Suara Kasih: Menanam Akar Kebajikan
Jurnalis : , Fotografer : Judul Asli:
Menanam Akar Kebajikan dalam Hati. Kehidupan manusia hanyalah sementara | |||
Setelah Jepang hancur akibat gempa bumi dan tsunami 11 Maret lalu, banyak negara di Amerika Selatan yang mengulurkan tangan untuk membantu. Contohnya Paraguay. Para relawan di Ciudad del Este menggalang dana di jalanan untuk korban bencana di Jepang. Karena penduduk setempat mengenal Tzu Chi, mereka pun bersedia membantu Jepang. Walaupun jumlah yang didapat tak banyak, relawan Tzu Chi menerimanya dengan senang hati dan bersyukur atas cinta kasih mereka. Selain menggalang dana, relawan juga berbagi kepada semua orang agar waspada dan sadar akan bencana yang terjadi. Di Asuncion, kita dapat melihat Mirian, istri seorang pejabat pemerintah Paraguay yang dahulu ditugaskan di Taiwan. Sebelum kembali ke Paraguay, ia datang mengunjungi saya. Saya pun mendorongnya untuk meneruskan misi Tzu Chi karena ia adalah benih dari Paraguay. Setelah kembali ke negaranya, ia pun berbagi kepada semua orang bagaimana insan Tzu Chi Taiwan menjalankan penyaluran bantuan bencana dan berbagi pengalamannya bersama mereka. Pascabencana Topan Morakot lalu, ia juga turut membantu membersihkan daerah yang dilanda bencana beserta para insan Tzu Chi, duta besar, dan perwakilan negara lainnya. Ia membagikan apa yang diketahuinya tentang Tzu Chi dan Taiwan. Pascabencana di Jepang, ia pun pergi ke salah satu sekolah menengah tempat ia pernah menjabat sebagai kepala sekolah untuk menggalang dana dari para guru dan siswa. Semua orang yang berkumpul mendengar ia berbagi tentang para insan Tzu Chi di seluruh dunia yang menggalang dana bagi Jepang. Ia juga menunjukkan rekaman video tentang kondisi Jepang pascabencana dan cinta kasih semua orang pun terbangkitkan. Sungguh tersentuh melihatnya.
| |||
| |||
Pada awal tahun ini Kota Christchurch di New Zealand beberapa kali diguncang gempa dan insan Tzu Chi pun segera bergerak. Karena itu, warga setempat sangat percaya kepada insan Tzu Chi. Pada penyaluran bantuan yang ketiga kali di Christchurch, para relawan menunjukkan rekaman video tentang bencana yang melanda Jepang. Melihat kondisi di Jepang, banyak orang menitikkan air mata. Mereka bukan sedih karena kondisi sendiri, namun sedih karena bencana di Jepang jauh lebih parah daripada yang mereka alami. Mereka hanya mengalami gempa bumi dan banyak bangunan yang runtuh, sedangkan Jepang diguncang gempa, dilanda tsunami, bahkan mengalami krisis nuklir. Setelah menerima bantuan dana dari Tzu Chi, para korban bencana di Christchurch ini pun berdana bagi Jepang. Dari 351 keluarga yang menerima bantuan, terhimpun dana sekitar 25.000 NT dolar atau sekitar 7,5 juta rupiah. Mereka adalah korban bencana yang barusan menerima bantuan dana dari Tzu Chi. Mereka berdana untuk membantu orang lain karena telah merasakan penderitaan sebagai korban bencana. Meski jumlahnya tak banyak, namun dana ini akan sangat bermanfaat bagi orang yang membutuhkan. Saya sungguh tersentuh melihatnya. Pembagian bantuan yang ketiga kali di Jepang telah usai. Pada pembagian bantuan kali ini, beberapa warga lokal turut membantu. “Orang Taiwan sungguh penuh cinta kasih. Kalian datang memberi bantuan, tentu saja kami harus membantu. Saya sangat senang karena dapat membantu,” tutur Tuan Ito, salah satu dari korban bencana. Sejak bencana terjadi 3 bulan lalu, ia tak pernah meneteskan air mata. Pada pembagian bantuan sebelumnya, saat menerima bantuan dana, terlihat ada penyesalan dalam dirinya. Dulu ia memiliki 3 buah mobil, sebuah kapal, dan sebuah rumah di tepi pantai yang membelakangi pegunungan. Awalnya ia berencana setelah pensiun, ia ingin menikmati hari tuanya. Tapi siapa tahu baru saja akan menikmati masa pensiun, tiba-tiba terjadi gempa bumi dan tsunami.
| |||
| |||
Insan Tzu Chi pun berkata kepadanya, “Saat meninggal, Anda tak akan membawa apa pun.” Sungguh, hidup sangatlah singkat bagaikan embun di pagi hari atau gelembung udara. Inilah gambaran hidup manusia. Buddha berkata bahwa hidup manusia bagaikan gelembung udara atau embun di pagi hari. Saat matahari terbit, embun yang ada di ujung rumput pun lenyap. Bagai embun di pagi hari, bagai gelembung udara. Itulah kehidupan manusia. Jadi, mengapa kita harus memperhitungkan segala sesuatu? Singkat kata, kita harus meningkatkan kewaspadaan dan berdoa dengan tulus bagi dunia ini agar unsur alam dapat berjalan selaras. Inilah berkah bagi manusia. Baiklah, kita harus mensyukuri berkah saat melihat penderitaan. Jika tidak, entah bagaimana dunia dapat mencapai keseimbangan. Banyak orang yang hidup dalam keterbatasan. Karena itu, kita membutuhkan himpunan kekuatan cinta kasih sehingga dunia dapat mencapai keseimbangan. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.
| |||