yang datang ke dunia demi sebuah tujuan penting. Beliau datang ke alam manusia, menjalani fase lahir, melatih diri, hingga mencapai pencerahan dan membabarkan Dharma di dunia. Buddha datang ke dunia sebagai manusia demi membimbing semua makhluk agar kita dapat membuka hati dan memahami kebenaran. Jika kita dapat memahami keterkaitan kita dengan semua makhluk, maka kita akan memiliki cinta kasih berkesadaran.

Kita tidak hanya harus membantu orang-orang yang kenal atau dekat dengan kita, juga tidak hanya menolong orang yang memiliki hubungan darah dengan kita. Semua orang adalah sama. Kita harus memiliki perasaan senasib dan ikut merasakan penderitaan orang lain. Buddha mengajarkan kepada kita bahwa kita harus menjadi Bodhisatwa dunia yang memiliki cinta kasih berkesadaran. Dengan demikian, kita dapat pergi ke mana pun dengan damai dan penuh sukacita. Dengan kekuatan cinta kasih seperti ini, enam tim relawan beserta para tenaga medis bergantian berangkat ke Filipina. Jadi, saya merasa sangat berterima kasih.

Kita juga bisa melihat Natal sudah dekat. Insan Tzu Chi di berbagai negara bergerak untuk membagikan paket bantuan. Asalkan bisa melakukan kunjungan kasih dan membagikan paket bantuan bagi warga untuk menyambut Natal, meskipun lelah juga tidak apa. Semua itu merupakan kehangatan di dunia. Kehangatan sungguh ada di dunia. Semua itu berasal dari cinta kasih semua orang.

Ada banyak kisah menyentuh yang tidak habis diceritakan. Akan tetapi, kita juga melihat sebuah berita dari Hebei, Tiongkok. Akibat wabah flu burung, lebih dari 100.000 ekor ayam dibunuh. Demi memenuhi nafsu makan manusia, banyak ayam diternak. Kini, demi mencegah flu burung, semua ayam dibunuh tanpa terkecuali. Sungguh, dalam kehidupan ini, manusia telah menciptakan banyak karma buruk akibat kegelapan batin. Intinya, kita harus berhati-hati terhadap setiap penyakit.

Selain itu, yang paling baik adalah bervegetaris dan menghindari kontak langsung dengan unggas. Selain itu, jika kita menjalani pola hidup vegetaris, maka penyakit yang berkaitan dengan ternak dapat dihindari. Jika kita terus menyembelih unggas untuk mengambil dagingnya, maka konsekuensinya harus kita tanggung. Dengan menyayangi semua makhluk, berarti kita menyayangi diri sendiri. Dengan demikian, setiap orang bisa hidup sehat. (Diterjemahkan Oleh: DAAI TV)

 
 

Artikel Terkait

Kisah Suami yang Penyayang

Kisah Suami yang Penyayang

28 September 2010 Kamis, 23 September 2010, kelima relawan Tzu Chi itu melakukan kunjungan kasih ke rumah The Loen Nio (67), pasien penerima bantuan pengobatan Tzu Chi yang tinggal di Jl. Dato Tenggara I, RT 09/11 No. 25, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Bantuan Sosial Peduli Covid-19 untuk Warga Subang dan Purwakarta

Bantuan Sosial Peduli Covid-19 untuk Warga Subang dan Purwakarta

21 April 2021

Tzu Chi Bandung menyalurkan paket bantuan sosial Covid-19 untuk 2.571 keluarga yang terdampak pandemi secara ekonomi di Subang dan 540 keluarga di Purwakarta, Jawa Barat. 

Berkembang dengan Cinta Kasih

Berkembang dengan Cinta Kasih

19 Januari 2011 Hari Minggu tanggal 9 Januari 2011, Jing si Books and Café Pluit sudah ramai didatangi para relawan Tzu Chi. Para relawan ini akan mengadakan kegiatan sosialisasi yang bertujuan untuk mengajak orang lain menyebarkan cinta kasih.
Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -