Suara Kasih: Memperluas Pandangan dan Menumbuhkan Kebijaksanaan

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

Memperluas Pandangan dan Menumbuhkan Kebijaksanaan

Melindungi pikiran dengan tekad yang kokoh
Melapangkan hati agar bisa mengikis noda batin
Memperluas wawasan agar bisa menumbuhkan kebijaksanaan
Menjadi relawan dokumentasi untuk menyebarkan kebenaran tertinggi

Kehidupan di Griya Jing Si dimulai dari pukul 3.50 pagi. Suara pertama yang kita dengar adalah suara genta. Dentangan genta mengingatkan kita untuk mengikis noda batin, mengembangkan kebijaksanaan, dan membangkitkan kesadaran. Suara dentangan genta selalu mengingatkan kita untuk mengikis semua noda batin. Janganlah kita terbelenggu oleh noda batin. Mengapa kita harus memiliki noda batin? Sungguh, jika terbelenggu oleh noda batin,  maka hidup kita akan berlalu sia-sia. Ini sungguh disayangkan. Kehidupan manusia tidaklah kekal. Karena itu, kita harus memanfaatkan setiap waktu untuk melakukan hal yang benar. Kita harus memiliki arah hidup yang benar, jangan terpengaruh oleh sebersit pikiran yang menyimpang.

Belakangan ini saya sering mengatakan bahwa sebersit niat bisa memengaruhi arah seumur hidup kita. Oleh karena itu, kita harus berpegang teguh pada tekad hingga masa yang tak terhingga. Kita harus mempertahankan hati yang murni seperti saat kita membangkitkan tekad awal. Meski dunia ini sangat rumit, tetapi jika kita menyerap Dharma ke dalam hati dan tetap mempertahankan tekad awal untuk berkontribusi bagi umat manusia, maka apa pun kesulitan yang dihadapi,kita akan bisa mengatasinya.

Yang mengkhawatirkan adalah tekad kita belum terlalu kokoh sehingga saat terjun ke tengah umat manusia, pikiran kita mudah bergejolak. Awalnya hati kita sudah sangat murni, tetapi karena kurang berhati-hati, tekad pelatihan diri kita jadi mudah terpengaruh. Tujuan Buddha membabarkan Dharma kepada kita adalah berharap setiap orang bisa terjun ke tengah masyarakat untuk mendapat banyak pelajaran hidup. Karena kebenaran yang sesunguhnya Ini karena kebenaran sejati terdapat dalam batin setiap orang dan bisa terlihat lewat interaksi antarsesama.  

“Di tahun 2006, Saya mempunyai sebuah kesempatan untuk menjadi relawan dokumentasi. Setelah menjadi relawan, tabiat saya mulai berubah. Saya ingat sebelum menjadi relawan, kelebihan saya adalah  melihat kekurangan orang. Misalnya, saat melihat kekurangan seseorang, saya akan langsung menyalahkan dan mengomentarinya. Namun, setelah menjadi relawan dokumentasi, di dalam lingkungan ini, kami dilatih untuk senantiasa melihat setiap orang dari sisi yang paling indah dan paling bajik,” ucap seorang relawan dokumentasi.

Di tengah umat manusia, pengetahuan dan kepintaran  tidak sama kebijaksanaan. Jika memiliki kebijaksanaan, maka kita bisa melihat semua masalah dan setiap orang di dunia dengan jelas. Saat terjun ke masyarakat,  hati kita tidak akan terpengaruh oleh gosip dan tidak akan terbuai oleh kegelapan batin. Inilah kebijaksanaan yang sempurna, yaitu kita bisa berinteraksi dengan harmonis dan menyelesaikan masalah dengan baik tanpa terpengaruh sedikit pun.

Kita memiliki sekitar 6.000 relawan dokumentasi di seluruh dunia yang bekerja demi menjadi saksi sejarah zaman sekarang. Di zaman sekarang ini, mereka tersebar di seluruh dunia untuk mendokumentasikan semua hal yang terjadi di setiap negara. Karena itu, pandangan mereka sangat luas. Jika bukan bergabung dengan Tzu Chi,  segala yang mereka lihat dan dengar hanya berhubungan dengan diri mereka sendiri,  berhubungan dengan keluarga dan lingkungan hidup di sekitarnya. Namun, setelah bergabung dengan Tzu Chi, semuanya jadi berbeda.

Lihatlah sepasang suami istri, Huang Jin-yi dan Ci Yang. Mereka bergabung dengan Tzu Chi pada tahun 1986. Saat itu, mereka datang untuk mengambil foto udara RS Tzu Chi Hualien. Kami bertemu pada saat itu. Saat pertama kali melihat Ci Yang, saya mengatakan bahwa orang yang saya tunggu-tunggu sudah datang. Sejak saat itu, mereka mulai bergabung dengan Tzu Chi. Pada tahun 1991, saat terjadi banjir di wilayah timur Tiongkok, mereka juga ikut menyalurkan bantuan. Hingga tahun 1993, mereka menerbitkan sebuah buku tentang cinta kasih Tzu Chi di Tiongkok yang isinya sangat mendetail. Hingga kini, mereka telah memproduksi program “Jejak Langkah Master” selama 20 tahun lebih. Ini semua sudah dilakukannya sejak masih muda.

Pada kehidupan ini, melalui segala yang dilihatnya, dia banyak belajar. Ini semua karena dia berada di Tzu Chi. Setelah bergabung dengan Tzu Chi, para relawan dokumentasi sungguh telah melapangkan hati mereka. Setiap kali melakukan dokumentasi, mereka melihat penderitaan hidup, cinta kasih tanpa pamrih, lingkungan hidup yang memprihatinkan, dan lain-lain. Mereka harus mengikuti relawan terjun ke lingkungan yang penuh penderitaan untuk mengambil gambar. Mereka juga harus merekam makna di setiap kegiatan dengan sungguh-sungguh. Semakin banyak melihat, pelajaran yang mereka peroleh juga semakin banyak.

Ada seorang relawan berbagi tentang pengalamannya. “Saya sudah lima tahun menjadi staf dokumentasi. Saya merasa pekerjaan saya sangat mulia. Saat kami melakukan wawancara, narasumber kami selalu membuka hati untuk berbagi tentang kisah hidup mereka. Mereka belum tentu bersedia memberi tahu suara hatinya kepada orang lain. Jadi, sering kali setelah mereka berbagi, mereka akan mengatakan, ‘Kakak, bolehkah bagian ini jangan ditayangkan? Saya hanya berbagi dengan Anda.’ Jadi, orang yang paling beruntung adalah kami. Bukankah ini memperluas pengetahuan kita?” ucapnya.

Karena kalian adalah relawan dokumentasi Tzu Chi, maka orang-orang sangat yakin dan memercayai kalian. Meskipun itu adalah rahasia di hati mereka, tetapi karena yang mewawancarai adalah Anda, mereka bersedia membuka pintu hati dan menceritakan isi hati mereka. Ini memperluas pandangan dan menambah pengetahuan para relawan. Selain itu, kita juga menjadi saksi sejarah zaman sekarang serta mengabadikan keindahan dan kebajikan di dunia. Para relawan dokumentasi membabarkan kebenaran tertinggi lewat kisah-kisah yang indah dan bajik. Bagi Tzu Chi, hal ini sangat penting.

Dua hari lalu, saya melihat relawan dokumentasi kita naik ke panggung  untuk memperagakan Bodhisatwa berlengan seribu. Mereka berdiri di satu garis lurus, lalu mengulurkan tangan mereka untuk membentuk formasi Bodhisatwa berlengan seribu. Semua itu sangat mengesankan. Inilah kelemahlembutan di tengah kekuatan. Mereka mampu mendaki gunung  dan mengarungi perairan bersama para relawan Tzu Chi untuk memberikan bantuan. Kali ini, mereka menunjukkan  sisi lembut mereka. Sungguh menyentuh. Singkat kata, pekerjaan dokumentasi ini sangatlah bermakna. Kita dapat melihat cahaya dan kehangatan yang terpancar dari diri mereka. Kehangatan mereka yang mereka pancarkan bagaikan mentari di pagi hari yang sangat lembut. Mereka sungguh telah menunjukkan  kekuatan mereka yang sebenarnya. (Diterjemahkan Oleh: DAAI TV )

 
 

Artikel Terkait

Banjir Jakarta: Bantuan bagi Warga Pegangsaan dan Sukapura

Banjir Jakarta: Bantuan bagi Warga Pegangsaan dan Sukapura

20 Januari 2013

Sudah sejak jauh-jauh hari, para staf dan relawan Tzu Chi Indonesia mempersiapkan diri untuk acara Pemberkahan Akhir Tahun tanggal 19 dan 20 Januari 2013. Setiap relawan sudah begitu bersemangat untuk menerima Angpau Berkah dari Master Cheng Yen.

Indahnya Berbagi dalam Keberagaman

Indahnya Berbagi dalam Keberagaman

29 Mei 2019
Perbedaan bukan halangan bagi insan Tzu Chi untuk berbuat kebaikan. Hal ini dapat dilihat dari keharmonisan antara relawan Tzu Chi dengan anak-anak Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution di Kota Medan. Kedatangan para relawan disambut hangat oleh Ibu Tuti Suryani, sebagai perwakilan panti. 
Kunjungan Kasih Karena Ada Ikatan Batin

Kunjungan Kasih Karena Ada Ikatan Batin

12 Oktober 2015

Tidak bisa dipungkiri, para relawan Tzu Chi tidak hanya sibuk berkegiatan di Tzu Chi saja, tetapi mereka juga memiliki kesibukan dalam pekerjaan mereka masing-masing. Namun, di tengah kesibukannya itu, para relawan Tzu Chi masih senantiasa meluangkan waktunya untuk berbagi kasih dengan sesama.

Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -