Suara Kasih: Mempraktikkan Dharma dalam Keseharian

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

 

 

Judul Asli:

Mempraktikkan Dharma dalam Keseharian

Ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan jalan kebenaran
Mazhab Tzu Chi adalah Jalan Boshisatwa di dunia
Mempraktikkan ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari 
Senantiasa bersumbangsih sebagai Boshisatwa dunia

Semangat mazhab Tzu Chi dan ajaran Jing Si berdasar pada ajaran Buddha dan Jalan Boshisatwa. Bagaimana cara kita menapaki Jalan Boshisatwa? Saya berharap setiap orang bisa mempraktikkan Dharma dalam keseharian dan bersumbangsih sebagai Boshisatwa di dunia. Setelah mencapai pencerahan, Buddha berkata kepada kita bahwa setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Artinya, bukan hanya Beliau, Buddha Sakyamuni yang bisa memperoleh kesadaran, sesungguhnya semua makhluk hidup memiliki hakikat kebuddhaan dan setiap orang bisa mencapai kebuddhaan.

Kata-kata ini sangat menginspirasi saya. Kata-kata ini sangat bermakna bagi saya. Saya sangat memercayainya. Karenanya, saya menggunakan kata-kata itu sebagai landasan ajaran Jing Si. Kita harus mempraktikkan ajaran Buddha. Berhubung semua orang memiliki hakikat kebuddhaan, kita harus menghormati diri sendiri sekaligus menghormati orang lain. Inilah prinsip utama kita. Saya berharap setiap insan Tzu Chi bisa membangun ikrar luhur. Ini karena ajaran Jing Si mengandung Empat Ikrar Agung Boshisatwa. Empat Ikrar Agung Boshisatwa berarti kita harus membangkitkan hati untuk membimbing dan menolong semua makhluk. Ketahuilah bahwa tujuan utama Buddha datang ke dunia adalah untuk membimbing semua makhluk.  Berhubung kita ingin meneladani Buddha, maka kita harus membangun ikrar yang sama seperti Buddha, yaitu berikrar untuk menyelamatkan semua makhluk yang tak terhitung. Akan tetapi, semua makhluk memiliki noda batin yang tiada akhir.

Setiap orang memiliki noda dan kegelapan batin. Setiap orang memiliki tabiat buruk sehingga sulit untuk bekerja sama dengan harmonis. Karenanya, setiap hari saya mengingatkan kalian untuk bekerja sama dengan harmonis. Kita harus bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong. Dengan demikian, barulah kita bisa sungguh-sungguh melenyapkan tabiat buruk kita. Tabiat buruk muncul karena adanya noda batin. Setiap orang memiliki noda batin yang berbeda-beda dan itu semua menciptakan tabiat buruk yang tiada batas. Untuk mencapai kebuddhaan, kita harus melenyapkan noda batin yang tiada akhir ini. Kita harus membangun ikrar agung untuk melenyapkan noda batin.

Dharma bagaikan air. Dengan menerima Dharma yang bagaikan air jernih, barulah kita bisa membersihkan noda batin. Hanya dengan menyerap Dharma ke dalam hati, barulah kita bisa menyadari, “Ternyata ini semua karena tabiat buruk saya. Ternyata ini semua karena kegelapan batin yang kosong dan tiada dasar.” Jika demikian, mengapa kita membiarkan kegelapan batin memenuhi pikiran kita? Tujuan Buddha datang ke dunia adalah untuk membuka pikiran dan membimbing semua makhluk. Berhubung makhluk hidup memiliki tabiat buruk dan noda batin yang tebal, maka untuk melenyapkan noda batin yang tiada batas ini, Buddha menggunakan berbagai metode terampil. Ini semua bertujuan untuk membimbing secara halus agar setiap orang bisa menerima ajaran Buddha. Buddha terus membimbing secara perlahan-lahan hingga setiap orang bisa memahami isi hati Buddha dan kata-kata yang ingin Beliau sampaikan kepada semua makhluk, yaitu semua orang bisa mencapai kebuddhaan dan bisa memperoleh kesadaran seperti Beliau.

Setiap orang dari kita memiliki hakikat kebuddhaan. memiliki hakikat kebuddhaan. Karenanya, kita harus berikrar untuk mencapai kebuddhaan yang tertinggi. Kita semua harus berikrar untuk menyelamatkan semua makhluk yang tak terhitung, melenyapkan noda batin yang tiada akhir, mempelajari metode Dharma yang tak terhingga, dan mencapai kebuddhaan yang tertinggi. Empat Ikrar Agung ini adalah semangat inti dari ajaran Jing Si. Inilah jalan kebenaran yang harus kita praktikkan. Empat Ikrar Agung ini adalah jalan yang harus kita tapaki dengan giat dan penuh semangat. Kita semua harus giat mempraktikkan Empat Ikrar Agung ini agar ajaran Buddha bisa terus diwariskan selamanya.

Inilah yang disebut silsilah Dharma. Untuk meneruskan silsilah Dharma, setiap orang harus memiliki empat kata di dalam hati. Ke dalam batin, kita harus melatih ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan. Dharma memang sesederhana itu. Dengan menyerap ajaran Jing Si, kita akan menyadari bahwa pelatihan diri ini bertujuan untuk memberi manfaat bagi semua makhluk, bukan demi pencapaian pribadi. Kita melatih diri demi semua makhluk. Dengan demikian, dalam bersumbangsih, secara alami kita akan bebas dari kerisauan. Setelah melenyapkan kegelapan batin, hati Anda akan terbuka dan bersinar terang. Anda akan memperoleh kesadaran dan kebijaksanaan Anda juga meningkat.

Ini adalah sesuatu yang pasti. Karena itu, Buddha memberi tahu kita bahwa manusia menanam benih berkah sendiri, menggarap ladang berkah sendiri, dan memperoleh berkah sendiri. Jadi, segala sesuatu bergantung pada kontribusi kita sendiri.

Tanpa berkontribusi, kita akan sulit terbebas dari penderitaan dan tidak akan memperoleh berkah. Saat tidak mendapatkan hal yang diinginkan, manusia akan merasa menderita. Karena itu, Buddha mengajarkan kepada kita bahwa dengan memahami segala kebenaran, kita tidak akan memiliki nafsu keinginan. Dengan memahami Dharma, hati kita akan merasa damai tanpa rintangan. Karena itu, kita harus berterima kasih atas budi luhur Buddha. Kita harus memberi persembahan dengan tulus kepada Buddha. Persembahan kita tidak harus berwujud, melainkan harus bertindak secara nyata untuk menapaki Jalan Boshisatwa. Inilah persembahan terbesar untuk Buddha. Jika kita bisa melakukannya, maka itulah persembahan tertinggi bagi Buddha. Setiap hari saya bertanya kepada diri sendiri, “Apakah saya sudah memberikan persembahan yang paling tulus kepada Buddha?” Saya juga menjawab diri sendiri, “Ada, pasti ada.” Segala hal yang saya lakukan sepanjang hidup ini bukan demi tujuan lain, melainkan demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk.

Jadi, Boshisatwa sekalian, ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan jalan kebenaran. Tujuannya adalah untuk menyelamatkan semua makhluk yang tak terhitung, melenyapkan noda batin yang tiada batas, mempelajari metode Dharma yang tak terhingga, dan mencapai kebuddhaan yang tertinggi. Adakah kalian berikrar seperti ini? Jika ada, itulah ajaran Jing Si. Kalian harus mewujudkan ikrar itu, ya. Kita juga harus melatih ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan agar bisa membuka pintu mazhab Tzu Chi. di tengah masyarakat, kita harus mengembangkan Empat Sifat Luhur, yakni cinta kasih tanpa penyesalan, welas asih tanpa keluh kesah, sukacita tanpa kerisauan, dan keseimbangan batin tanpa pamrih. Tanpa penyesalan, tanpa keluh kesah, adalah semangat dari Empat Sifat Luhur. Kita harus mengembangkan Empat Sifat Luhur ini untuk terjun ke tengah masyarakat. Dengan terjun ke tengah masyarakat, barulah kita bisa menapaki Jalan Boshisatwa. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 

Artikel Terkait

Belajar Memilah Sampah Daur Ulang

Belajar Memilah Sampah Daur Ulang

08 November 2016
Sebanyak 56 siswa siswi ditambah 6 guru Sekolah Pelita Harapan ikut dalam kegiatan pengenalan pelestarian lingkungan di Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Tangerang.
Tzu Chi Salurkan Bantuan Kepada Masyarakat Sikh di Jakarta

Tzu Chi Salurkan Bantuan Kepada Masyarakat Sikh di Jakarta

25 Oktober 2021

Ada 200 paket bantuan sembako yang berisi beras, minyak goreng, dan masker medis yang diserahkan Tzu Chi kepada Forum Peduli Masyarakat Hindu Sikh Indonesia pada Jumat, 22 Oktober 2021.

Apa itu Peaceful Nutrition?

Apa itu Peaceful Nutrition?

03 September 2020

Berangkat dari pentingnya pemahaman mengenai keseimbangan kandungan nutrisi dalam pola makan vegan, pada 23 Agustus 2020, komunitas relawan He Qi Utara 2 berkesempatan mengundang dr. Sylvia Irawati, M.Gizi untuk berbagi pengalamannya dalam webinar. Webinar ini bertajuk “Peaceful Nutrition for Body, Mind and Soul.”

Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -