Suara Kasih : Memiliki Pandangan Benar

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Pentingnya Memiliki Pandangan Benar
 

Lima Kekeruhan di dunia memicu terjadinya berbagai bencana
Kekuatan baik dan buruk saling tarik-menarik
Bersedia bertobat dan menyucikan batin
Mengubah kebiasaan buruk untuk menapaki Jalan Bodhisatwa

Wilayah timur laut Jepang kembali diguncang gempa bumi berkekuatan 6,1 skala Richter. Ahli geologi Jepang telah memberi peringatan bahwa gempa bumi akan terus bergerak ke arah selatan. Hal ini sungguh mengkhawatirkan. Setiap hari saya mengingatkan kalian bahwa untuk menyelaraskan unsur alam, kita harus terlebih dahulu menyelaraskan hati manusia.

Kekuatan dari karma buruk kolektif semua makhluk sangatlah besar. Kekuatan karma buruk bagaikan energi yang keruh, yakni Lima Kekeruhan. Kekeruhan pandangan mengakibatkan hati manusia dipenuhi oleh noda dan kegelapan batin serta pandangan salah sehingga karma buruk akan tercipta. Manusia menciptakan karma buruk akibat noda dan kegelapan batin. Noda dan kegelapan batin timbul dari pandangan salah. Ini semua memicu timbulnya kekeruhan kalpa. Kekeruhan kalpa mengakibatkan terjadinya berbagai bencana alam dan bencana akibat ulah manusia.

Kekeruhan kalpa menjadi ancaman besar bagi semua makhluk. Inilah yang dimaksud kekeruhan usia. Lihatlah, kondisi iklim yang ekstrem mengakibatkan bencana terjadi silih berganti. Contohnya, Pantai Gading. Setelah pemilu, mantan presiden enggan menyerahkan kekuasaannya dan bersembunyi dari dunia luar. Hal ini mengakibatkan warga di negara itu terbagi menjadi 2 kelompok. Kekacauan tersebut telah berlangsung selama berbulan-bulan. Mengapa hal ini bisa terjadi? Hanya karena dua orang, bisa memicu pertikaian seluruh warganya sehingga mereka saling melukai. Mengapa hal ini bisa terjadi? Bahkan orang yang terlibat pertikaian pun sulit menjelaskan alasannya. Akibat ketidaktahuan dan pandangan salah manusia, maka terciptalah situasi yang kacau. Inilah kekuatan karma buruk. Kekuatan karma buruk mengakibatkan terjadinya situasi yang kacau. Hal ini sulit dijelaskan, yang pasti ini merupakan karma buruk kolektif.

Liao, ia baru berusia 46 tahun. Ia pernah mengonsumsi narkoba selama 20 tahun. Temannya pernah berkata kepadanya bahwa jika tidak mengonsumsi narkoba berarti tidak ada nyali. Jadi, sejak muda ia mengonsumsi narkoba. Ia terlibat pergaulan yang salah sehingga berjalan menyimpang. Bahkan saat ayahnya meninggal, ia masih tidak sadar.

Ia hanya pulang untuk mengambil uang duka, lalu segera pergi. Apa yang ia lakukan? Membeli narkoba. Lihatlah, ia tersesat hingga tahap itu. Namun, ibunya yang penuh cinta kasih tidak pernah menyerah dengan anaknya. “Saat ia dipenjara di Pingdong, saya selalu mengumpulkan barang daur ulang untuk dijual. Jika menghasilkan 300 NT dolar, saya akan menabung 200 NT dolar. Saya menabung sedikit demi sedikit agar dapat menjenguknya dan mengiriminya uang untuk membeli makanan,” ucap sang ibu.

Ibunya selalu menjenguknya. Salah satu teman ibunya bernama Su-e yang merupakan relawan daur ulang juga menulis surat untuknya. Liao berpikir mengapa seseorang yang tidak ada hubungan keluarga dengannya, namun hanya merupakan teman baik ibunya bisa begitu perhatian dengannya. Suatu hari, ia juga membaca sepucuk surat yang diterima oleh temannya dan mendapati bahwa situasi mereka sama. “Ia adalah putra tunggal seperti saya yang juga terjerumus oleh narkoba. Ibunya sudah berusia lanjut. Adiknya harus bekerja di klub malam demi menopang kehidupan keluarganya. Kami sangat sedih saat membaca surat itu. Lalu, saya menyadari bahwa jika saya terus mengonsumsi narkoba, mungkin adik saya akan seperti adiknya. Saya akan mencelakai keluarga saya. Kali ini, saya sudah bertekad untuk tidak lagi mengonsumsi narkoba dan akan bekerja dengan giat,” tutur Liao.

Setelah melihat kisah orang lain dan terinspirasi oleh surat Su-e, ia memutuskan bahwa setelah keluar dari rumah tahanan, ia akan berhenti mengonsumsi narkoba. “Saya berkata padanya bahwa setelah keluar dari rumah tahanan, ia bisa melakukan kegiatan daur ulang agar dapat menenangkan hati. Adakalanya, meski kita telah bertekad untuk melakukan hal yang benar, namun akibat pergaulan yang salah, kita mudah kembali berjalan menyimpang. Jadi, saya mengajaknya untuk melakukan kegiatan daur ulang dan ia menyetujuinya,” ucap Ibu dari Liao.

Lihatlah, bertobat adalah menyucikan batin. Orang yang bersedia bertobat dapat kembali pada hakikat yang murni. Namun dalam hati Liao, kebaikan dan kejahatan masih saling menarik. Hal ini karena kebiasaan buruk, kegelapan batin, dan pandangan yang salah telah berakar dalam batinnya sehingga sulit dilenyapkan. Jadi, saat itu ia sendiri masih diliputi kebimbangan. Liao berkata, “Sebelumnya, saya tidak pernah melakukan daur ulang. Saat diminta untuk melakukan ini, hati saya penuh pergumulan. Saat itu, saya sungguh tidak ingin datang ke sini karena saya merasa asing.

Setelah selesai memilah botol daur ulang, saya akan duduk di bawah pohon untuk merokok dan berpikir yang tidak-tidak. Kakak Lin Yan melihat saya duduk di sana. Kemudian, ia mulai memerhatikan saya dan terus mencari pekerjaan untuk saya agar saya tidak berpikir sembarangan.”

Noda batin bagaikan racun dan kotoran yang akan menodai batin kita. Karena itu, kita harus mengasihi diri sendiri dan menjaga pikiran dengan baik. Saat niat baik bangkit, masa depan kita akan cerah dan penuh harapan. Saat niat buruk timbul, kita akan berjalan menyimpang, bahkan untuk menarik diri pun kita harus menunggu munculnya penyelamat. ”Ia sering berterima kasih pada saya. Saya berkata padanya bahwa mungkin ia adalah penyelamat saya pada kehidupan lampau. Mungkin pada kehidupan yang akan datang, ia juga akan menjadi penyelamat saya. Saya rasa ini adalah jalinan jodoh, karena adik saya juga mengonsumsi narkoba. Saya juga berharap akan ada orang lain yang menolongnya,” kata Su-e, “Saat melihat orang lain terjerumus narkoba, saya akan teringat adik saya dan penderitaan keluarga saya, terutama ibu saya. Karena itu, saya berusaha keras untuk membimbingnya agar bergabung dengan Tzu Chi. Dengan adanya jalinan jodoh di antara kami, saya akan berusaha keras untuk mendampingi dan mendukungnya.”

Para Bodhisatwa sekalian, berbuat kesalahan tidaklah menakutkan, enggan berubah barulah menakutkan. Pada kehidupan ini, kita harus memaanfaatkan waktu untuk segera bertobat jika berbuat salah. Saat orang lain telah bertobat, kita harus membuka hati dan berlapang dada. Kita harus bertekad untuk menjadi penyelamat bagi lebih banyak orang. Inilah ikrar luhur setiap Bodhisatwa. Saya sungguh bersyukur melihat saat Liao masih di rutan, Su-e sudah mendukungnya, dan setelah ia keluar dari rutan, Lin Yan terus membimbingnya. Semoga kali ini Liao dapat berubah untuk selamanya. Semoga selamanya ia dapat menjadi anak yang berbakti dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Sungguh, saat menyelamatkan satu orang, berarti bertambah satu orang baik di dunia. Kita harus mendoakannya. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 

Artikel Terkait

Bantuan 30.000 Paket Beras kepada Masyarakat Kurang Mampu di Kota Palembang

Bantuan 30.000 Paket Beras kepada Masyarakat Kurang Mampu di Kota Palembang

04 Agustus 2021

Yayasan Buddha Tzu Chi Palembang bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, Mapolda Sumatera Selatan, dan Kodam II Sriwijaya menyalurkan bantuan 30.000 paket atau 150 ton beras untuk keluarga kurang mampu di kota Palembang.

Memaknai Semangat Celengan Bambu

Memaknai Semangat Celengan Bambu

17 April 2014

Berawal dari jodoh peluncuran buku kata perenungan Master Cheng Yen pada Februari lalu, kini Tzu Chi menjalin jodoh kembali dengan pihak manajemen Hotel Borobudur untuk melakukan Sosialisasi Misi Amal Tzu Chi.

Harmonis, Bersyukur, dan Menciptakan Berkah Bersama

Harmonis, Bersyukur, dan Menciptakan Berkah Bersama

16 Januari 2019
Tzu Chi Medan mengadakan Pemberkahan Akhir Tahun 2018 pada Minggu, 13 Januari 2019 di Grand Ballroom Tiara Convention Center, Medan. Acara ini dihadiri oleh 1.112 tamu undangan dan 308 relawan. 
Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -