Suara Kasih: Memperingati Ultah Tzu Chi ke-46
Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Hadi Pranoto, Inge Sanjaya, Sumboko (DAAI TV) Judul Asli:
Memperingati Ultah Tzu Chi yang ke-46 Insan Tzu Chi senantiasa menjaga hati dengan baik | |||
Saya teringat saat Tzu Chi dirintis dengan penuh kesulitan. Saat itu kita tinggal di sebuah wihara kecil yang terletak di belakang Griya Jing Si yang ada sekarang. Pada tahun 1966 kita mendirikan Tzu Chi. Saat itu kita tak punya dana sama sekali dan menghadapi banyak kesulitan. Saya sangat bersyukur karena 3 tahun kemudian ibu saya membantu saya, sehingga saya dapat membeli sebidang tanah. Lalu dengan jaminan tanah ini, kita mengambil kredit dari bank untuk membangun gedung pertama Griya Jing Si dan selesai pada tanggal 14 April 1969. Hari itu, semua orang melakukan ritual namaskara dengan hati penuh sukacita. Pagi itu hujan juga mengguyur seperti pagi ini. Saat itu, saya pergi keluar dan melihat orang-orang melakukan ritual namaskara di tengah guyuran hujan. Saya pun meminta mereka untuk segera masuk ke dalam. Pagi tadi juga demikian. Pagi-pagi sekali saya telah mendengar lantunan Sutra dari tempat yang jauh. Mereka melantunkan Gatha Pendupaan. Barisan relawan yang sangat panjang berada di depan pintu gerbang. Mereka berjalan selangkah demi selangkah menuju Griya Jing Si. Akan tetapi, cuaca tak bersahabat. Saya berkata kepada para anggota Tzu Cheng (Komite Pria) agar keluar dan meminta mereka masuk ke dalam. Melihat suasana pelatihan diri ini, saya merasa sangat tersentuh sekaligus bersyukur. Yang paling saya syukuri adalah kita memiliki tempat yang sangat luas sehingga orang-orang dapat melatih diri bersama. Tahun ini, sejak tanggal 2 April lalu, kita mengadakan kebaktian yang melantunkan Sutra Bunga Teratai. Sebanyak 73 titik (tempat) yang tersebar di 7 negara mengikuti kebaktian ini via konferensi video (live) dengan jumlah peserta 27 ribu orang lebih. | |||
| |||
Ketidakselarasan empat unsur alam bermula dari ketidakseimbangan batin manusia. Kita sungguh berharap setiap orang memiliki hati dan pikiran yang selaras. Untuk itu, kita butuh peran serta agama dalam usaha menyucikan hati manusia. Agama apa pun itu, asalkan mengajarkan pengetahuan dan pandangan yang benar maka akan dapat membimbing hati manusia. Yang sangat dibutuhkan oleh manusia adalah cinta kasih universal yang tanpa pamrih. Buddha datang ke dunia dengan satu tujuan penting, yakni untuk membimbing umat manusia agar memahami tentang hukum sebab akibat. Kita sering berkata sebersit niat dapat menggerakkan seluruh alam semesta. Sebersit niat dalam hati memiliki kekuatan yang sangat besar. Pikiran mengendalikan kita dalam menjalani kehidupan keseharian. Ketamakan dalam hidup ini, akan membuat kita menciptakan banyak karma buruk. Inilah alasan Buddha datang ke dunia. Buddha ingin memberi tahu manusia bahwa segala hal berawal dari sebernit niat. Setiap orang memiliki hakikat Kebuddhaan yang murni. Akan tetapi, orang awam sulit memahami hal ini. Karenanya, selama 42 tahun, Buddha menggunakan berbagai metode terampil untuk membuat manusia paham akan ajaran-Nya. Setelah mengajar selama 42 tahun dan Buddha saat itu telah berusia 70-an tahun, beliau pun tak dapat lagi menunggu untuk mengatakan kepada orang-orang bahwa setiap manusia memiliki hakikat Kebuddhaan. Karenanya, kita tidak bergantung pada Buddha dan Bodhisatwa untuk memperoleh pahala. Kita bisa memperoleh pahala dari kebajikan yang kita lakukan. Kita harus melatih diri dan mempraktikkan kebajikan. Kita harus melatih diri demi memurnikan hati, mengurangi nafsu keinginan, dan memahami ketidakkekalan. Jika kita tak melatih diri pada kehidupan ini, kapan kita akan melakukannya? Saya berharap setiap orang memiliki hati Buddha dan memikul tanggung jawab untuk membebaskan semua makhluk dari penderitaan. | |||
| |||
Karenanya, saya sering berkata bahwa kita harus menggalang Bodhisatwa dunia. Kita harus menginspirasi lebih banyak orang lagi dan menggunakan berbagai cara untuk membangkitkan kesadaran mereka sehingga setiap orang dapat berjalan di arah yang benar. Hal ini lebih penting daripada melakukan ritual namaskara selama 1 jam saja. Setiap saat, kita harus mengintrospeksi diri, bertobat, dan memilih untuk berjalan di jalan yang benar. Kita harus memerhatikan kondisi dunia. Segala hal yang terjadi di dunia ini adalah tanggung jawab setiap orang.Kita harus memikul tanggung jawab atas dunia ini dan menjalankan misi Buddha. Saya berharap agar setiap orang giat mempraktikkan ajaran Jing Si dengan hati yang penuh ketulusan. Kita berharap ketulusan hati ini tak hanya sehari dua hari saja, melainkan setiap saat dan setiap detik. Seperti pada tahun 1969, orang melakukan ritual namaskara di tengah guyuran hujan. Saya keluar dan meminta mereka agar segera masuk ke dalam. Saya sungguh berterima kasih. Dalam waktu 2 tahun, sekitar 4 ribu relawan berpartisipasi untuk menyelesaikan proyek pembangunan ini. Para relawan turut serta dalam membangun rumah batin dan ladang pelatihan mereka sendiri. Bagaimana saya tak bersyukur atas hal ini? Saya sungguh berterima kasih. Diterjemahkan oleh: Laurencia Lou | |||
Artikel Terkait
Ungkapan Saya Bersedia, Menggema di Pelatihan Relawan Tzu Chi Medan
11 Juli 2024Relawan Tzu Chi Medan mengadakan Pelatihan Relawan Abu Putih Ketiga di Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Medan yang diikuti oleh 232 relawan dengan tema Wo Yuan Yi (saya bersedia).
Sembako Cinta Kasih untuk Warga yang Membutuhkan di Tomohon dan Manado
27 Agustus 2021Menempuh perjalanan 40 kilometer dari kantor Tzu Chi, para relawan Tzu Chi Manado tiba di Vihara Buddhayana Tomohon untuk melaksanakan Baksos Pembagian Sembako. Warga yang menerima begitu bahagia, bantuan tersebut turut meringankan kesulitan mereka di masa pandemi.