Suara kasih: Mempraktikkan Dharma

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News

Judul Asli:

 

 Mendengar, Menyelami, dan Mempraktikkan Dharma

      

Mendengar, menyelami, dan mempraktikkan Dharmayang luar biasa
menciptakan ladang pelatihan yang khidmat
untuk memperoleh pencapaian
Giat dan bersemangat dalam memutar roda Dharma

Saat Bodhisatwa memohon Buddha untuk memaparkan tentang Sutra Makna Tanpa Batas, Buddha pun menjawab, “Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.” Mengapa? Dharma sungguh dalam dan luar biasa. Karenanya, tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Saat mendengar kalimat pertama yang berbunyi, “Dharma sangatlah dalam dan tiada tara,” saya merasa sangat tersentuh. Sungguh, Dharma sangatlah luar biasa.

Sejak tahun lalu, Dharma yang luar biasa ini telah dibawa ke dalam komunitas agar setiap orang bisa menyerapnya ke dalam hati dan membersihkan noda batin. Dharma bagaikan air yang bisa membersihkan noda batin. Selain mengetahui Dharma, serta mempraktikkannya ke dalam tindakan nyata.Ini sungguh tak mudah. Saya merasa sungguh bersyukur. Meski dikatakan bahwa Dharma sulit ditemukan dalam miliaran kalpa, namun kini kita telah menemukannya.

Kita dapat melihat bahwa para Bodhisatwa tidak hanya mempelajari Dharma di dalam komunitas, mereka juga membawanya ke rumah. Setelah pulang ke rumah, setiap orang mempelajari dan menghafalkan lirik lagu serta memperagakannya melalui gerakan tubuh. Bukankah batin dan fisik mereka telah bermandikan Dharma? Kini kita telah berkesempatan mendengar, Kita sungguh harus mempraktikkan Dharma menyelami, dan mempraktikkan Dharma.

Karenanya, kita harus bertekad untuk memahami maksud ajaran Buddha yang sesungguhnya. Ini karena makna ajaran Buddha yang sesungguhnya sungguh dalam dan tiada tara. Berapa banyak kegelapan batin yang dimiliki oleh semua makhluk,sebanyak itu pula banyaknya ajaran yang Buddha paparkan karena setiap ajaran dipaparkan sesuai sifat dan kemampuan masing-masing pendengar. Hal ini bagaikan dokter mengobati pasien sesuai dengan penyakit yang diderita pasiennya. Singkat kata, kita harus lebih giat dan bersemangat.

Kekotoran batin kita sangatlah halus. Kita harus menjaga pikiran dengan baik agar tidak mudah terpengaruh untuk mulai membangkitkan tiga jenis noda batin, yakni ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Tiga jenis kekotoran batin ini sungguh banyak bagaikan debu. Jadi, segala sesuatu bermula dari sebersit niat. Karena itu, mulai sekarang, kita harus menjaga hati sebaik mungkin dan memahami Jalan Agung.

Pada tanggal 20 Mei tahun lalu, pementasan adaptasi Sutra Dharma Bagaikan Air sesi pertama digelar di Hualien. Hingga tanggal 11 Maret lalu, kita telah menggelar 30 sesi pementasan. Tiga puluh sesi pementasan itu dihadiri oleh lebih dari 30.000 orang.

Bodhisatwa yang turut berpartisipasi berjumlah lebih dari 20.000 orang. Mereka telah memutar roda Dharma dan membawanya ke tengah masyarakat Taiwan. Persamuhan Dharma digelar di tengah masyarakat. Setiap sesi pementasan adaptasi Sutra sungguh menyentuh hati banyak orang. Sebanyak 30 sesi pementasan telah berakhir tanggal 11 Maret lalu. Ini semua berkat jalinan jodoh yang luar biasa. Kali ini terdapat hadirin dari delapan negara lain. Bukankah ini bagaikan pertemuan di Puncak Burung Nasar di mana Bodhisatwa dari berbagai penjuru bermunculan dan berkumpul bersama? Ini sungguh merupakan jalinan jodoh yang tak terbayangkan.

Saya juga berterima kasih kepada dr. Chien yang telah berada di Hualien selama 4 hari. Dia sungguh telah membawakan suasana yang harmonis. Dia menjelaskan bagaimana sebuah planet minor bisa diberi nama “Tzu Chi”. Beberapa tahun yang lalu, observatorium di Taiwan menemukan sebuah planet minor. Mereka pun berinisiatif mengajukan nama ke Persatuan Astronomi Internasional. Akhirnya, planet minor tersebut diberi nama “Tzu Chi”. Jadi, Tzu Chi tak hanya ada di bumi. Tzu Chi juga merupakan salah satu planet minor di alam semesta. Saya berharap setiap orang bisa seperti bintang. Meskipun hanya bintang kecil, juga bisa bersinar terang. Semoga kita memiliki banyak bintang kecil yang berkumpul bersama untuk membentuk galaksi yang indah dan menciptakan ketenteraman bagi alam semesta.

Kita semua berharap dunia dapat tenteram dan harmonis. Hujan terus turun selama beberapa hari ini. Setiap siang dalam dua hari ini, saya melihat mereka menjalani latihan. Lihatlah, di bawah atap semi transparan, mereka tidak akan terguyur hujan ataupun tersengat sinar matahari yang terik. Mereka bisa menjalani latihan di tengah suasana yang sejuk. Saya sangat bersyukur karena dengan kondisi cuaca tersebut, para partisipan bisa menjalani latihan dengan nyaman.

 

Saya sangat bersyukur. Saat keluar dari stadion, saya melihat hujan rintik-rintik mulai turun dan ada sekelompok anggota Tzu Cheng yang mengenakan jas hujan sambil membantu mengatur lalu lintas. Saya sungguh tersentuh melihatnya.

Saya juga berterima kasih kepada para Bodhisatwa dari misi pendidikan Tzu Chi. Kepala sekolah dan para guru dari SD Tzu Chi di Tainan juga ikut berpartisipasi dalam pementasan tersebut. Persamuhan Dharma pada tanggal 10 Maret dan 11 Maret, semuanya dipentaskan oleh para staf dari misi pendidikan Tzu Chi. Baik para guru dan siswa dari Hualien maupun Tainan, semuanya mementaskannya dengan kesatuan hati. Keteladanan yang dimiliki oleh para guru dan kesungguhan hati para siswa sungguh menyentuh hati banyak orang. Para orang tua murid juga ikut berpartisipasi dalam pementasan adaptasi Sutra tersebut.Setiap orang berdoa dengan hati yang paling tulus.

Saya sangat berterima kasih kepada para insan Tzu Chi dari wilayah utara Taiwan yang kembali ke Hualien untuk membantu tim konsumsi. Ada pula tim akomodasi yang harus menyiapkan selimut. Saking besarnya sarung selimut yang ada, ada sebagian orang harus masuk ke dalam sarung selimut saat memasukkan selimut ke dalam sarung. Saat mendongak, yang terlihat adalah sarung selimut bagian atas (kehidupan lalu), sedangkan saat menunduk, yang terlihat adalah sarung bagian bawah( kehidupan mendatang). Jadi, sarung selimut memiliki lapisan bagian atas dan bawah, dan selimut harus dimasukkan ke dalamnya. Ada seorang Bodhisatwa lansia yang sangat bijaksana. Dia berkata, “Wah, saya sungguh bersyukur. Master membuat kami membina kehidupan lalu dan kehidupan mendatang pada saat yang bersamaan.”

Saya juga sangat berterima kasih karena usai pementasan adaptasi Sutra, kepala sekolah dan para dosen tetap tinggal untuk membantu membersihkan lokasi acara bersama dengan Bodhisatwa lainnya. Mereka bekerja untuk membersihkan lokasi acara sebelum  mengembalikannya ke orang lain.

Saya juga sangat berterima kasih kepada manajer stadion tersebut yang sangat bekerja sama dan mengizinkan kita untuk mengubah stadion itu menjadi ladang pelatihan yang khidmat. Saya juga sangat berterima kasih kepada pemerintah setempat. Saya sungguh berterima kasih.

Banyak sekali rasa terima kasih yang tidak dapat saya ungkapkan dengan kata-kata. Akan tetapi, saya tetap ingin mengingatkan kalian bahwa pemaparan Dharma di Puncak Burung Nasar tidak akan berakhir. Kita telah memutar roda Dharma di tengah masyarakat. Buddha di Puncak Burung Nasar tidak perlu dicari jauh-jauh, Puncak Burung Nasar ada di hati sendiri. Semoga usai persamuhan Dharma di tengah masyarakat ini, kita bisa lebih menyerap Dharma ke dalam hati. Inilah harapan terbesar saya. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.


Artikel Terkait

Syukuran Imlek dan Peresmian Posko Daur Ulang

Syukuran Imlek dan Peresmian Posko Daur Ulang

20 Februari 2014 Melalui depo pelestarian lingkungan ini agar dapat membangkitkan semangat jiwa Bodhisatwa di Kabupaten Karimun untuk menjadikan daerah yang indah, rapi, dan bebas dari sampah-sampah yang dapat mencemari lingkungan.
Waisak 2556: Semoga Dunia Bebas Bencana

Waisak 2556: Semoga Dunia Bebas Bencana

14 Mei 2012
Tzu Chi Surabaya menyelenggarakan perayaan Waisak, Hari Ibu Internasional dan Hari Tzu Chi Sedunia dengan khidmat pada hari Minggu, 13 Mei 2012, bertempat di Hall D Mangga Dua Centre Surabaya yang dihadiri oleh insan Tzu Chi, donatur, masyarakat umum, dan Gan En Hu (penerima bantuan) Tzu Chi.
Lebih mudah sadar dari kesalahan yang besar; sangat sulit menghilangkan kebiasaan kecil yang buruk.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -