Suara Kasih: Mendalami Inti Ajaran Dharma

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 

Judul Asli:

 

Mendalami Inti Ajaran Dharma hingga ke Sumbernya

 

Menapaki Jalan Bodhisatwa dengan langkah yang mantap Mendalami inti ajaran Dharma hingga ke sumbernya Insan Tzu Chi Indonesia menjalankan tekad dengan tekun dan penuh semangat Menghimpun kekuatan demi mewujudkan Tanah Suci

Para insan Tzu Chi dari Tiongkok kembali ke Taiwan untuk lebih memahami Tzu Chi. Mereka semua memiliki satu tujuan yang sama, yaitu mencari Jalan Bodhisatwa yang lapang dan lurus, yang membuat para relawan dari berbagai provinsi bisa berkumpul bersama. Kemarin saya mendengar mereka berbagi. Setelah mendengarnya, saya merasa sangat gembira dan merasa hati mereka sangat dekat dengan saya. Mereka sungguh memiliki kesatuan hati. Kerja sama yang harmonis ini bisa kita lihat pada diri insan Tzu Chi Dazhou.

Lebih dari empat tahun ini, kegigihan mereka sungguh patut kita jadikan sebagai teladan. Demi mengikuti kegiatan Tzu Chi di Chengdu, mereka harus melakukan perjalanan dari Dazhou selama lebih dari 10 jam. Dalam setiap kali perjalanan, Begitu tiba di tempat tujuan mereka selalu menyewa sebuah tempat tinggal di Chengdu. Beberapa kali dalam sebulan, mereka tinggal di sana demi melakukan kegiatan Tzu Chi dan mempelajari Tzu Chi. Mereka berkata bahwa mereka telah menemukan jalan mereka. Inilah jalan yang ingin mereka tapaki, yaitu menapaki Jalan Bodhisatwa dan memberi manfaat bagi semua makhluk. Mereka sungguh tekun dan bersemangat. Kali ini ada tiga Bodhisatwa lansia yang sungguh menggemaskan. Mereka sungguh mengesankan dan patut dihormati. Selain melakukan daur ulang, mereka juga menjadi relawan konsumsi. Mereka berkata, "Kami tidak bisa melakukan apa-apa, tetapi kami bisa memasak, kami bisa melakukan daur ulang, dan bisa menjaga kebersihan lingkungan." Mereka berkata, "Kami bisa melakukan itu semua."

Kesungguhan hati mereka sungguh mengagumkan. Selain itu, para warga Tiongkok sudah meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan karena mereka merasa itu adalah hal yang masuk akal. Manusia telah mengambil dan memboroskan sumber daya alam, karena itu sudah seharusnya kita memerhatikan bumi dan membalas budi Bumi Pertiwi. Untuk melakukan daur ulang, mereka keluar rumah pagi-pagi sekali bahkan sebelum matahari terbit. Kemanakah mereka pergi? Mereka pergi ke posko daur ulang untuk melakukan daur ulang. Mereka memanfaatkan waktu dengan baik dan mengurangi waktu tidur mereka. Mereka sungguh telah memanfaatkan waktu dan ruang dengan baik. Mereka berjalan maju dengan langkah yang mantap menuju jalan yang benar. Ini sungguh membuat orang tersentuh.

Selain itu, selama lebih dari 20 tahun ini, terhadap pemerintah dan warga setempat, kita senantiasa menjunjung ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan, serta bersumbangsih tanpa pamrih. Karena itu, kita bisa mendapat pengakuan dan kepercayaan dari setiap orang. Salah seorang pejabat tinggi pemerintah yang selalu mendampingi insan Tzu Chi untuk melakukan survei kasus, kini setelah pensiun, dia bergabung dengan Tzu Chi dan menjalani pelatihan seperti relawan lainnya sebelum dilantik menjadi anggota komite. Tahun ini dia akan dilantik.

Jalinan jodoh antara Kota Yichun dengan Tzu Chi bermula pada tahun 1996 lalu. Sejak saat itu hingga kini, para insan Tzu Chi terus bersumbangsih di sana. Tujuh belas tahun sudah berlalu. "Saya sangat beruntung bisa mengikuti langkah insan Tzu Chi selama 17 tahun ini. Sebagian besar relawan setempat bekerja sebagai staf di perusahaan. Pendapatan mereka setiap bulannya hanya sekitar 1.000 hingga 2.000 RMB (sekitar 1,5 hingga 3 juta rupiah). Kini setiap tahun, mereka melakukan perjalanan ke Suzhou dan Shanghai untuk mengikuti lebih dari 4 kali pelatihan. "Untuk perjalanan dari kota kami menuju Shanghai dan Suzhou, rata-rata biaya yang diperlukan untuk satu kali perjalanan adalah 800 hingga 1.000 RMB (sekitar Rp 1.510.000). Perjalanan ke Suzhou menghabiskan waktu 15 jam, sedangkan ke Shanghai menghabiskan waktu 13 jam. Mendapatkan tiket juga sangat susah. Sangat sulit untuk dapat tiket," kata salah seorang relawan. Mereka sering mendapat tiket berdiri. Mereka biasa pergi malam hari dan pulang pada malam hari demi menghemat biaya penginapan. Melihat kegigihan sekelompok relawan ini, tekad saya menjadi semakin kokoh.

Inilah cara mereka menapaki Jalan Bodhisatwa. Dengan menggenggam setiap kesempatan, memanfaatkan waktu dan setiap ruang dengan baik, hati kita akan kembali pada hati anak kecil yang polos. Dimulai dari hati anak kecil yang polos dan tanpa noda kita mengembangkannya menjadi Hati Buddha yang jernih. Jadi, tanpa membedakan kedudukan, latar belakang pendidikan, ras, dan lain-lain, setiap relawan berkumpul dengan harmonis. Saya selalu berharap para relawan di luar negeri bisa kembali ke Hualien agar bisa semakin dekat dengan saya dan berkumpul bersama dengan saya.

Saya ingin mendengar perjalanan dan kisah mereka selama bergabung dengan Tzu Chi dan kisah mereka selama bergabung dengan Tzu Chi. Akan tetapi, waktu tidak cukup. Meskipun mereka sudah kembali ke Hualien, tetapi jadwal mereka selama 3 hingga 4 hari itu sudah diatur dengan sangat padat. Mereka kembali ke Taiwan untuk lebih mempelajari dan memahami Tzu Chi. Karenanya, waktu saya untuk bertemu dengan mereka menjadi semakin singkat. Waktu untuk berbincang dengan mereka juga semakin singkat. Saya hanya bisa melihat sekelompok orang, namun saya tidak bisa berbincang satu per satu dengan mereka. Kemarin, mereka pergi dengan hati yang berat. Sebagian dari mereka telah kembali ke Tiongkok dan dua per tiga dari mereka masih berada di Hualien untuk mengikuti kegiatan lain di Aula Jing Si. Saya sungguh tersentuh. Kita juga melihat para relawan Tzu Chi Indonesia.

Pada tanggal 23 September lalu, sekelompok besar relawan Tzu Chi Indonesia mengadakan ritual namaskara. Di Indonesia, untuk melihat organisasi Buddhis melakukan ritual namaskara sungguh bukan hal yang mudah. Besok adalah peresmian Aula Jing Si di Jakarta. Besok, kita bisa melihat mereka membawakan pertunjukan dengan lagu "Jalankan Ikrar". Barisan relawan yang panjang itu akan menampilkan pertunjukan yang indah. Ini sungguh menunjukkan ketulusan, ketekunan, dan semangat mereka demi mencapai satu tujuan yang sama. Saya sering memuji para pengusaha di Indonesia. Mereka sungguh adalah orang yang kaya lahir dan batin dan sangat menghormati saya.

Meskipun mereka telah menyediakan lahan dan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pembangunan, tetapi mereka tetap meminta persetujuan dari saya dan ingin melihat saya mengangguk kepala tanda setuju. Mereka adalah para pengusaha yang sangat sukses di negara mereka, tetapi mereka tetap sangat rendah hati. Karena itu, perkembangan dan pencapaian Tzu Chi di Indonesia sangat cepat. Jalinan jodoh ini dimulai saat kerusuhan pada tahun 1998 hingga sekarang. Mereka selalu bersatu hati dan bekerja sama dengan harmonis dalam bersumbangsih bagi orang yang membutuhkan. Kitab sejarah Tzu Chi yang mereka tulis sangat tebal dan panjang. Mereka telah mengukir sejarah bagi Tzu Chi. Ini sungguh tidak mudah. Mereka memiliki banyak kisah yang inspiratif. Besok adalah hari peresmian Aula Jing Si di Indonesia.

Pada saat sekarang ini, di dalam Dunia Tzu Chi, bangunan Aula Jing Si yang terbesar adalah di Jakarta, Indonesia. Sungguh, himpunan kekuatan mereka sungguh bisa menggetarkan hati orang. Besok kita akan melihat acara peresmian Aula Jing Si itu. Untuk mewujudkan pencapaian ini, semuanya tak terlepas dari sebersit niat. Setelah timbul sebersit niat, setiap orang harus bekerja sama dengan harmonis untuk mewujudkan suatu pencapaian. Jika setiap orang membangkitkan sebersit niat dengan pola pikir yang berbeda-beda, maka akan timbul banyak pandangan yang bertentangan. Bagaikan sebuah kereta yang ditarik dari arah yang berbeda-beda, bukankah akan cepat hancur? Jika setiap orang bisa bekerja sama dengan harmonis dan memiliki kesatuan hati, maka kita akan bisa melihat negara yang begitu cemerlang, masyarakat yang begitu harmonis. Sikap saling mengasihi itu bagai menciptakan Tanah Suci di dunia. Ini semua membutuhkan kesatuan hati setiap orang. (Diterjemahkan oleh Laurencia Lou).

 

Artikel Terkait

Internasional: Bantuan Gempa di Qinghai

Internasional: Bantuan Gempa di Qinghai

10 Mei 2010
Lebih dari 60.000 orang berada dalam bahaya kehabisan makanan. Para relawan membentuk tim survei dan pergi ke dataran tinggi Qinghai, 4.500 kilometer di atas permukaan laut, mereka melakukan perjalanan 800 kilometer dalam tujuh hari.
Semangat Mendalami Ilmu Baru

Semangat Mendalami Ilmu Baru

16 April 2018
Dalam kegiatan yang diikuti sebanyak 39 relawan komunitas dari semua He Qi Tzu Chi Jakarta, Danny Oey memberikan sharing materi tentang audio gambar, cara setting mic, dan lain-lain sebagai pengenalan dasar dalam Training Relawan Sound System ini.

Kesuksesan sebuah acara tidak hanya tergantung pada peran mereka di atas panggung, tetapi juga dukungan dari tim di balik layar. Salah satunya tim sound system. Dalam setiap kegiatan Tzu Chi seringkali membutuhkan relawan sebagai operator sound system. Namun tidak banyak relawan yang memahami pengoperasian alat-alat pendukung kegiatan ini, sehingga relawan yang terlibat pada bagian ini pun terbatas. Untuk itu pada Minggu (15/4/2018) Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan kegiatan Training Relawan Sound System di ruang galeri DAAI lantai 1, Tzu Chi Center, PIK Jakarta.

“Ke depan setiap He Qi harus mempunyai tim sendiri supaya bisa bertugas bersama-sama. Ketika bertugas dalam kegiatan besar masing-masing bisa menggunakan cara yang sama, program yang sama,” ujar Jhonny Tani, Koordinator Kegiatan training.

Dalam kegiatan yang diikuti sebanyak 39 relawan komunitas dari semua He Qi Tzu Chi Jakarta, Danny Oey memberikan sharing materi tentang audio gambar, cara setting mic, dan lain-lain sebagai pengenalan dasar dalam Training Relawan Sound Sistem ini. Relawan pun tak sungkan-sungkan menanyakan apa yang mereka belum ketahui selama materi berlangsung. Tidak hanya sebatas materi saja, puluhan peserta ini pun lantas diajak untuk praktik langsung menuju salah satu ruangan sound system.

“Kita samakan semua teknik-teknik untuk operasional kemudian praktik. Harus mengalami dan merasakan sendiri,” ucap Jhonny.

Menambah Wawasan

Relawan diajak untuk bersama-sama praktik langsung di salah satu ruangan sound system di lantai 6 Aula Jing Si. Danny Oey menjelaskan bagaimana mengoperasikan alat-alat yang terdapat di ruangan, mulai dari bagaimana mengendalikan powerpoint pada layar, setting mic, dan lain-lain.

Selama pengenalan tentang alat-alat ini berlangsung, salah satu peserta sibuk menulis pada catatan kecil miliknya. Ia mengaku baru pertama kali mengikuti kegiatan training relawan sound system ini. “Saya mencatat apa sih nama alat ini dan fungsinya untuk apa. Jadi next jika tidak ingat kan bisa lihat catatan lagi,” ucap Eric.

Ia datang dari Tzu Chi komunitas He Qi Pusat dengan membawa semangat untuk belajar ilmu baru. Mengikuti kegiatan training relawan sound system memang menjadi pengalaman perdananya, namun Eric sering kali membantu relawan bagian sound system di komunitasnya. “Kalau saya di komunitas bagian support, back up saja yang lebih simple-simple,” ujarnya tersenyum.

Relawan yang aktif pada Misi pelestarian Lingkungan Tzu Chi ini mengaku dengan mengikuti kegiatan training selama tiga jam ini bisa menambah wawasan baginya tentang sound system penunjang kegiatan Tzu Chi. Selama praktik berlangsung, Eric pun memanfaatkan kesempatan ini untuk mencoba alat-alat yang ada.

“Yang pasti jadi lebih tahu alat-alat yang digunakan, seperti apa mengoperasikannya. Paling tidak ada gambaran sedikit,” terang relawan cakom ini.

“Cara menyetel layar gimana,” sambung Sukardi yang saat itu berdiri di sebelah Eric untuk mencoba mengopersikan alat-alat di ruang sound system.

Sukardi yang merupakan perwakilan dari komunitas He Qi Utara 2 ini datang untuk memahami ilmu baru baginya. “Saya pengen belajar dan pengen tahu tentang sound system,” ucapnya.

Training sound system ternyata juga menarik minat relawan Tzu Chi wanita. Tak sedikit dari mereka yang datang untuk belajar sesuatu yang baru, bahkan awam dengan bidang sound system. Salah satunya Theresia, relawan komunitas He Qi Barat 1. “Saya pengen belajar, pengen tahu (sound system),” kata relawan komite ini.

Theresia memang sudah pernah bertugas di bagian sound system pada kegiatan Xun Fa Xiang di komunitasnya. Tak memiliki bekal pengalaman tentang sound system tentu ia mengalami tantangan. “Pertama-tama sulit sih, tapi kalau sering dilatih pasti nggak akan sulit,” terangnya. Dengan mengikuti training ini, Theresia merasa banyak memperoleh pengalaman baru baginya. “Belajar ini sangat membantu. Meski saya masih bingung karena pertama kali tapi mesti terus belajar,” ungkapnya tersenyum.

Melihat antusias relawan yang ikut dalam kegiatan training ini, Jhonny berharap semua orang bisa berkontribusi untuk support kegiatan. “Makin banyak relawan sound system makin memudahkan, kalau setiap He Qi ada relawan sound system bisa bantu setiap kegiatan. Mereka juga bisa setting alat, sehingga dalam acara apapun tidak bingung,” pungkas Jhonny.

Editor: Metta Wulandari
Rumah Baru Hati Baru

Rumah Baru Hati Baru

08 Agustus 2017

Relawan bersungguh hati mempersiapkan berbagai perlengkapan serta membagi tim untuk membersihkan rumah Ibu Lyly. Hari sebelumnya bahkan sudah ada relawan yang memperbaiki instalasi listrik rumah Ibu Lyly. Kegiatan bersih-bersih ini juga dilakukan bersama dengan keluarga Ibu Lyly pada Minggu 30 Juli 2017.

Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -